Kasus Pelecehan Kris Wu dan Gerakan #MeToo di China

CNN Indonesia
Selasa, 17 Agu 2021 20:13 WIB
Penangkapan Kris Wu sebagai respons dari kecaman di media sosial atas tuduhan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Wu memicu gerakan #MeToo di China.
Kris Wu tengah hadapi kasus dugaan pelecehan seksual (Foto: Getty Images via AFP/CASSIDY SPARROW)

Gerakan #MeToo di China

Kasus Wu bukan satu-satunya skandal #MeToo yang mengguncang China dalam beberapa pekan terakhir. Senin lalu, raksasa e-commerce Alibaba mengatakan telah memecat seorang karyawan yang dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap karyawan lain selama perjalanan bisnis.

Dalam kedua kasus tersebut, para korban telah mem-posting tuduhan mereka di media sosial China, yang memicu kehebohan di dunia maya dan mendorong polisi untuk menyelidikinya.

Tindakan cepat pihak berwenang mendapat pujian dari beberapa orang di dunia maya, yang menyebut dua kasus itu sebagai indikasi penegakan hukum dan peradilan pidana yang efektif di China.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati demikian, hal tersebut juga dinilai menunjukkan masih sedikit korban yang berani berbicara dan mencari keadilan ketika para pelaku merupakan orang-orang yang memiliki kuasa lebih tinggi daripada korban.

"Tidak mengherankan bahwa kedua kasus tersebut telah menarik perhatian luas, mengingat (Kris Wu) dan besarnya nama Alibaba," kata Feng Yuan, seorang sarjana dan aktivis feminis.

"Tetapi ini juga berfungsi sebagai pengingat bahwa untuk banyak kasus pelecehan dan penyerangan seksual lainnya, jika terdakwa tidak begitu terkenal atau berpengaruh, (korban) mungkin tidak akan didengar suaranya sama sekali."

Para penyintas kekerasan seksual telah lama menghadapi stigma dan perlawanan yang kuat di Tiongkok, di tingkat resmi maupun di kalangan masyarakat.

Isu ini mengemuka pada tahun 2018 ketika gerakan #MeToo mengglobal. Di China gerakan ini juga telah mendorong lebih banyak wanita untuk berbagi pengalaman mereka dengan pelanggaran dan penyerangan seksual.

Tapi gerakan dibatalkan, karena pemerintah bergerak untuk memblokir diskusi online yang berkembang, termasuk menyensor tagar dan banyak posting terkait.

Aktivis mengatakan kasus yang terjadi baru-baru ini menunjukkan pemerintah masih enggan membahas pelanggaran seksual sebagai masalah sistemik. Mereka lebih suka melaporkan sebagai kasus individu dan menyalahkannya di isu lain.

Misalnya, badan pengawas pemerintah mengatakan kasus Kris Wu menggambarkan "tangan hitam ibu kota" dan "pertumbuhan liar industri hiburan".

Dalam sebuah artikel editorial, tabloid Global Times yang dikelola pemerintah juga mengatakan skandal Alibaba mencerminkan kebutuhan akan "pengawasan hukum dan moral" yang lebih besar di dunia teknologi, dan bagi perusahaan untuk menyelaraskan "modal" mereka dengan nilai-nilai sosial.

Secara khusus absennya pernyataan resmi dari pemerintah terhadap kasus kekerasan seksual telah mendukung apa yang para aktivis katakan, bahwa akar permasalahan dari kekerasan seksual merupakan kurangnya dukungan bagi para penyintas dan ketidaksetaraan gender yang mengakar di banyak aspek masyarakat.

Salah seorang feminis China terkemuka di New York  Lv Pin menilai, alasan mengapa pemerintah sangat berhati-hati dalam mengakui kemarahan publik di sekitar masalah mendasar tersebut dikarenakan hal itu dapat mendorong pengorganisasian dan aktivisme sosial yang lebih besar. 

Feng mengatakan, tidak satupun dari korban yang melangkah maju dalam kasus Kris Wu dan Alibaba menyinggung gerakan sosial #MeToo, yang dapat dengan di sensor dengan mudah oleh pemerintah di media sosial.

Namun, bagi banyak aktivis, kedua kasus tersebut masih memberikan secercah harapan dan sebuah tanda bahwa meskipun pemerintah tidak ingin membicarakan pelecehan seksual, publik lah yang melakukannya.

"Tidak peduli apakah mereka menyebutnya #MeToo atau tidak, intinya adalah #MeToo," kata Feng. "Meskipun sebagian besar akun media sosial feminis terkemuka telah disensor, para korban selalu dapat menemukan cara mereka sendiri untuk berbicara," tegasnya.

(tfq/fjr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER