Pada 2013, sageuk Empress Ki sempat memicu kontroversi. Beberapa kritikus menilai sageuk seperti Empress Ki membuat penonton bingung karena mendapatkan sejarah yang terdistorsi, bahkan cenderung fiksi.
Sejarawan Korea, Yoon Suk-jin kala itu mengeluhkan narasi drama tersebut yang menggambarkan penguasa Yuan, Empress Ki. Drama tersebut dianggap Yoon bisa membuat persepsi penonton menjadi terlalu positif atas Ki. Padahal, menurutnya, Ki tak sebaik seperti yang digambarkan dalam drama.
Keputusan Empress Ki yang fokus pada kisah kesuksesan dianggap Yoon melepas fakta bahwa sosok dia yang sesungguhnya itu bertanggung jawab atas penyerangan tanah airnya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Empress Ki digambarkan sebagai pejuang perempuan pemberani," kata Yoon yang merupakan akademisi di Chungnam University, dikutip Korea Times. "Bila pola ini berlanjut, ini akan mengarahkan penggambaran positif atas dirinya."
Contoh terbaru adalah Mr. Queen. Drama hasil adaptasi novel dan drama Go Princess Go ini dilaporkan ke lembaga penyiaran Korea atas dugaan mendistorsi sejarah, merendahkan tokoh sejarah nyata yaitu Raja Cheoljong, dan tak menghormati aset budaya.
Stasiun televisi tvN selaku penyiar drama tersebut telah meminta maaf dan mendapatkan catatan dari lembaga penyiaran Korea.
![]() |
Akan tetapi, kontroversi itu tak menutupi dukungan penonton lainnya terhadap drama fantasi romantis komedi ini. Mr. Queen mengakhiri 20 episodenya dengan rating lebih dari 17 persen.
"Mr. Queen 'menampilkan kombinasi unik dari kisah pertukaran tubuh yang umum dan latar sejarah," kata pengamat budaya, Kim Heon-shik, kepada Yonhap dan dikutip Korea Times.
"Nada komikal dan jenaka serta narasinya yang kuat membuat orang-orang terus menonton serial ini," lanjutnya.
Capaian itu membuat drama yang dibintangi Shin Hye-sun dan Kim Jung-hyun ini masuk lima besar daftar rating tertinggi sepanjang sejarah tvN, setelah Crash Landing On You, Goblin, Reply 1988, dan Mr. Sunshine.
Fenomena pada Mr. Queen tersebut menggambarkan perkembangan sageuk yang terus berubah, mulai dari alat propaganda menjadi sekadar cerita fiksi.
Selain dari segi konten, jumlah episode sageuk pun berubah. Awalnya, drama sejarah memiliki 40 bahkan lebih dari 100 episode, seperti Tears of the Dragon (159 episode). Kini, sageuk rata-rata memiliki 16-20 episode sama seperti drama pada umumnya.
Meski perubahan terus terjadi, sageuk tetap memiliki penggemarnya tersendiri. Jalan cerita yang menarik terutama dalam faksi bahkan fiksi juga tak akan pernah lepas dari sorotan penonton mengenai akurasi sejarah itu sendiri.
(chri/end)