KHP Kridhomardowo, divisi seni pertunjukan di Keraton Yogyakarta meluncurkan Royal Orchestra di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
KHP Kridhomardowo juga merilis album Gendhing Soran Volume 1 pada gelaran Uyon-Uyon Hadiluhung yang digelar setiap Senin Pon-malam Selasa Wage setiap bulannya.
Peluncuran Royal Orchestra dan rilis album ini sebagai bagian dari peringatan Hari Musik Sedunia (World Music Day/La Fête de la Musique) yang jatuh setiap 21 Juni sekaligus untuk menghormati musisi di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun peluncuran Royal Orchestra ini didukung oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Hari Musik Sedunia yang diperingati pada 21 Juni tahun ini bersamaan dengan hari Senin Pon-malam Selasa Wage dimana biasanya kami, KHP Kridhomardowo, menggelar Uyon-Uyon Hadiluhung untuk memperingati Wiyosan Dalem atau hari kelahiran Ngarsa Dalem," kata KPH Notonegoro selaku Penghageng Kawedanan Hageng Punokawan Kridhomardowo.
"Sebuah kebetulan yang sangat indah dan sayang kalau tidak dimanfaatkan sekaligus untuk menghadirkan hal-hal yang istimewa, yang sudah kami impikan dan kami rencanakan sejak lama, yaitu Royal Orchestra dan Album Gendhing Soran Volume 1," ujarnya.
Paniradya Pati sekaligus merangkap sebagai Plt. Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Aris Eko Nugroho menyampaikan bahwa agenda ini merupakan wujud dukungan Dinas Kebudayaan DIY mengelola dan melestarikan budaya daerah.
Dia menerangkan, Dinas Kebudayaan atau Kundha Kabudayan punya tugas sebagaimana tercantum dalam Perdais No 3/2017 tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Kebudayaan.
"Kita diminta untuk memelihara dan mengembangkan semua objek kebudayaan. Ada 7 objek kebudayaan yang harus dikembangkan, salah satunya adalah seni, dimana orkestra menjadi bagiannya," ungkapnya.
Menurut Aris, hal lain yang tak boleh dilupakan adalah tradisi luhur atau semua hal baik yang berasal dari Kasultanan dan Kadipaten.
Menurutnya orkestra adalah sebuah bagian yang pernah ada di Kasultanan. Oleh karenanya, tentu saja Kundha Kabudayan bekerja sama dengan semua pihak bersama-sama mengembangkan musik orkestra itu sendiri.
Apalagi sejak 2016, di Kundha Kabudayan sudah ada rancangan rencana maupun pelaksanaan berkaitan dengan promosi camp bekerja sama dengan Melbourne.
"Namun, karena saat ini pandemi, yang biasanya ada bimbingan langsung dari Melbourne, saat ini tidak dapat dilaksanakan," jelas Aris.
Dengan demikian, pada 2020 ini musik orkestra ini ditampilkan oleh Dinas Kebudayaan DIY namun dalam kapasitas berbeda. "Maka tahun 2021, melalui Dana Keistimewaan, diluncurkanlah Yogyakarta Royal Orchestra," tukasnya.
Peluncuran Royal Orchestra
Adapun Royal Orchestra sendiri diluncurkan secara resmi dengan mengadakan pementasan perdana tepat di Hari Musik Dunia, Senin, 21 Juni 2021 pukul 19.00 WIB di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran.
Pementasan perdana Royal Orchestra ini menampilkan 5 repertoar musik klasik dengan formasi orkestra lengkap. Diantaranya adalah The Barber of Seville - Overture (Gioacchino Rossini, 1792-1868); Carmen Suite No. 1 - No. 2 Intermezzo - Prelude to Act III (Georges Bizet); Aida - An Opera In Four Acts (Verdi); An der schonen blauen Donau (Johann Straus, op.314); dan Hungarian Dance No. 5 (Johannes Brahms).
Terkait situasi pandemi, pementasan perdana sekaligus peluncuran Royal Orchestra digelar secara tertutup. Agenda ini hanya dihadiri oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan beberapa tamu undangan terbatas, dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Masyarakat umum dapat menyaksikan pementasan ini secara live streaming mulai pukul 19.00 WIB melalui kanal Youtube Kraton Jogja, yang juga akan di-relay oleh kanal Youtube tasteofjogja disbud diy.
Peluncuran Album Gendhing Soran Volume 1
Seperti yang telah disampaikan KPH Notonegoro sebelumnya, Hari Musik Sedunia kali ini bertepatan pula dengan gelaran Uyon-Uyon Hadiluhung setiap Senin Pon-malam Selasa Wage.
Biasanya, dalam gelaran Uyon-Uyon Hadiluhung selalu menghadirkan rangkaian gendhing dan satu penampilan beksan (tarian). Pada Senin, 21 Juni 2021 esok Uyon-Uyon Hadiluhung akan dikemas spesial untuk merayakan peluncuran Album Gendhing Soran Volume 1.
Album Gendhing Soran Volume 1 akan hadir di berbagai platform digital seperti Spotify, iTunes, dan juga kanal Youtube Kraton Jogja, dengan total 11 gendhing.
Kesebelas gendhing tersebut terdiri dari; Gendhing Aji Saka, Gendhing Babar Layar, Gendhing Babat, Gendhing Bangun Sore, Gendhing Kagok Liwung, Gendhing Mara Seba, Gendhing Nawa, Gendhing Panji Pengasih, Gendhing Tri Tunggal, Gendhing Udan Mas, dan Gendhing Wulan Karahinan.
"Sebelas gendhing tersebut semuanya direkam pada akhir Mei 2021 lalu di Kagungan Dalem Bangsal Kasatriyan, dengan gangsa atau gamelan Kanjeng Kiai Madumurti dan Kanjeng Kiai Madukusuma yang dibuat pada era Sri Sultan Hamengku Buwono VIII," kata MW Susilomadyo, pengajeng (kepala bagian) Abdi Dalem golongan Wiyaga KHP Kridhomardowo yang juga bertanggung jawab dalam perilisan Album Gendhing Soran Volume 1.
"Kalau untuk gendhing-gendhingnya, banyak yang tidak diketahui pasti kapan tanggal pembuatannya. Namun, yang terbaru adalah Yasan Dalem Gendhing Aji Saka, karena ini baru diciptakan 10 November 2020 lalu atas dhawuh Ngarso Dalem sendiri sebagai iringan Beksan Ajisaka," jelasnya.
Sejarah Musik Eropa di Keraton
Diketahui kehadiran musik Eropa di Keraton Yogyakarta sudah ada sejak kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792). Bahkan untuk melengkapi status kelahiran Keraton Kesultanan Yogyakarta setelah palihan nagari.
Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono II (1792-1810), hadirnya instrumen musik seperti trompet sangkakala dan tambur digunakan dalam Korps Musik Keprajuritan. pada 1805
Keberadaan korps musik ini terus berkembang hingga era Sri Sultan Hamengku Buwono V (1823-1855) yang berinisiatif memasukkan instrumen musik Eropa seperti trompet, trombon, clarinet dan genderang Eropa ke dalam iringan tari Bedhaya, Srimpi dan Beksan Trunajaya.
Keberadaan Korps Musik Eropa di Keraton Yogyakarta terus berlangsung hingga pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939), Keraton Yogyakarta mempunyai Orkestra Musik Tiup yang dipimpin Walter Spies, seorang seniman multitalenta berkebangsaan Jerman yang sebelumnya adalah seorang Kapellmeister.
Pada era kemerdekaan Republik Indonesia, Keraton Yogyakarta tetap berkontribusi terhadap musik di tanah air. Lembaga pendidikan musik formal pertama milik pemerintah, yakni Sekolah Musik Indonesia (SMIND) didirikan di Yogyakarta pada 1952, kemudian disusul Akademi Musik Indonesia (AMI).
Pendirian sekolah-sekolah tersebut di Yogyakarta bukan tanpa dasar. SMIND dan AMI masih memiliki beberapa anggota Abdi Dalem Musikan dengan keterampilan bermain musik Eropa yang mumpuni. Mereka pun menjadi guru di SMIND maupun AMI, dibantu oleh para guru musik asing dari Rusia, Jerman, Italia dan Austria yang sedang berada di Indonesia.
Hal tersebut dibenarkan Music Conductor Assistant Royal Orchestra, RM Surtihadi. Menurutnya, secara historis antara Keraton Yogyakarta dari era Sri Sultan Hamengku Buwono I sampai saat ini, dengan SMIND yang sekarang menjadi SMM Yogyakarta, dan AMI yang sekarang menjadi ISI Yogyakarta Jurusan Musik, memiliki ikatan yang kuat dalam hal pendidikan musik barat di Indonesia, khususnya di Yogyakarta.
"Oleh karena itu, kami di sini menerima Dhawuh Dalem dari Ngarsa Dalem melalui KPH Notonegoro, untuk kembali menghidupkan Royal Orchestra di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat ini," katanya.
"Rencana sebenarnya sudah dari tahun lalu, namun karena terkendala pandemi, jadi baru bisa terlaksana di tahun ini bertepatan dengan peringatan Hari Musik Sedunia," paparnya.
(osc)