Jakarta, CNN Indonesia -- Awalnya,
Tuan Tigabelas lebih sering berada di lapangan basket sebagai salah satu pemain. Cedera pada tahun 2009 menghentikan larinya, namun ia menolak berhenti melangkah. Belakangan, ia hadir lagi di lapangan basket, namun untuk menyerukan lirik-lirik lagu.
Sebelum merilis
Harimau Soematra sebagai debut solo, Tuan Tigabelas adalah vokalis dari band Rebel Education Project atau REP. Mereka kerap bersuara soal isu-isu sosial, sampai kemudian Tuan Tigabelas melebarkan sayap melalui berbagai kolaborasi, dan akhirnya mantap berjalan bersama tim di Westwew.
Tuan Tigabelas sendiri tak pernah menduga arah yang ia tempuh bakal berbelok seperti sekarang. Begitu banyak perubahan dalam hidup hingga ia tak lagi dapat menemukan cara untuk berterima kasih kecuali bersyukur, seperti yang ia ucapkan dalam
Count Your Blessings.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berjalan sendiri, Tuan Tigabelas tetap menyorot soal isu sosial. Keberadaan Harimau Sumatra yang nyaris punah menjadi fokusnya, lewat
Last Roar.
"Tahun kemarin gue mulai baca-baca tentang harimau, dan ternyata dia bukan predator puncak. Ada satu predator lagi yang mangsa dia, namanya manusia, dan gue malu banget," kata Tuan Tigabelas yang sebelumnya kerap menganalogikan dirinya sebagai harimau Sumatra.
 Tuan Tigabelas hadir di Music at Newsroom CNNIndonesia.com yang bisa disaksikan secara streaming pada Jumat (25/10). (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki) |
Video musik
Last Roar pada Agustus lalu melengkapi
Move, 'peringatan' yang dilontarkan Tuan Tigabelas sejak Maret silam. Nama sang rapper makin menggaung, ia tampil di lebih banyak panggung dan festival, serta menyempatkan mengunjungi redaksi
CNNIndonesia.com untuk
Music at Newsroom.
Video musik tersebut dibuat di Jogjakarta, sepenuhnya oleh talenta-talenta asal Kota Gudeg tersebut. Tuan Tigabelas menjelaskan, dirinya mendapat banyak bantuan dari Alex, personel grup hip hop DPMB. Menurutnya, Alex merupakan salah satu sutradara video yang bertalenta dan memiliki visi sesuai.
Berhubungan lewat telepon, Tuan Tigabelas menitipkan satu pesan pada Alex.
"Gue pengennya kayak film Apocalypto," kata Tuan Tigabelas saat itu.
Berangkat ke Jogjakarta bersama tim, sang rapper terkejut tak kepalang melihat persiapan yang sudah dilakukan oleh Alex.
"Tiba-tiba gue datang ke Jogja untuk lokasi syuting pertama, ada 40 orang lebih tim produksinya, sampai tim catering, tim make up," ujar Tuan Tigabelas mengingat. Ia tertawa kecil.
Belakangan, baru Tuan Tigabelas tahu bahwa video musik
Last Roar menjadi semacam proyek sosial untuk
production house lokal bernama X Code. Ia mengaku mendapat jauh lebih banyak daripada dana yang dianggarkan, karena ternyata produksi memakan biaya lebih besar.
"Makanya, gue bilang, kok dengan budget yang gue kasih, [dapat] tim sebanyak ini, makanan selengkap ini, talent-nya banyak, kameranya kok kayak gini. Gue agak curiga sebenarnya," kata Tuan Tigabelas, yang merasa pembuatan video
Last Roar bagaikan sebuah perjalanan spiritual.
Ia menambahkan, "Bersyukur bukan main sih, gue ketemu orang-orang kaya gitu."
[Gambas:Youtube]Saksikan aksi Tuan Tigabelas di Music at Newsroom pada Jumat (25/10) secara streaming pukul 15.00 WIB.
(rea)