Menyimpan Kenangan kala Pandemi di Barang Pribadi

AFP | CNN Indonesia
Selasa, 12 Mei 2020 14:42 WIB
A picture shows a face mask placed on a sculpture of a Soviet pioneer playing a trumpet in front of a closed restaurant on an empty  street of downtown Moscow on March 30, 2020, as the city and its surrounding regions imposed lockdowns today, that were being followed by other Russian regions in a bid to slow the spread of the COVID-19 infection caused by the novel coronavirus. - The enforcement of the strict new rules, which Moscow Mayor suddenly announced for the capital late on March 29, coincide with the beginning of a
Ilustrasi lockdown. (AFP/DIMITAR DILKOFF)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah museum di Inggris kini sudah memikirkan cara mengenang kehidupan penuh isolasi kala pandemi meski wabah masih belum sepenuhnya pergi dari kehidupan masyarakat.

"Ini semacam sebuah pengalaman tak biasa," kata Beatrice Behlen, kurator senior di Museum of London.

"Ketika kami tahu akan ada lockdown, kami memulai berpikir tentang apa yang kami butuhkan untuk mengumpulkan sesuatu di masa depan,"

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Museum yang didedikasikan untuk sejarah dari ibukota Inggris Raya itu meluncurkan sebuah program untuk menarik warga London mendonasikan barang-barang mereka yang menggambarkan kehidupan kala pandemi Covid-19, demi dijadikan sebuah instalasi.

"Ini bisa sesuatu yang memberikan kalian kenyamanan, satu contohnya yang sering disebut adalah sandal favorit, dan kalian telah mengenakannya setiap hari," kata Behlen.

Barang itu juga bisa sekaligus bukti dari bakat baru kala pandemi, entah menjahit atau memasak, atau membuat masker untuk pekerja medis.

Sejauh ini barang-barang yang telah dikoleksi adalah sebuah pot selai buatan sendiri dan mainan buatan sendiri yang digunakan untuk menemani kegiatan clap for carers yang diadakan setiap pekan di seluruh penjuru Inggris.

"Yang menarik bagi kami adalah cerita di baliknya, belum tentu barang itu sendiri," kata Behlen. "Ini mesti yang berharga bagi masyarakat. Dan kami meminta mereka mengisahkan tentang benda tersebut,"

A picture shows face masks made out of fabric by seamstresses from the Opera de Marseille in the sewing workshop of the Marseille opera house on April 20, 2020, in Marseille, southeastern France, as the country is under lockdown to stop the spread of the COVID-19 pandemic, caused by the novel coronavirus. - Usually accustomed to making production costumes,  dressmakers and seamstresses in opera houses across France, including Marseille, Bordeaux and Paris, have converted their trade to manufacturing face masks amid the coronavirus crisis. (Photo by Anne-Christine POUJOULAT / AFP)Barang itu juga bisa sekaligus bukti dari bakat baru kala pandemi, entah menjahit atau memasak, atau membuat masker untuk pekerja medis.: AFP/ANNE-CHRISTINE POUJOULAT
Mengurasi Emosi

Tantangan dari program ini adalah mengurasi emosi masyarakat dalam benda yang digunakan selama isolasi tersebut, perasaan atas kehilangan dan ketakutan, namun juga rasa aman, asa juga cinta.

Sebuah keluarga di London ikut berpartisipasi dalam program ini. Mereka memasang layar di depan meja makan mereka sehingga bisa berbagi makanan dengan yang lain melalui tautan video.

Sedangkan lainnya, mengubah ruang keluarga menjadi bengkel kerja untuk membuat pakaian para pekerja medis.

Museum ini juga meminta masyarakat untuk merekam apa yang mereka rasakan tentang rumah mereka, yang kini digunakan sebagai kantor, kelas, dan gym.

"Yang tampaknya muncul berulang kali dengan beberapa kesaksian adalah ketahanan masyarakat terhadap situasi dan bagaimana mereka berubah dan beradaptasi," kata direktur museum, Sonia Solicari.

Dalam satu kenangan yang ada, seorang pria yang dikenal sebagai Amarjit menggambarkan rumah gaya Victoria yang ia miliki di London timur telah menjadi "sebuah istana" selama masa lockdown, "segalanya kini terjadi di sini".

Berbeda dengan Alex yang tinggal sendiri di sebuah kontrakan kecil tanpa halaman. Ia mengatakan merasa terpenjara sendirian.

"Namun, saya bersyukur bahwa saya aman dan tidak berada dalam hubungan yang sulit, tetangga di bawah saya selalu bertengkar," katanya.

Solicari mengatakan dirinya terkejut tentang betapa terbuka masyarakat terkait pengalamannya.

"Ini sungguh menjadi sebuah koleksi atas perasaan dan emosi, sama seperti sebuah koleksi foto dan ucapan," kata Solicari.

"Jadi ini mendokumentasikan perasaan, yang mana bisa amat sulit bagi museum untuk mengumpulkan ini sebenarnya,"
Long-time table tennis player Norrie Short, 85, practices serving while playing table tennis in his lounge at home in Hartley Wintney, a village 45 miles southwest of London on April 3, 2020 during the nationwide lockdown due to the Coronavirus pandemic. - Norrie has been playing in the Aldershot and District Table tennis League since 1952 and coaching for the last 10 years.†Norrie says he obviously had no natural talent for the game as he started in Div. 4 and still plays in Div. 4.† Tantangan dari program ini adalah mengurasi emosi masyarakat dalam benda yang digunakan selama isolasi tersebut, perasaan atas kehilangan dan ketakutan, namun juga rasa aman, asa juga cinta. (ADRIAN DENNIS / AFP)
Insta-museum

Kurator dari seluruh dunia melakukan upaya yang sama untuk mencatat masa bersejarah ini.

Di Swedia, Nordiska Museet di Stockholm baru-baru ini mengumpulkan refleksi anak-anak atas kehidupan sehari-hari mereka yang telah berubah dan cara mereka memandang masa depan.

Di Vienna, sebuah foto ulang tahun di dalam isolasi dan sebuah ciuman melalui jendela adalah bagian dari 1.800 kontribusi yang telah dikumpulkan oleh museum kota tersebut.

"Masyarakat perlu merekam situasi ini untuk menjelaskan dalam 100 tahun lagi, apa yang sebenarnya terjadi," kata Sarah Lessire, koordinator proyek penyimpanan daring di Belgia.

"Bila kita tidak bertindak kini, kita berisiko kehilangan seluruh momen ini,"

Laman yang ia kelola telah mendata banyak inisiatif, seperti kelompok bantuan di Facebook atau sebuah pesta Hari Buruh secara virtual.

Momentum lockdown juga menginspirasi tiga insan periklanan di Barcelona untuk membuat sebuah museum virtual di Instagram.

Sebanyak lebih dari 900 karya seni telah didaftarkan kepada Covid Art Museum dari seluruh dunia.

Namun bagi museum yang secara fisik nyata dan telah ditutup selama berbulan-bulan, ada rasa kekhawatiran mereka tak bisa menunjukkan instalasi ini kepada masyarakat di masa depan.

Beberapa pihak khawatir mereka tak akan bisa bertahan menghadapi penutupan ini, termasuk Florece Nightingale Museum London, yang kini membuka donasi darurat untuk diri mereka.

Didedikasikan untuk para perawat perintis, museum itu terletak di lahan Rumah Sakit St Thomas, tempat Perdana Menteri Boris Johnson baru-baru ini dirawat karena virus corona.

[Gambas:Instagram]

(end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER