Momen mengenang kematian John Lennon seperti pada Selasa (8/12) tak akan pernah lepas dari pembahasan mengenai Mark David Chapman, pria penuh delusi yang menembak sang musisi legendaris tepat empat dekade silam.
Chapman memang pria yang disebut-sebut hidup dalam delusi. Setelah menyarangkan timah panas ke tubuh Lennon, Chapman bahkan hanya terdiam hingga polisi datang.
Ketika tiba di lokasi, polisi melihat Chapman sedang duduk tenang sambil membaca buku The Catcher in the Rye karya JD Salinger.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria kelahiran 10 Mei 1955 tersebut memang memiliki obsesi berlebih terhadap The Catcher in the Rye. Terkadang, ia bahkan menyebut dirinya sendiri sebagai perwujudan dari karakter utama dalam buku itu, Holden Caulfield.
Dalam kisah tersebut, Caulfield digambarkan sebagai seorang remaja pemberontak yang tak suka dengan segala kemunafikan.
Chapman sendiri sebenarnya sangat menyukai The Beatles dan Lennon. Namun, sebagai pria yang tumbuh di tengah keluarga berlatar belakang agama kuat, Chapman murka ketika mendengar Lennon menyampaikan pernyataan terkenalnya bahwa, "The Beatles lebih populer dari Yesus."
Tak hanya itu, Chapman juga tak suka dengan gaya hidup dan kemunafikan Lennon. Istri Chapman, Gloria Abe, mengatakan bahwa Chapman kerap kali mengomentari gaya hidup mewah Lennon.
Namun dalam lagunya, Imagine, Lennon seolah ingin mengajak pendengar untuk, "membayangkan betapa damai dunia jika tidak ada kepemilikan."
"Dia bilang kepada kita untuk membayangkan tidak ada kepemilikan dan dia di sana, dengan jutaan dolar dan yacht, dan perkebunan, tertawa ke arah orang-orang seperti saya yang sempat mempercayai kebohongannya itu dan membeli rekamannya dan hidup dengan musiknya," kata Chapman seperti tertera dalam buku March 4th, 1966: The Beginning of the End for John Lennon?.
Merujuk pada keterangan di buku lainnya, Let Me Take You Down: Inside the Mind of Mark David Chapman, the Man Who Killed John Lennon, Chapman disebut terus mendengarkan karya Lennon menjelang aksi penembakannya.
Sembari mendengarkan lagu-lagu Lennon, Chapman selalu memikirkan "kemunafikan" sang musisi yang selalu mengklaim bahwa ia tak percaya Tuhan dan The Beatles.
"Di satu titik, pikiran saya diliputi kegelapan karena amarah dan benci. Saya beli buku Lennon dan membawanya ke rumah, di mana ada buku The Catcher into the Rye yang menanamkan pola pikir Holden Caulfield dan anti-kepalsuannya," kata Chapman.
![]() |
Hingga akhirnya, Chapman berhasrat untuk membunuh Lennon. Ia lantas pergi ke New York pada Oktober 1980 dengan niat untuk menghabisi nyawa sang idola.
Namun satu ketika, ia terinspirasi dengan film Ordinary People dan urung menjalankan misinya. Chapman pun kembali ke Hawaii dan bercerita kepada istrinya bahwa ia terobsesi untuk membunuh Lennon.
Saat itu, Chapman bahkan sempat menunjukkan pistol dan peluru yang sudah ia siapkan untuk membunuh. Namun, Abe tak melaporkan keadaan suaminya ke polisi maupun petugas kesehatan.
Satu ketika, Chapman mengklaim sempat melihat tulisan "Thou Shalt Not Kill" di layar televisi dan tembok rumahnya. Chapman langsung membuat janji konsultasi dengan seorang ahli psikologi klinis, tapi ia tak pernah datang.
Ia malah kembali ke New York pada 6 Desember 1980. Terlalu kalut dengan semua pikiran dalam otaknya, Chapman sempat ingin bunuh diri dengan melompat dari Patung Liberty.
Setelah dua hari, Chapman akhirnya meninggalkan hotel tempatnya menginap, Sheraton, dan menaruh barang-barang yang ia ingin ditemukan oleh polisi, termasuk buku The Catcher in the Rye bertuliskan, "Ini adalah pernyataan saya. Holden Caulfield."
Chapman menghabiskan hari itu dengan berdiri di dekat pintu masuk apartemen Lennon di Dakota, berbicara dengan para penggemar dan penjaga pintu.
Pada pagi hari, Chapman kelewatan kesempatan untuk bertemu dengan Lennon yang sebenarnya baru saja keluar dari taksi dan berjalan menuju apartemennya.
Setelah itu, Chapman sempat menyapa asisten rumah tangga Lennon yang baru mengajak putra sang musisi, Sean, berjalan-jalan. Ia bahkan sempat bersalaman dengan Sean.
Hingga akhirnya, jam menunjukkan pukul 17.30. Lennon dan Ono keluar apartemen untuk rekaman di Studio Record Plant. Mereka berjalan tanpa bicara menuju mobil sebelum Chapman meminta Lennon menandatangani album Double Fantasy yang ia bawa.
Momen tersebut terekam dalam foto hasil jepretan fotografer amatir yang saat itu berada di lokasi, Paul Goresh.
Sembari menunggu Lennon kembali, Chapman mendekati seorang penggemar perempuan dan mengajaknya kencan malam itu. Chapman mengatakan bahwa jika perempuan tersebut mau, ia tidak akan membunuh Lennon malam itu.
Lennon akhirnya kembali pada 22.50.Ia dan Ono langsung berjalan melewati Chapman dan menuju apartemen Lennon.
Sebelum mereka masuk ke gedung apartemen, Chapman melepaskan lima peluru ke arah Lennon, empat di antaranya bersarang di punggung dan pundak sang musisi.
![]() |
Lennon langsung dilarikan ke Rumah Sakit Roosevelt. Namun, nyawanya tak tertolong dan ia dinyatakan meninggal dunia setibanya di rumah sakit.
Sementara itu, Chapman tetap tenang di lokasi sambil membaca The Catcher in the Rye hingga petugas kepolisian datang dan menahannya. Saat ditahan, Chapman sama sekali tidak melawan.
Tiga jam kemudian, Chapman berkata kepada polisi, "Saya yakin sebagian besar dalam diri saya adalah Holden Caulfield, tokoh utama dalam buku ini. Sebagian kecil dari saya pasti Iblis."
(has)