
Kisah Fariz RM dan David Bowie yang 'Indonesia Banget'
Minggu, 05 Jan 2020 19:36 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Bertelanjang dada, hanya berbalut sarung tenun, David Bowie berdiri di depan vila bergaya Indonesia yang ia dirikan di Kepulauan Karibia.
Foto dalam majalah Architectural Digest edisi September 1992 itu disebut-sebut sebagai salah satu jejak awal yang menunjukkan kecintaan Bowie terhadap kebudayaan Indonesia.
Namun sebelum itu, sejumlah musisi legendaris Nusantara sebenarnya sudah menjadi saksi "ke-Indonesia-an" Bowie, termasuk Fariz Roestam Moenaf.
"David Bowie mah emang Indonesia banget sih dia," ujar Fariz RM saat berbincang dengan CNNIndonesia.com di suatu apartemen di bilangan Bintaro, Tangerang Selatan.
Bersantai sejenak di sela sesi wawancara, Fariz menyandarkan badannya di sofa di salah satu sudut apartemen itu.
Menyilangkan kaki, Fariz kemudian bercerita bahwa ia pertama kali kenal dengan Bowie ketika sedang berkunjung ke rumah musisi sekaligus pebisnis, Setiawan Djodi.
"Setelah itu, sering ngobrol. Pas lagi ngobrol-ngobrol di rumah Djodi, David lagi bikin lagu, terus bilang, 'Fariz, elo bisa enggak bikinin syair bahasa Indonesia?' Terus Djodi bilang, 'Udah, kita kerjain aja,'" tutur Fariz.
Musisi yang genap berusia 61 tahun pada 5 Januari ini pun sepakat membantu Djodi menggarap lagu tersebut. Ia menerjemahkan beberapa penggal lirik ciptaan si Ziggy Stardust.
Lagu berbahasa Indonesia itu kemudian dirilis dalam cakram padat album Black Tie White Noise yang diedarkan khusus di dalam negeri pada 1993.
Selain nomor tersebut, Fariz juga mengaku pernah menerjemahkan sejumlah lagu karya Bowie. Namun, lagu-lagu itu belum dirilis.
Menurut Fariz, Bowie memang semakin lama kian lancar berbahasa Indonesia. Sudah seperti orang Indonesia, katanya.
"Sebelum meninggal aja, dia kan sempet lama tinggal di Gili Trawangan," tutur Fariz sembari sesekali tergagap karena begitu semangat bercerita.
Semakin bersemangat, musisi keturunan Minang-Belanda itu tiba-tiba berdiri, menegaskan postur tubuhnya yang kurus di balik baju serba hitam.
"Gue ada cerita lucu nih soal David Bowie," katanya sembari menahan senyum.
Ia lantas bercerita soal seorang temannya, Helmy, yang sangat mengidolakan Bowie. Dengan maksud memberi kejutan untuk Helmy, Fariz mengajaknya ke Gili Trawangan, tempat Bowie berada.
Setibanya di Gili, Fariz bertanya kepada salah satu staf hotel, "Pak David di mana?"
"Ada tuh, lagi sabung ayam," jawab staf itu.
Fariz pun mengajak kawannya tersebut ke tempat sabung ayam yang dimaksud. Sesampainya di sana, Bowie sedang jongkok. Hanya berbalut sarung, pelantun "Space Oditty" itu asyik berlaga sabung ayam.
"Dave!" teriak Fariz memanggil.
Sontak, sosok bule bersarung itu berbalik badan, membalas sapaan, dan langsung berbagi pelukan.
"Pas lihat David Bowie, itu temen gue pingsan. Asli, pingsan," ucap Fariz seraya menepuk punggung tangan kanannya ke telapak kiri, seolah menggambarkan Helmy saat jatuh pingsan.
Usai sadarkan diri, Helmy bak masuk alam mimpi karena bisa berbincang santai dengan idolanya.
"Wah, itu temanku seneng bukan main. Dia bilang, 'Iz, elo berjasa banget,'" tutur Fariz.
[Gambas:Youtube]
Meski setelah itu Bowie kembali ke New York, Fariz tetap menjalin komunikasi. Sampai akhirnya, melalui sambungan telepon Bowie bercerita kepada Fariz soal kondisi kesehatannya.
"Waktu sakit sebelum dia meninggal pun dia telepon aku. Dia cerita, 'Gua sakit nih. Begini, begini,'" kata Fariz sambil kembali mengambil posisi di sofa.
Kala itu, Bowie memang sedang berjuang melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya. Namun, Fariz tak sempat menjenguk hingga Bowie mengembuskan napas terakhirnya kira-kira sebulan setelah perbincangan di telepon tersebut, tepatnya pada 10 Januari 2016.
"Enggak sempat jenguk. Aku enggak nyangka dia bakal meninggal sih. Aku tahu dia sakit, tapi aku enggak tahu dia bakal meninggal," tuturnya tertunduk.
(has/end)
Foto dalam majalah Architectural Digest edisi September 1992 itu disebut-sebut sebagai salah satu jejak awal yang menunjukkan kecintaan Bowie terhadap kebudayaan Indonesia.
Namun sebelum itu, sejumlah musisi legendaris Nusantara sebenarnya sudah menjadi saksi "ke-Indonesia-an" Bowie, termasuk Fariz Roestam Moenaf.
"David Bowie mah emang Indonesia banget sih dia," ujar Fariz RM saat berbincang dengan CNNIndonesia.com di suatu apartemen di bilangan Bintaro, Tangerang Selatan.
Bersantai sejenak di sela sesi wawancara, Fariz menyandarkan badannya di sofa di salah satu sudut apartemen itu.
Menyilangkan kaki, Fariz kemudian bercerita bahwa ia pertama kali kenal dengan Bowie ketika sedang berkunjung ke rumah musisi sekaligus pebisnis, Setiawan Djodi.
![]() |
Musisi yang genap berusia 61 tahun pada 5 Januari ini pun sepakat membantu Djodi menggarap lagu tersebut. Ia menerjemahkan beberapa penggal lirik ciptaan si Ziggy Stardust.
Lagu berbahasa Indonesia itu kemudian dirilis dalam cakram padat album Black Tie White Noise yang diedarkan khusus di dalam negeri pada 1993.
Selain nomor tersebut, Fariz juga mengaku pernah menerjemahkan sejumlah lagu karya Bowie. Namun, lagu-lagu itu belum dirilis.
Menurut Fariz, Bowie memang semakin lama kian lancar berbahasa Indonesia. Sudah seperti orang Indonesia, katanya.
"Sebelum meninggal aja, dia kan sempet lama tinggal di Gili Trawangan," tutur Fariz sembari sesekali tergagap karena begitu semangat bercerita.
Semakin bersemangat, musisi keturunan Minang-Belanda itu tiba-tiba berdiri, menegaskan postur tubuhnya yang kurus di balik baju serba hitam.
"Gue ada cerita lucu nih soal David Bowie," katanya sembari menahan senyum.
![]() |
Ia lantas bercerita soal seorang temannya, Helmy, yang sangat mengidolakan Bowie. Dengan maksud memberi kejutan untuk Helmy, Fariz mengajaknya ke Gili Trawangan, tempat Bowie berada.
Setibanya di Gili, Fariz bertanya kepada salah satu staf hotel, "Pak David di mana?"
"Ada tuh, lagi sabung ayam," jawab staf itu.
Fariz pun mengajak kawannya tersebut ke tempat sabung ayam yang dimaksud. Sesampainya di sana, Bowie sedang jongkok. Hanya berbalut sarung, pelantun "Space Oditty" itu asyik berlaga sabung ayam.
"Dave!" teriak Fariz memanggil.
Sontak, sosok bule bersarung itu berbalik badan, membalas sapaan, dan langsung berbagi pelukan.
"Pas lihat David Bowie, itu temen gue pingsan. Asli, pingsan," ucap Fariz seraya menepuk punggung tangan kanannya ke telapak kiri, seolah menggambarkan Helmy saat jatuh pingsan.
Usai sadarkan diri, Helmy bak masuk alam mimpi karena bisa berbincang santai dengan idolanya.
"Wah, itu temanku seneng bukan main. Dia bilang, 'Iz, elo berjasa banget,'" tutur Fariz.
[Gambas:Youtube]
Meski setelah itu Bowie kembali ke New York, Fariz tetap menjalin komunikasi. Sampai akhirnya, melalui sambungan telepon Bowie bercerita kepada Fariz soal kondisi kesehatannya.
"Waktu sakit sebelum dia meninggal pun dia telepon aku. Dia cerita, 'Gua sakit nih. Begini, begini,'" kata Fariz sambil kembali mengambil posisi di sofa.
Kala itu, Bowie memang sedang berjuang melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya. Namun, Fariz tak sempat menjenguk hingga Bowie mengembuskan napas terakhirnya kira-kira sebulan setelah perbincangan di telepon tersebut, tepatnya pada 10 Januari 2016.
"Enggak sempat jenguk. Aku enggak nyangka dia bakal meninggal sih. Aku tahu dia sakit, tapi aku enggak tahu dia bakal meninggal," tuturnya tertunduk.
(has/end)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Lihat Semua
BERITA UTAMA
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK