Jakarta, CNN Indonesia --
Fenomena gerhana bulan bagi masyarakat Bali memiliki cerita tersendiri. Konon, gerhana bulan merupakan peristiwa ketika raksasa jahat bernama Kala Rau memakan Dewi Ratih alias Dewi Bulan.
Data Cerita Rakyat Kemendikbud mencatat mitos tersebut dalam folklor Candra Kepangan Detya Kala Rau yang berasal dari kawasan Badu, Badung, Bali.
Alkisah, raksasa paling menakutkan di antara para raksasa dan bermukim di Bumi Balidwipa bernama Kala Rau mengancam akan menyerang Kerajaan Wisnuloka karena cintanya ditolak oleh Dewi Ratih atau Dewi Bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia berperawakan besar, kekar, dan wajahnya sangat menyeramkan. Ia pun sangat sakti bahkan kesaktiannya melebihi kesaktian beberapa dewa.
Tak ingin kerajaan hancur, Dewa Wisnu membagikan tirta amerta (air kehidupan) kepada para dewa. Tirta amerta dipercaya dapat menghindarkan para dewa dari kematian saat Kala Rau menyerang Wisnuloka.
Rencana tersebut diketahui oleh Kala Rau. Ia pun berubah wujud menjadi Dewa Kuwera dan ikut dalam pembagian tirta amerta bersama dewa-dewa lain.
Dewa Wisnu lalu memberikan kendi yang berisi tirta amerta kepada para dewa. Dewa Wisnu berpesan setiap dewa cukup minum seteguk tirta amerta.
Satu demi satu dewa pun minum tirta amerta dari kendi tersebut. Mula-mula Dewa Iswara, kemudian Dewa Sambu, Dewa Brahma, Dewa Siwa, dan Dewa Sangkara.
Ketika tiba pada giliran Dewa Kuwera, Dewa Wisnu mencium bau aneh...
Kecurigaan Dewa Wisnu berlanjut ke halaman berikutnya...
....Dewa Wisnu merasakan sosok Dewa Kuwera mencurigakan.
Kecurigaan Dewa Wisnu semakin besar setelah melihat Dewa Kuwera meneguk tirta amerta berkali-kali. Tiba-tiba Dewa Wisnu berteriak, "Kamu bukan Kuwera! Kamu Raksasa Kala Rau!"
Dewa Wisnu lalu memanah leher Dewa Kuera yang perlahan-lahan berubah menjadi Kala Rau.
Usai dipanah Dewa Wisnu, tubuh Kala Rau terbagi menjadi dua. Badannya jatuh ke bumi lalu menjadi lesung dan kepalanya melayang di angkasa. Namun kepala Kala Rau masih terus hidup karena sudah meminum tirta amerta.
Pada saat bulan purnama, kepala Kala Rau berjumpa dengan Dewi Ratih. Kepala Kala Rau lalu menghadang Dewi Ratih.
"Dewi Ratih! Kamu tidak dapat menghindar dari ku lagi! Kamu tidak dapat menolak cintaku. Kini kamu menjadi milikku!" kata Kala Rau kepada Dewi Ratih.
Dewi Ratih gemetar mendengar kata-kata Kala Rau. Ia tidak dapat menghindar saat kepala Kala Rau semakin mendekat dan mendekapnya.
Tubuh Dewi Ratih yang cantik itu perlahan-lahan tertelan Kala Rau. Raksasa yang rakus itu mengira tubuh Dewi Ratih masuk ke perutnya.
Ternyata dugaan Kala Rau salah. Sesaat kemudian, sedikit demi sedikit tubuh Dewi Ratih muncul kembali.
Ketika tubuh Dewi Ratih tertelan kepala Kala Rau, Bumi Balidwipa menjadi gelap. Peristiwa tertelannya tubuh Dewi Ratih oleh Kala Rau dipercaya oleh penduduk Bali Dwipa sebagai gerhana bulan.
Oleh karena itu, setiap terjadi gerhana bulan penduduk beramai-ramai membuat bunyi-bunyian dengan memukul kentongan atau lesung, yang merupakan badan Kala Rau agar ia melepaskan bulan yang ditelannya.
Sementara itu, fenomena gerhana bulan total perigee atau super Blood Moon dilaporkan akan terjadi pada Rabu, 26 Mei 2021. Fenomena alam ini terjadi bertepatan dengan hari raya Waisak 2565.