Salah satu yang paling kentara adalah pemandian tempat Chihiro bekerja yang menjadi latar tempat utama dari awal sampai akhir film.
Pemandian itu dikisahkan sebagai tempat yang suka dikunjungi dewa dan berbagai makhluk gaib. Hal ini serupa dengan ritual penganut Shinto kuno di Negeri Matahari Terbit yang melakukan pemanggilan makhluk gaib baik untuk mandi bersama.
Film School Project mencatat, penganut Shinto kuno percaya bahwa ritual itu dapat melindungi mereka. Bahkan menurut mereka, ritual itu bisa mengusir makhluk gaib jahat karena hanya mengundang mandi makhluk gaib yang baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu pula dengan gerbang berupa terowongan yang menjadi pintu masuk keluarga Chihiro ke alam gaib. Screenrant menyebut, terowongan itu merupakan simbol dari Gerbang Torii yang biasa berada di tempat suci atau kuil di Jepang.
Gerbang Torii berfungsi sebagai penanda bahwa siapa pun yang melewati itu akan memasuki tempat di mana makhluk gaib tinggal. Secara tidak langsung, Miyazaki ingin menegaskan bahwa Chihiro berada di alam gaib setelah melewati terowongan tersebut.
Ada pula, kata Roberto, kebudayaan orang Jepang yang disajikan secara implisit dalam film ini. Seperti mencari jalan yang baik menuju perdamaian dan berpikir tenang dalam menghadapi berbagai masalah.
Kebudayaan ini terlihat dalam perubahan sikap Chihiro dalam menghadapi masalah di alam gaib itu. Ia yang semula kikuk dalam menghadapi masalah berubah menjadi pribadi yang lebih tenang.
Lihat Juga :![]() 20 Tahun Spirited Away Review Film: Spirited Away |
Ia juga berusaha mencari cara terbaik untuk menyelamatkan orang tuanya yang berubah menjadi babi tanpa menimbulkan masalah baru. Akhinya pun ia berhasil melakukan itu semua, Spirited Away berakhir bahagia.
Sekarang [Jepang] lebih mengarah untuk membuat anime yang mengarah ke perdamaian. Anime yang bisa mendidik, menghormati, dan membuat berpikir dengan tenang. Bukan propaganda lagi.Akademisi Sastra Jepang Universitas Bina Nusantara, Roberto Masami Prabowo. |
Roberto menilai sisipan budaya itu tidak lepas dari perubahan pola pikir masyarakat Jepang pasca Perang Dunia II. Anime yang semula dijadikan medium propaganda diubah menjadi platform untuk menyampaikan budaya baik, kritik sosial, dan pesan moral.
"Sekarang lebih mengarah untuk membuat anime yang mengarah ke perdamaian. Anime yang bisa mendidik, menghormati, dan membuat berpikir dengan tenang. Bukan propaganda lagi," katanya.
"Kalau dulu kan Jepang berpikir membuat kedamaian dengan propaganda, yaitu perang kemudian menang lalu damai. Padahal sebenarnya kan enggak begitu. Jepang juga sadar bahwa Perang Dunia II salah. Ketika kalah perang, mereka sadar bahwa [perang] enggak bisa diterusin," lanjutnya.
Miyazaki tampak berpegang teguh pada prinsip kedamaian yang ia sampaikan lewat karya-karyanya. Ia sendiri memilih tidak menghadiri malam penghargaan Oscar 2003 karena negara yang diklaim adidaya itu baru saja melancarkan serangan bom ke Irak.
"Pada tahun 2003, saya tidak ingin datang ke negara yang baru saja mulai membom Irak. Kali ini saya datang karena perintah dari produser saya. Dikombinasikan dengan persahabatan saya demi John Lasseter (mantan petinggi Pixar)," kata Hayao Miyazaki kepada LA Time 2009 silam.