Sastrawan dan budayawan Radhar Panca Dahana dikabarkan meninggal dunia, Kamis malam (22/4) di RSCM, Jakarta. Radhar Panca meninggal di usianya ke 56.
Hal tersebut dikabarkan langsung oleh sang kakak kandung, Radhar Tribaskoro melalui akun Facebook pribadinya.
"Telah berpulang malam ini pk. 20.00 adik saya tercinta Radhar Panca Dahana di UGD RS Cipto Mangunkusumo." tulis Radhar Tribaskoro.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mohon maaf atas semua kesalahan dan dosanya. Mohon doa agar ia mendapat tempat yang terbaik di sisiNya. Aaminn YRA." lanjutnya
Pada tahun 2018 lalu, Radhar Panca jadi satu dari para budayawan Tanah Air yang diundang ke Istana oleh Presiden Joko Widodo untuk memberi masukan perihal kondisi bangsa.
Kala itu, Radhar menyebut bahwa kebudayaan harus menjadi fondasi bangsa. Ia menyebut, bahwa pembangunan yang dilakukan negara harus tetap meluhurkan kemanusiaan.
"Pak Presiden sangat menyadari bahwa fondasi fundamennya kebudayaan. Fondasi dari kebudayaan adalah pembangunan manusia. Bagaimana caranya pembangunan meluhurkan kemanusiaan," ujarnya kala itu.
Radhar Panca Dahana merupakan seorang sastrawan yang lahir di Jakarta pada tahun 1965. Ia memulai perjalanan sebagai sastrawan sejak usia 10 tahun dengan rutin menulis cerpen di Harian Kompas.
Semasa hidupnya, Radhar Panca Dahana meninggalkan sederet karya hebat, di antaranya Dalam Sebotol Cokelat Cair (esai), Lalu Waktu(kumpulan puisi), dan Menjadi Manusia Indonesia (esai).
(fjr)