RESENSI BUKU - FIKSI

Rapijali: Mencari, Narasi Baru Dee Soal Perjuangan Remaja

Raiy Ichwana | CNN Indonesia
Kamis, 14 Okt 2021 19:10 WIB
Resensi buku Rapijali menyebut novel remaja ini lebih banyak mengangkat perjuangan hidup anak manusia, persahabatan, bahkan menyinggung soal dunia politik.
Resensi buku Rapijali menyebut novel remaja ini lebih banyak mengangkat perjuangan hidup anak manusia, persahabatan, bahkan menyinggung soal dunia politik. (dok. Bentang Pustaka)

Ping memiliki kemampuan pendengaran di atas rata-rata yang membuat dirinya bisa mengenal nada dalam sekali bunyi dan memainkan berbagai alat musik dengan kilat.

Alih-alih dianggap aneh, kemampuan itu justru menjadi pintu persahabatan Ping dengan teman-teman barunya, Inggil, Rakai, Jemi, Buto, dan seorang pengamen bernama Lodeh.

Meski seluruh tokoh adalah remaja dan sebagian dari mereka lahir dari keluarga berkecukupan, Rapijali: Mencari ini sama sekali tidak memperlihatkan tingkah manja anak baru gede yang bergantung pada orang tua atau maniak teknologi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dee membingkai Ping dan kawan-kawannya sebagai sekumpulan remaja yang berjuang meraih mimpi lewat bermusik. Walau pada awalnya hanya iseng ikut lomba pencarian bakat demi mengharumkan nama sekolah.

Sekilas, kisah mereka mengingatkan saya dengan film Thailand, "SuckSeed", yang dibintangi Jirayu Laongmanee.

Namun jalan cerita dan konflik yang ada di saga Rapijali jauh berbeda. Ceritanya lebih kompleks dan akan meninggalkan kesan manis di benak pembaca remaja.

Apalagi, candaan khas masyarakat Jawa Barat dalam novel ini amat berkesan bagi saya sebagai orang Sunda. Belum lagi kisah Ping dalam sekolah baru terasa begitu terhubung dengan saya yang pernah jadi pelajar peraih beasiswa.

Rapijali merupakan novel serial yang terdiri dari tiga buku. Mencari yang merupakan buku pertama, adalah kisah pembuka dari perjalanan Rakai, Ping, Jemi, Buto, Lodeh, dan Inggil.

Mereka membentuk grup musik bernama Rapijali yang disertai konflik dan dinamika kehidupan personal masing-masing. Masing-masing tokoh memiliki karakter yang kuat. Alur ceritanya logis dan hampir tidak ada salah ketik dari segi redaksional.

Dee Lestari mampu menutup akhir cerita buku Rapijali dengan baik. Kisahnya diakhiri dengan klimaks dari konflik yang akan menjadi pemicu rahasia besar yang terbongkar dan berlanjut ke buku kedua.

Meski demikian, ada sejumlah catatan terkait buku ini. Beberapa adegan, seperti pembangunan ikatan emosional antara Ping dan teman-teman barunya terasa terlalu cepat.

Selain itu, novel ini merupakan cerita musikal dan di sejumlah adegan ada lagu-lagu yang dilantunkan beberapa tokohnya.

Akan terasa lebih enak dibaca bila di setiap lagu dalam cerita disertai dengan chord (akor) yang membuat pembaca mengetahui iramanya, sehingga membuat suasana musikal lebih terasa.

Rapijali 1: Mencari juga masih memiliki sejumlah kutipan filosofis khas Dee yang membuat saya adem membacanya. Salah satunya:

"Ibarat putih yang mengandung semua warna, ombak adalah bunyi putih yang meleburkan segala kegaduhan dunia sampai tak ada satu pun yang mengganggu."


Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 368 halaman
Cetakan: Pertama, Februari 2021

Resensi Buku ini ditulis oleh Raiy Ichwana, penulis yang telah melahirkan tiga karya buku Senggang (2016), Gama (2019), dan Jalan Buat Napas (2021).

(end)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER