Kepada CNNIndonesia.com, Maissy Pramaisshela Arinda mengatakan ruang ICU atau Intensive Care Unit bisa menampung pasien kritis jika ada pasien yang awalnya kritis lalu sembuh dan dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Kemungkinan kedua adalah pasien yang kritis tersebut meninggal dunia. Dalam situasi pendemi saat ini, kemungkinan pasien bisa dirawat di ruang ICU tidak bisa diprediksi.
"Jadi kondisinya benar-benar sekacau itu. Sedihnya lagi tenaga kesehatan kami juga berkurang karena hari ini aku mendapat kabar ada rekan sejawat yang meninggal. Dia sedang mengandung 24 minggu dan masih masih bertugas meskipun sudah ditempatkan di tempat ruang rawat inap yang non-covid," ujarnya.
Tak hanya itu, Maissy juga mendapat kabar bahwa salah satu teman sejawatnya positif Covid-19 sehingga harus isolasi mandiri. Hal ini berarti jumlah tenaga medis berkurang dua orang, dari yang awalnya berjumlah 10 orang kini menjadi delapan orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah artinya jam kerja bertambah. Risiko-risiko kelelahan, risiko untuk imun turun bertambah takutnya kan jadi positif juga. Ini seperti lingkaran setan, jadi di satu sisi kita harus jaga kesehatan di satu sisi kita juga harus merawat pasien yang kritis juga," ujarnya.
Seperti di Serial Grey's Anatomy
Ia pun melihat kondisi di rumah sakit tempatnya bekerja seperti dalam serial Grey's Anatomy. Semua tenaga medis berlarian di setiap lantai untuk menyelamatkan pasien yang kritis.
"Jadi pernah kami menangani pasien CPR karena tiba-tiba berhenti jantung di lantai A tiba-tiba kami mendapat laporan lagi di lantai sekian bahwa [ada pasien] saturasi mulai turun. Kamu harus segera masuk ICU jadi kayak di film gitu deh kalau pernah lihat film Greys Anatomy ya gitu lebih seram," ujarnya.
Maissy juga harus menyiapkan mental untuk menyampaikan berita kematian kepada keluarga pasien.
"Jadi sedihnya adalah misalnya dalam satu keluarga ternyata suaminya meninggal tadinya kondisinya pasiennya baik kemudian jadi drop karena tahu ada keluarga yang meninggal itu tuh yang jadi dilema. Jadi empati sedih dan baper juga ya karena harus menyaksikan pasien pasiennya tuh melawan maut," ujarnya.
Meissy pun semakin prihatin dengan melihat perilaku orang-orang yang abai protokol kesehatan.
"Tapi sedih banget [dengar] orang-orang masih banyak nggak percaya padahal di dalam rumah sakit kayak gitu," ujarnya.
Meski sudah paham tentang Covid-19 dan sudah menerapkan protokol kesehatan dengan sangat ketat, Maissy mengaku masih khawatir ia berpeluang tertular virus mematikan ini.
"Setiap aku dengar ada yang positif itu langsung teng, aku kapan ya jadi berasa nunggu giliran jujur ya, sampai mikir kalau sampai bakal meninggal kayak gitu, jujur aku juga manusia ya kayak panik juga kayak aduh kalau aku yang kayak gitu gimana anak-anak," ujarnya.
Namun, Maissy tidak menjadikan hal itu sebagai penghalang untuk tetap berbakti pada profesinya. Ia justru menjadikan hal itu sebagai pegangan supaya lebih berhati-hati saat bertugas.
(nly/bac)