Artikel ini mengandung beberan/spoiler.
Sebagai (mungkin) penghujung, Rurouni Kenshin: Final Chapter (The Final dan The Beginning) mencoba menjawab semua tanya, tapi seakan lupa menyuguhkan apa yang penonton haus akan: Pertarungan.
Tapi rasanya tak apa, itulah konsekuensi premis besar dengan alur maju-mundur. Dua film ini sukses menggambarkan siapa sebenarnya Kenshin Himura.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rurouni Kenshin: Final Chapter berjalan mundur dan cukup apik menyampaikan 'background' besar cerita.
Rangkaian film Rurouni Kenshin mengisahkan tentang seorang pengembara bernama Kenshin Himura (Takeru Satoh), bekas pembunuh berdarah dingin di Jepang dengan latar tahun 1860-an.
Zaman perang peralihan rezim ia dikenal sebagai Hitokiri Bottousai (Battousai sang Pembantai). Usai rezim Syogun runtuh, ia mengganti nama menjadi Kenshin Himura dan berjanji pada dirinya tak lagi membunuh.
Bertahan menolong orang yang membutuhkan, ia juga membantu pemerintah Jepang menghentikan kejahatan sisa-sisa rezim Syogun yang belum sepenuhnya hilang.
Di pengembaraannya, ia tinggal bersama Kaoru (Emi Takei), Yahiko (Riku Ohnishi), dan Sanosuke Sagara (Munetaka Aoki). Bersama mereka, Kenshin menjaga perdamaian Tokyo dan Kyoto.
Rurouni Kenshin: Final Chapter (2021) adalah dua film terbaru dari rangkaian sebelumnya, Rurouni Kenshin: The Origins (2012), Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno (2014), dan Rurouni Kenshin: The Legend Ends (2014).
Final Chapter (The Final dan The Beginning) sebagian besar mengisahkan latar belakang persimpangan hidup Kenshin dari seorang samurai pembantai menjadi pengembara yang damai.
Pintu masuk alur mundur Rurouni Kenshin: Final Chapter dimulai dari momen pertemuan Kenshin dengan Enishi Yukishiro (Mackenyu Arata), yang ternyata adik dari mendiang istri Kenshin.
Pertarungan Kenshin dan Enishi di The Final membawa penonton terbang mundur ke masa-masa Kenshin bertemu Tomoe (Kasumi Arimura), yang ternyata tokoh sentral dalam premis besar 5 film Rurouni Kenshin.
Sungguh dua film terakhir ini ternyata berperan penting mengisi lubang-lubang pertanyaan yang muncul di benak penonton, dan Tomoe yang mulanya muncul sekilas-sekilas ternyata adalah inti dari semua.
Film ini seakan menjawab komentar dan ekspektasi penggemar Rurouni Kenshin bahwa klimaks dari alur maju cerita ini memang ada di pertarungan dengan Makoto Shishio (Tatsuya Fujiwara).
Lompat jauh ke belakang di sekuel akhir sebuah waralaba adalah ide gila dan berisiko, namun sutradara Keishi Ohtomo seakan menjawab: penting untuk mundur ke belakang, mengenal Kenshin.
Alur maju mundur tersebut memberi kesan bahwa waralaba 5 film ini adalah sebuah grand design yang luar biasa, dan terkonsep matang secara latar waktu.
Tahun 2012 adegan berawal di Pertempuran Toba Fushumi, dan sembilan tahun berikutnya berakhir di latar pertarungan yang sama, di badai salju yang sama.
Rasanya Rurouni Kenshin: Final Chapter (The Final dan The Beginning) tidak bisa ditonton dan dinilai tanpa berbekal pengalaman menyaksikan tiga film sebelumnya.
Pasalnya, kedua film terakhir tersebut didominasi dialog dan berjalan amat lambat, tak seperti film action pada umumnya. Ada pertarungan, tapi tak banyak.
Terutama Rurouni Kenshin: The Beginning, paruh awal film berjalan amat, amat lambat. Pertemuan serta dialog Kenshin dan Tomoe jadi sajian sejam penuh.
![]() |
Namun itu beralasan, Tomoe lah kunci dan wanita paling berpengaruh di hidup Kenshin. Ialah kunci persimpangan Battousai menjadi Kenshin yang cinta damai.
Kenshin yang kita saksikan di cerita awal waralaba Rurouni Kenshin ternyata bukanlah pribadi yang sederhana, bukan sekadar pengembara, bukan sekadar samurai 'insyaf'.
Kenshin bukanlah pribadi yang banyak bicara, maka untuk mengkonstruksi kepribadiannya dibutuhkan banyak 'celoteh' orang di masa lalu.
Jika Anda hanya haus aksi Kenshin mengayun pedang menebas lawan, berhentilah sampai Rurouni Kenshin: The Legend Ends. Tapi, Anda takkan mengenal Kenshin seutuhnya.
Simak lanjutan review film di halaman berikutnya..