"Nah sekarang kita kembalikan itu dengan membuat ini menjadi hiburan. Jadi, sportourism kalau saya bilang begitu," kata Erix.
"Nanti ada hiburan musiknya juga. Jadi memang tak gawe geden (kami bikin besar) supaya semakin bergengsi," lanjutnya.
Erix menilai fenomena kejahatan remaja jalanan yang sebelumnya dikenal sebagai klitih itu telah meresahkan masyarakat. Ia percaya hal itu karena ruang ekspresi bagi para remaja terbilang minim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia beranggapan, anak-anak yang menjadi pelaku tersebut kurang mendapatkan tempat untuk bisa meraih atensi dan apresiasi atas kelebihan mereka. Apalagi, bila mereka 'kalah' di bidang akademik sehingga memicu menyalurkannya pada hal negatif.
"Kalau berantem kan enggak dapat rangking, nah makanya dia tidak mendapatkan ruang untuk diapresiasi makanya dia cari ke tempat lain," kata Erix.
"Nah kami mencoba memberi satu wadah, baru satu wadah gitu lho. Mungkin kan nanti Jogja bagian mana akan ikut berkontribusi, itu akan lebih bagus. Itu akan membuat wadah kreativitas yang lain, tidak hanya di sport. Itu mungkin bisa jadi," lanjutnya.
Erix menegaskan wacara Jogja Gelut Day ini bukan hanya ajang yang diadakan sekali. Ia dan kawan-kawannya berencana membuatnya lebih rutin dalam empat bulan sekali.
"Pokoke nek koe pengen mbuktekke nek koe gento yo neng kene wae. Jelas diakoni wong okeh. (Pokoknya, kalau kamu ingin membuktikan dirimu jagoan ya di sini aja, jelas diakui banyak orang)," kata Erix.
"Supaya Jogja yang namanya Jogja Istimewa yang katanya terbuat dari rindu dan romansa itu benar-benar kembali, terwujud seperti sedia kala," lanjutnya.
(kum/end)