Jakarta, CNN Indonesia -- Butuh dua tahun menunggu untuk melihat penyelesaian pertarungan The Losers dan badut menakutkan si Pennywise dalam
It Chapter Two. Sebuah penantian yang sebenarnya terbayar meski tak seutuhnya terpuaskan.
Dua tahun lalu pula,
saya masih ingat betapa Pennywise mampu jadi alasan banyak orang takut dengan badut. Harapan serupa sempat muncul usai melihat trailer perdana yang rilis beberapa bulan lalu, namun sepertinya saya terlalu berekspektasi.
Meski begitu,
It Chapter 2 tidak bisa dibilang mengecewakan. Film ini justru menawarkan hal lain selain aksi Pennywise yang
creepy: ketegangan dan komedi dengan porsi imbang dan intens dari awal hingga akhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film
It Chapter Two masih membawa teror Pennywise ke layar lebar, namun dengan cerita yang jauh lebih kompleks. Hal ini mengingat latar cerita yang terjadi 27 tahun setelah film pertama.
Gary Dauberman yang kini bekerja sendiri menggarap naskah untuk film ini pun menampilkan berbagai ketakutan dan masalah terpendam dari masing-masing karakter The Losers, bersamaan mereka mencoba kembali melawan Pennywise.
Jelas seiring usia para anggota The Losers yang dewasa akan membuat masalah ketakutan masing-masing orang menjadi makin rumit. Selain itu, sutradara Bill Muschietti juga berambisi mewujudkan imaji menakutkan dari novel
It karya Stephen King.
Dua faktor itu yang rasanya menjadi alasan mengapa
It Chapter 2 memiliki durasi yang terbilang amat panjang untuk sebuah film horor -tiga jam-, selain karena harus mengikuti kesuksesan film sebelumnya.
Keputusan terkait durasi ini pun amat berisiko untuk
It Chapter Two karena dua sineas itu mesti mampu membuat penonton betah duduk selama tiga jam.
Hasilnya, rasa jenuh memang tak terhindarkan meskipun saya masih betah melihat berbagai sajian ketegangan dan komedi yang 'nyelip' di antara cerita.
 The Losers kembali ke Derry untuk melawan Pennywise dalam 'It Chapter 2'. (Dok. Warner Bros Pictures via imdb.com) |
Rasa jenuh datang bukan hanya dari kompleksitas cerita dan durasi, melainkan juga datang dari banyaknya adegan dalam
It Chapter 2 yang berkorelasi langsung dengan film pendahulunya demi membuat cerita
It menjadi utuh.
Maka, penonton dituntut untuk cepat memahami adegan yang muncul dan kaitannya dengan masa lalu The Losers dan Pennywise. Untuk mengatasi hal ini, Dauberman dan Muschietti pun kerap memberikan potongan adegan dari film sebelumnya.
Bagi mereka yang tak terlalu tanggap menangkap alur "maju-mundur" dari Dauberman dan Muschietti ini, maka bersiap untuk kebingungan dan bertanya-tanya setelahnya.
Terlepas dari berbagai formula narasi dari Dauberman dan Muschietti, harus diakui
It Chapter Two menampilkan keseruan dari segi nuansa hingga visual.
Berbagai
jumpscare bersamaan dengan teror yang disiapkan mampu membuat sebagian penonton yang menonton bersama saya menjerit, atau minimal menutup mata.
Bahkan seringkali, teror itu muncul tanpa diduga. Maka akan lebih baik penonton tak memiliki gangguan jantung serius saat menyaksikan ini.
Bukan hanya gangguan jantung, penonton yang gampang mual juga lebih baik menyiapkan dirinya karena Dauberman dan Muschietti mampu menampilkan monster yang membuat muka mengernyit karena jijik.
 Pujian juga patut diberikan kepada Muschietti dan tim desain produksi yang memikirkan dengan masak tampilan visual 'It Chapter Two'. (Dok. Warner Bros Pictures) |
Pujian juga patut diberikan kepada Muschietti dan tim desain produksi yang memikirkan dengan masak tampilan visual
It Chapter Two, mulai dari kostum, sinematografi, efek kamera, hingga CGI.
Selain itu, saya ingin mengapresiasi tim casting yang mampu memilih para pemain
It Chapter Two. Para pemain dewasa ini terbilang mirip dengan pemain anak-anak di sesi pertama, seolah cerita memang berjalan 27 tahun kemudian.
Akan tetapi, cerita
It Chapter Two sebenarnya akan lebih sempurna bila Dauberman dan Muschietti menghasilkan penyelesaian yang lebih dramatis dan mengagumkan sebagai klimaks cerita.
Hal itu mengingat semua modal "akhir spektakuler" sudah mereka miliki sejak awal, mulai dari kompleksitas cerita, kombinasi ketegangan dan komedi dengan pengaturan yang baik, teknik sinematografi mumpuni, sampai efek visual dan CGI yang ciamik.
[Gambas:Video CNN]Apalagi, perlu 27 tahun bagi The Losers melawan Pennywise dan dua tahun bagi penonton di dunia nyata melihat akhir pertarungan mereka.
Pada akhirnya, penantian selama ini terbilang cukup layak meski memang tak mungkin memuaskan semua pihak apalagi bagi mereka penggemar cerita Stephen King.
Kini, tinggal melihat seberapa sanggup Pennywise mampu membuat penonton datang lebih banyak menyaksikan
It Chapter Two yang sudah tayang di bioskop sejak 4 September lalu.
(end)