Bagian Amongraga dan Tambangraras, mereka itu menikah. Amongraga mengatakan kepada Tambangraras kalau kita bersenggama, saya harus pergi untuk mencari adik-adik saya.
Jadi dari awal mereka tahu bahwa mereka akan lepas di situ juga dijelaskan meski mereka sudah menikah waktu malam pertama selama 40 malam mereka tidak bersenggama, mereka saling membagi ajaran dan belajar bagaimana menjadi biasa dengan ketelanjangan mereka tentang tubuh mereka, dan bagaimana mereka belajar mengendalikan nafsu mereka agar tidak lagi nafsu seks tapi betul-betul cinta yang dalam sekali dan cinta kepada Ilahi. Kalau nafsunya sudah tenang dan tidak saling takut, mereka pada malam terakhir akhirnya bisa bersenggama dengan keindahan.
Tidak seperti binatang, dan mereka bisa merasakan kehadiran Ilahi dalam senggama mereka. Ini sangat spiritual. Tapi sesudah itu Amongraga meninggalkan istrinya untuk mencari adik-adiknya. Jadi ada keindahan, ada kesedihan jadi luar biasa. Saya tidak tahu di karya mana ada hubungan senggama seindah itu, tapi orang fokus pada yang lain-lain itu terserah mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oh iya lebih mungkin.. Tapi jangan lupa Centhini dulu ditembangkan, jadi ada keseimbangan antara kata-kata ada yang sangat vulgar. Tapi karena ditembangkan secara halus dan indah, jadi kalau kita menerjemahkan kata-kata itu tanpa melihat bahwa ini adalah tembang yang ada cuma kevulgaran separuh, yang indah akan hilang.
Makanya, saya berusaha menciptakan walau pakai kata-kata yang vulgar tapi irama dan gaya menulis harus indah.
Dulu bisa dibayangkan perempuan Jawa yang duduk rapi sebagai sinden dan menyanyi dengan sangat halus tapi menyanyinya pakai kata-kata vulgar. Itu lain sekali kalau mereka membaca. Makanya harus hati- hati, justru dengan ditembangkan jadi ada pertemuan antara kevulgaran yang halus dalam hal seksualitas.
Vulgar ini dalam arti yang sangat nyata mereka tidak menggunakan metafora. Jadi betul-betul mereka mendeskripsikan itu. Saya tidak terlalu tertarik berbicara tentang seksualitas, nanti orang berpikir 'wah ini Serat Centhini hanya soal seksualitas'.
Wah jauh banget kitab Kamasutra, kitab Kamasutra tidak vulgar ya. Itu buku ajaran tentang bagaimana suami istri bersenggama jadi soal teknik-tekniknya, jadi pertama ini orang-orang sudah salah persepsi.
Iya, jadi semua orang salah kaprah, dan saya nggak tahu ini kenapa ya? Mungkin orang punya obsesi memimpin dunia dari zaman dahulu dengan seksualitas, nafsu jadi makanya mereka bilang Serat Centhini itu Kamasutra.
Seperti Garin Nugroho tertarik dulu dan Nicolas Saputra. Dia tertarik sekali tapi mungkin, nanti tanya dia apakah itu 40 malam tapi bagian lain, tapi mereka merasa karya itu kontemporer isinya dan bisa jadi satu karya. Hanya saja, mereka belum menemukan caranya, karena memang susah. Harus pintar dan halus supaya kompleksitas Serat Centhini bisa digambarkan dalam satu film.
Sudah lama, beberapa tahun lalu dia tertarik. Tapi belum sampai karena mungkin tertarik pada karya Jawa lain nanti coba tanya dia (Garin) sendiri.
(nly/fjr)