Jakarta, CNN Indonesia --
Anggi Putri Suhadi masih ingat betul perjuangan yang ia harus lalui dalam proses mewujudkan impiannya menjadi seorang qariah seperti idolanya, Hj. Maria Ulfah. Ia bahkan sampai menangis menghadapi berbagai kesulitan untuk bisa melanggamkan ayat suci Al-Qur'an sesuai standar.
"Jadi bisa dibilang usaha saya dalam menempuh itu semua, kadang juga sampai menangis," kata perempuan kelahiran 4 Februari 1996 tersebut saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
"Apalagi dengan nada-nada yang seperti itu, suara yang melengking, itu butuh napas yang panjang, jadi benar-benar banyak banget pengorbanan dan usahanya," lanjut perempuan 26 tahun yang kini tengah menempuh studi magister di Universitas Negeri Jakarta tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mimpi menjadi seorang qariah sudah ada di benak Anggi sejak kecil. Apalagi orang tua dan guru-gurunya jelas mendukung cita-cita luhur tersebut. Anggi mengaku sudah terbiasa membaca Al-Qur'an sejak dirinya duduk di bangku kelas satu Sekolah Dasar (SD).
Keterampilannya membaca ayat suci tersebut kemudian dikembangkan dengan mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). Hingga saat duduk di bangku kelas 4 SD, Anggi berhasil meraih peringkat pertama MTQ dan memacu dirinya semakin giat melanggam Al-Qur'an.
Semangat Anggi terlihat dari frekuensi ia berlatih. Tilawah dan murotal tak akan terlewatkan dari agenda harian. Dalam seminggu, ia bisa berlatih hingga tiga sampai empat kali setiap usai salat Subuh.
 Anggi Putri Suhadi, qariah muda, mengisahkan dirinya menangis menghadapi berbagai kesulitan untuk bisa melanggamkan ayat suci Al-Qur'an sesuai standar. (dok. Istimewa) |
Demi menjaga performa pernapasan yang amat krusial bagi seorang qari dan qariah, Anggi juga rutin berolahraga salah satunya dengan renang. Hal itu demi mempermudah dirinya mengambil napas panjang saat melanggamkan ayat suci.
Namun segala persiapan itu hanyalah upaya secara fisik. Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi qari, kesucian hati adalah kunci memuluskan rida dari Yang Maha Kuasa untuk bisa menyampaikan ayat suci Al-Qur'an dengan indah.
Hal itu dialami sendiri oleh Anggi ketika kesombongan merenggut kemampuannya di atas panggung saat berkompetisi.
Anggi mengisahkan kala itu, dirinya tengah mengikuti sebuah tahapan MTQ. Ia yang sudah berlatih keras dengan berbagai persiapan merasa yakin jalannya akan mulus dalam kompetisi yang dikenal rumit nan sengit itu. Ia merasa punya nilai lebih dibanding peserta lainnya.
Namun tiba-tiba, kala dirinya sudah di atas panggung, Anggi mendadak gagap dalam melanggamkan Al-Qur'an yang notabenenya sudah biasa ia lakukan. Ia terbata-bata seperti orang baru belajar.
"Itu di luar nalar, saya berpikir, 'kok bisa begini', ternyata itu teguran dari Allah karena saya sudah sombong," kata Anggi.
Lanjut ke sebelah...
Tidak sampai di situ. Anggi juga mengaku sempat dijauhi oleh teman-temannya di kelompok Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ). Lembaga yang ada di setiap provinsi di Indonesia itu bertugas untuk mengoordinasi pembelajaran Al-Qur'an, wabil khusus kegiatan musabaqah alias kompetisi.
Anggi mengaku dirinya kala itu terpaksa menerima kenyataan pahit tak masuk rekomendasi calon peserta untuk MTQ selanjutnya. Bahkan lebih jauh, Anggi berpuasa gelar juara selama dua tahun.
"Saya cuma bisa 'ya Allah', itu saya sudah drop banget," kata Anggi.
Teguran dari langit tersebut membuat Anggi sadar bahwa membaca Al-Qur'an bukanlah untuk disombongkan. Justru, kitab suci itu ia anggap mendorongnya untuk menjadi pribadi yang lebih beradab, beretika, dan berakhlak.
Usai merefleksikan dan memperbaiki diri serta niat, Anggi mulai kembali mengikuti MTQ di luar provinsi Sumatera Utara yang jadi kampung halamannya. Upaya Anggi tak sia-sia, ia mulai kembali meraih prestasi.
Sederet prestasi telah dikantongi Anggi. Mulai dari juara tilawah kanak-kanak di MTQ Nasional bengkulu, juara kategori 1 juz dan tilawah di STQ Nasional Banjarmasin, hingga juara tilawah pelajar nasional (FLS2N) di ITB. Terbaru, ia menjuarai MTQ provinsi Banten.
Kini, Anggi bersiap untuk mengikuti MTQ cabang dewasa. Hal itu ia lakukan mengikuti jejak idolanya, qariah Indonesia pertama yang memenangkan MTQ Internasional, Hj Maria Ulfah. Untuk bisa masuk MTQ Internasional, seorang qari harus berkompetisi di cabang dewasa.
 Hj Maria Ulfah, qariah Indonesia pertama yang memenangkan MTQ Internasional. Foto: (dok. Istimewa) |
Jelas tantangan dan ujian cabang dewasa lebih rumit dibanding cabang remaja yang sudah sering Anggi ikuti. Ia pun berlatih dan menyiapkan mentalnya agar tak lagi mengulangi kesalahan yang sama dan menjadi lebih baik.
Ia pun menyeringkan diri tampil di depan khalayak ramai agar mentalnya tertempa. Ia juga melatih berbagai lagu karena dalam cabang dewasa, komposisi lagu dalam melanggam bisa diacak.
"Mental harus disiapkan karena kalau sudah grogi ya sudah [jadi gagal]. Biasanya akan mempengaruhi suara dan napas juga, kalau kita grogi napas pendek, suaranya jadi seret," kata Anggi.
Meski berat dan kadang mengurai air mata, Anggi berusaha bertahan dan konsisten alias istikamah. Hal itu bukan hanya sekadar beribadah, melainkan juga ia ingin menyiarkan Al-Qur'an untuk kalangan anak muda.
Menurut Anggi, tak ada kata terlambat untuk terus belajar Al-Qur'an agar bisa membaca ayat suci tersebut dengan tartil dan sesuai dengan tajwid. Pesan untuk sesama anak muda itu juga ia sebut berlaku untuk dirinya sendiri.
"Ayo semangat terus belajar, jangan sampai Al-Qur'an itu hanya berada di rak rumah kita, tapi harus ada dalam hati kita, terus dilantunkan ayatnya dan juga kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari," kata Anggi.
Lebih dari itu, Anggi juga menyimpan asa anak-anaknya suatu saat bisa menjadi penghafal Al-Qur'an. Kini, ia pun sudah mulai mengajarkan anak sulungnya menghafal ayat-ayat suci.
"Itu keinginan terbesar saya, saya sendiri juga menghafal, tapi saya tidak menghafal 30 juz, belum selesai masih menghafal," kata Anggi.
"Jadi pengen anak-anak saya itu jadi penghafal Al-Qur'an 30 juz alquran, anak-anak yang menghafal Al-Quran itu kan punya tiket 10 orang untuk dibawa ke surga dan dikasih mahkota oleh Allah, itu sih cita-cita terbesar saya." lanjutnya.