Hikayat Sageuk, Sejarah Korea dalam Bingkai Sinema

CNN Indonesia
Minggu, 21 Feb 2021 07:39 WIB
Drama Korea berlatar belakang sejarah atau yang dikenal sebagai sageuk itu sejatinya sudah ada lebih dari lima dekade lalu.
Drama Korea berlatar belakang sejarah atau yang dikenal sebagai sageuk seperti Mr. Queen sejatinya sudah ada lebih dari lima dekade lalu. (Arsip tvN via Hancinema)
Jakarta, CNN Indonesia --

Nyaris setiap tahun, selalu ada drama atau film Korea baru yang bertema kerajaan atau periode lampau alias sageuk. Terakhir kali, Mr. Queen mampu menjadi pengisi waktu pencinta drama Korea tiap akhir pekan selama beberapa minggu terakhir.

Sebagian dari sageuk itu diadaptasi dari kisah yang autentik, namun banyak pula yang mengadaptasi lepas sejarah atau yang dikenal sebagai fusion sageuk, atau pun faction (fact + fiction) sageuk. Sageuk autentik dibuat berdasarkan fakta, fusion hanya menggunakan fakta sebagai latar cerita fiksi, sedangkan faction atau faksi bisa berupa interpretasi ulang atas fakta.

Drama Korea berlatar belakang sejarah atau yang dikenal sebagai sageuk itu sejatinya sudah ada lebih dari lima dekade lalu. Perjalanan panjang serta perubahan demi perubahan dialami dari drama sejarah Korea sejak saat itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misalnya pada 1970. Kala itu, drama sejarah digunakan pemerintah untuk mempromosikan solidaritas nasional (propaganda). Kemudian, pada 1980-an, sageuk bergeser dengan menampilkan intrik dan romansa dalam Istana yang tak tercatat secara resmi dalam sejarah.

Hingga pada pertengahan 1990-an, drama sejarah Korea mulai menampilkan dialog-dialog yang bisa terhubung dengan masyarakat kontemporer.

Di antaranya adalah Tears of the Dragon (1996) dan The King and Queen (1998) berlatarkan Dinasti Joseon di mana Raja Taejo merebut takhta dalam kudeta. Drama-drama tersebut mulai fokus pada kehidupan sehari-hari orang biasa, tak hanya para petinggi kerajaan.

The Immortal Yi Sun-shin (2004) menjadi contoh signifikan lainnya. Laksamana Yi Sun-shin bertolak belakang dengan gambaran pahlawan ideal atau pada umumnya.

Drakor Jewel in the Palace / Dae Jang GeumJewel in the Palace (Dae Jang-geum, 2003) menjadi contoh drama yang menawarkan interpretasi ulang fiksi dalam Dinasti Joseon. (dok. MBC via Hancinema)

Faksi

Namun jalan cerita drama sejarah Korea benar-benar berubah mulai 2000-an. Korean Literature Now mencatat, dalam periode itu muncul istilah faksi yang merupakan gabungan dari fakta dan fiksi. Hal tersebut disebabkan para penulis mulai membuat fiksi materi sejarah.

Jewel in the Palace (Dae Jang-geum, 2003) menjadi contoh drama yang menawarkan interpretasi ulang fiksi dalam Dinasti Joseon. Drama tersebut fokus pada kehidupan perempuan dalam dinasti konfusianisme terlama di Korea.

[Gambas:Video CNN]

Selama bertahun-tahun, drama sejarah bentuk faksi terus berkembang dan menonjolkan sudut pandang sejarah terbuka, berlawanan dengan yang dilakukan sebelumnya yakni kaku dan persis sesuai seperti masa lalu.

Contohnya adalah Sungkyunkwan Scandal (2010) yang menampilkan sejarah lewat sudut pandang baru. Drama ini menceritakan seorang perempuan cerdas yang mengemban ilmu di institusi pendidikan paling elit era Jeongjo, salah satu raja paling progresif Dinasti Joseon.

Kemudian The Princess Man (2011) yang menceritakan kudeta berdarah pada 1453 akibat perebutan kekuasaan antara Pangeran Suyang dan Kim Jong-seo namun lewat sudut pandang anak-anak mereka.

Drakor The Moon Embracing the Sun / The Sun and the MoonThe Moon that Embraced the Sun (2012) menjadi drama yang benar-benar mengadaptasi lepas sejarah. (dok. MBC via Hancinema)

Begitu juga dengan Tree with Deep Roots (2011) yang sesungguhnya menceritakan situasi jelang Raja Sejong menciptakan hangeul (alfabet Korea). Namun, kisah ditampilkan dari sudut pandang seorang detektif.

The Moon that Embraced the Sun (2012) menjadi drama yang benar-benar mengadaptasi lepas sejarah. Drama berlatar belakang Dinasti Joseon ini menceritakan raja fiksi sebagai protagonis dan mendapatkan sambutan hangat hingga dilabeli National Drama kala itu.

Sambutan hangat terhadap faksi membuat akurasi sejarah tak lagi menjadi sorotan utama bagi sebagian besar penonton.

Akurasi

Namun, kondisi itu tak menjamin drama sejarah bebas dari keluhan penonton. Berbagai drama sejarah setidaknya mendapatkan satu keluhan mengenai akurasi.

Kontroversi soal sageuk berlanjut di halaman berikutnya...

Kontroversi Sageuk

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER