Jakarta, CNN Indonesia --
Sepanjang 2020 lalu, semakin banyak drama Korea memiliki karakter utama perempuan yang kuat, sebuah perubahan tren nyata dari citra candy girl yang menguasai industri drama Korea selama dua dekade.
Beberapa karakter perempuan berkarakter kuat tersebut diawali dengan Yoon Se-ri (Crash Landing On You), Ji Sun-woo (The World of the Married), para detektif dalam Good Casting, ibu-ibu di Birthcare Center, Won In-jae (Start-Up) dan masih banyak lagi.
Kemunculan para tokoh karakter perempuan itu bak tanda bahwa karakter candy girl tak lagi menjadi favorit para penulis drama dalam beberapa tahun terakhir. Industri salah satu penopang gelombang budaya Korea (hallyu) itu kini gencar mempromosikan karakter perempuan yang kuat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Istilah candy girl digunakan untuk menggambarkan sosok perempuan naif, kurang mampu, sangat optimis, selalu bekerja keras untuk bertahan hidup yang kemudian bertemu dengan laki-laki kaya dan situasi di sekitar membuat keduanya saling jatuh cinta.
Drama Boys Over Flowers yang tayang pada 2009 lalu menjadi contoh nyata dari tren tersebut. Drama itu pun sempat menjadi hit dan menular ke berbagai negara lainnya di luar Korea.
 Crash Landing on You. (dok. tvN/Netflix via Hancinema) |
Kini kisah dengan karakter ala Cinderella itu mulai ditinggalkan. Salah satunya oleh drama Weightlifting Fairy Kim Bok-joo (2016) yang memiliki pesan perempuan seharusnya menemukan seseorang yang menghormatinya apa adanya, daripada harus menyesuaikan diri demi cinta.
Ada pula The Beauty Inside yang menampilkan Han Se-gye dan Kang Sa-ra yang populer dan sukses secara karier, Jang Man-wol dalam Hotel Del Luna, serta tiga perempuan karier dan terpandang di perusahaannya dalam Search: WWW.
Drama-drama itu pun menuai sambutan hangat dari penonton. Salah satu sebabnya ditengarai ceritanya yang berbeda. Biasanya, karakter pekerja keras, berorientasi karier, dan pengusaha sukses dalam drama Korea selalu ditempatkan pada tokoh laki-laki.
Namun perubahan tren drama Korea ini bukan terjadi dalam semalam. Perubahan tren ini pun dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah paham feminisme yang tumbuh dan mulai menggoyang eksistensi budaya patriarki dalam masyarakat Korea.
 Hotel del Luna. (dok. tvN/Netflix via hancinema.net) |
Melawan Patriarki
Profesor East Asian Studies and Anthropology Yonsei University, Bonnie Tilland, menilai perubahan penggambaran karakter utama perempuan dalam drama Korea ini berkaitan dengan keinginan serta sambutan hangat dari penonton.
Kemudian, semakin banyak masyarakat umum serta para pesohor yang berani buka suara mengenai feminisme serta pemberdayaan perempuan, baik di media sosial maupun secara langsung.
"Dengan peningkatan gerakan #MeToo di Korea Selatan beberapa tahun terakhir, beberapa drama menampilkan pemeran utama perempuan yang secara eksplisit berperang melawan sistem patriarki," ucap Tilland seperti dilansir Forbes.
Perjuangan kaum perempuan di Korea Selatan dan pengaruhnya pada drama ada di halaman selanjutnya...
Selama bertahun-tahun, perempuan Korea Selatan terus mencoba mendapatkan kesetaraan dan pemberdayaan. Pada September 2019, 10 ribu perempuan Korea menggelar aksi menuntut keselamatan mereka dari kamera tersembunyi dan kekerasan seksual.
Gerakan #MeToo juga bergejolak di Korea dalam beberapa tahun terakhir.
Akan tetapi tak semua gerakan emansipasi dan pemberdayaan perempuan itu ditanggapi dengan hangat. Tak sedikit laki-laki Korea menilai ragam aksi bernafaskan feminisme itu ditujukan untuk menjatuhkan derajat mereka.
CNN melaporkan, Realmeter melakukan jajak pendapat terhadap 1.000 orang dewasa pada 2018 dan mendapatkan hasil 76 persen laki-laki berusia 20-an dan 66 persen pria 30 tahunan secara nyata menolak feminisme.
Meski begitu, kondisi tersebut tak mengecilkan suara para idol perempuan dan industri drama Korea dalam mempromosikan kekuatan kaum Hawa. Seperti dilansir South China Morning Post, Joy Red Velvet pernah menggunakan kaus bertuliskan 'We Should All Be Feminists'.
Irene Red Velvet juga sempat memicu perdebatan di media sosial pada 2018 karena membaca novel Kim Ji-young, Born 1982 karya Cho Nam-joo. Novel itu terbilang kontroversial karena secara nyata menggambarkan budaya patriarki di masyarakat Korea yang menekan kesejahteraan hidup para perempuan.
[Gambas:Instagram]
Bertumpu Rating
Bukan hanya dari para idol, Gong Hyo-jin menjadi aktris yang terang-terangan sebagai feminis. Ia kerap membintangi drama yang disutradarai perempuan dan memiliki prinsip sama dengannya.
Ia juga kerap membintangi drama dengan karakter perempuan kuat dan menolak menjadi sosok candy girl seperti yang ia lakukan dalam When the Camellia Blooms dan The Master's Sun.
Akan tetapi, apakah tren karakter perempuan yang kuat dan mampu mendobrak budaya patriarki dalam masyarakat Korea Selatan ini dapat bertahan pada 2021 juga masa depan?
Secara sumber daya manusia, peluang karakter perempuan kuat di drama Korea sebenarnya masih terbuka mengingat Korea Selatan memiliki banyak penulis naskah perempuan.
 It's Okay, That's Love. (Dok. SBS) |
Mereka di antaranya adalah Hong Sisters (The Master's Sun), Kim Eun-sook (Mr. Sunshine), Noh Hee-kyung (It's Okay, That's Love), Kim Eun-hee (signal), dan Park Ji-eun (My Love from the Star).
Center for the Study of Women in Television and Film pun menyebutkan penulis naskah perempuan di Korea mencapai 90 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain, termasuk di Amerika Serikat sebagai negara dengan asal gelombang #MeToo mulai menyebar.
Perempuan yang bekerja di industri televisi dan film di Amerika Serikat tercatat hanya sekitar 27 persen. Itupun sudah meliputi sutradara, penulis, produser, eksekutif produser, dan editor.
Peluang tren perempuan kuat dalam drama Korea pun tampak masih akan muncul, setidaknya pada 2021, mengingat sejumlah judul drama yang memiliki karakter tersebut dijadwalkan tayang setahun ke depan.
Salah satunya adalah Sisyphus: The Myth. Dalam drama itu, Park Shin-hye akan tampil sebagai pejuang kuat dengan kemampuan bertahan hidup, bela diri, dan menembak amat baik.
Akan tetapi, perlu diingat bahwasanya penentu eksistensi dari tren dalam industri televisi seperti drama Korea ini adalah sambutan hangat penonton yang dibuktikan dengan rating.
Tak sedikit drama Korea yang terpaksa harus memangkas episode dan tak memiliki masa depan karena rating yang anjlok atau tak memuaskan pihak stasiun televisi sebagai pelaku penyiaran.
Kejadian itu pun terjadi pada 2020 lalu, seperti pada A Piece of Your Mind yang dibintangi Jung Hae-in dan Chae Soo-bin dan dijadwalkan ada 16 episode namun kemudian dipangkas hanya menjadi 12 episode karena rating rendah.