2020 menjadi masa-masa paceklik film-film bioskop. Pandemi virus corona (Covid-19) menjadi biang kerok film-film di layar lebar yang semakin kering.
Sejumlah rumah produksi film layar lebar menunda produksi hingga tayang karena Covid-19. Ada pula penayangan film seperti Mulan yang banting setir ke media streaming.
Sebaliknya, film tayangan streaming semakin menjamur di masa pandemi. Berikut film-film terbaik pilihan redaksi CNNIndonesia.com:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Butuh perenungan panjang untuk menentukan film yang mesti dipilih untuk masuk terbaik versi saya tahun ini. Selain karena pandemi yang membuat keberadaan film menjadi minim, saya termasuk penggemar pengalaman sinematik di bioskop sehingga menonton secara streaming tak terlalu membuat berkesan.
Namun ada dua film yang akhirnya saya pilih: Cuties dan Mudik. Untuk Cuties, terlepas dari kontroversi dan kebencian yang banyak pada film ini, sejatinya mengisahkan fenomena yang nyata terjadi pada generasi anak bocah era sekarang. Saya pun melihatnya sendiri dan film ini layak menjadi peringatan dini bagi siapapun yang mengaku peduli pada anak-anak.
Sedangkan untuk Mudik, kisahnya yang memotret kegiatan pulang kampung membawa kenangan tersendiri bagi saya. Kondisi pandemi yang membuat jutaan perantau sulit bertemu keluarga di kampung halaman setidaknya sedikit terobati lewat film ini. Apalagi, kebiasaan masyarakat daerah kala mudik masih digambar dengan jelas lewat film garapan Adriyanto Dewo ini.
Tak begitu banyak film yang saya saksikan pada 2020 karena sesungguhnya memang lebih menikmati menyaksikan serial daripada film apabila di layar kaca. Namun, pilihan akhirnya diberikan kepada The Invisible Man dan Pawn.
The Invisible Man merupakan film yang berhasil mengejutkan berkat jalan ceritanya. Meski memiliki alur yang cukup lambat di awal, akting Elisabeth Moss menarik perhatian dan menutupi hal itu hingga akhir film. Review The Invisible Man bisa dibaca di sini.
Lihat juga:Review Serial: Alice in Borderland |
Sementara itu, apabila sedang mencari tontonan yang bisa menghangatkan perasaan hingga mata terutama jelang akhir tahun dan juga humor di dalamnya, Pawn menjadi pilihan utama yang bisa disaksikan bersama keluarga, orang terdekat, dan juga bisa dinikmati diri sendiri.
Sebelum pandemi Covid-19, saya beruntung bisa menyaksikan Little Women di bioskop hingga lima kali. Tak habis-habis kagum saya dengan cara Greta Gerwig meracik film semagis ini di kali keduanya duduk di kursi sutradara.
Gerwig berhasil meramu kisah klasik dari buku Louisa May Alcott itu menjadi suguhan segar, menambah makna yang tak terasa dalam tiga film adaptasi sebelumnya, kemudian dibumbui dengan romansa dan humor pas. Semua tersaji dalam wadah sinematografi yang apik.
Setelah pandemi, saya menyelami lautan dokumenter di festival virtual dan terhanyut kala menonton Collective. Dengan premis mengikuti perkembangan penyelidikan kebakaran di kelab malam, dokumenter ini bak film thriller yang membuat penonton tegang dan emosi di saat bersamaan.
Bagi saya Da 5 Bloods merupakan film terbaik tahun ini. Lewat film ini Spike Lee berhasil menyampaikan isu rasial namun tetap nyaman dinikmati dan mudah dipahami. Seperti ketika ia menggarap BlacKkKlansman (2018).
Bukan hanya penyutradaraan, pembentukan dan pengembangan karakter dalam Da 5 Bloods sangat kuat. Latar belakang setiap karakter dieksplorasi dengan baik sehingga permainan emosi antar karakter sangat terasa.
Lihat juga:Review Drama: Start-Up |
Selain Da 5 Bloods, film terbaik lain tahun ini adalah Humba Dreams. Riri Riza menjelaskan pentingnya proses pembuatan film dengan kisah yang menarik. Dengan kata lain film ini adalah surat cinta dari film untuk film.
Saya memilih I'm Thinking of Ending Things dan Rebecca karena cukup kaya plot twist di film tersebut. Film karya Charlie Kaufman kerap memberikan 'jebakan-jebakan' dan penuh dengan suspend yang menjaga penonton tetap tegang.
Sementara itu, intrik-intrik seputar pembunuhan istri tokoh bangsawan menjadikan Rebecca membetot emosi penonton. Dua film itu menjadi rekomendasi menarik bagi penonton yang menyukai sejumlah kejutan.
Sejak pertama trailer film ini keluar, saya sudah tidak sabar untuk melihat karakter Enola Holmes yang jarang muncul di cerita detektif Sherlock Holmes. Terbukti saat film Enola Holmes ini keluar saya langsung menjerit kegirangan.
Enola Holmes sukses memberikan tontonan yang segar dan berbeda. Film ini semakin hidup dengan aksi lucu dari Enola dan Viscount Tewksbury yang menggemaskan.
Sementara itu, jalan cerita dalam film Holidate juga tidak kalah menarik untuk menjadi hiburan di 2020. Jalan ceritanya dekat dengan kehidupan sehari-hari tanpa banyak bumbu yang dilebih-lebihkan.
(tim)