Mudik, Istilah dari Peradaban Tepi Sungai Jadi Tradisi Tahunan
Setiap tahun jelang hari raya seperti Idul Fitri, jutaan orang Indonesia berbondong-bondong eksodus dari lokasi mencari nafkah ke tempat mereka berasal, atau yang selama ini dikenal sebagai mudik.
Namun kegiatan yang sudah menjadi tradisi tahunan, kecuali semasa pandemi dua tahun terakhir, itu sejatinya sudah dilakukan jauh sebelum bus, kereta, dan pesawat canggih hilir mudik.
Menurut Guru Besar Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada Heddy Shri Ahimsa-Putra, mudik sejatinya sudah ada ketika peradaban manusia nusantara masih menempati tepian sungai.
Lihat Juga : |
Heddy menyebut, kata "mudik" berasal dari bahasa Melayu yaitu "udik" yang berarti hulu sungai.
Orang Melayu menyebut orang yang biasa tinggal di daerah hulu sungai atau tepi sungai dengan sebutan "orang udik". Sehingga, "mudik" disebut juga sebagai "kembali ke hulu".
Meski begitu, Heddy menyebut "meng-udik" atau yang kemudian lebih akrab disebut sebagai "mudik" tidak harus berkaitan dengan bepergian dalam waktu lama.
"Misalnya pagi saya berangkat dari hulu sungai, terus kemudian siangnya sudah sampai di pantai, ketika sore saya mau kembali ke hulu sungai, ya saya bilangnya mau mudik," kata Heddy kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Seiring dengan perkembangan zaman, "mudik" kemudian digunakan secara luas oleh orang-orang di luar suku Melayu dan di tempat lainnya.
Mereka menggunakan kata "mudik" untuk merujuk pada kegiatan pulang ke tempat asal alias kampung halaman. Hal ini pun tak bisa dilepaskan dari fenomena merantau, serta urbanisasi.
Perluasan penggunaan itu pula yang membuat "mudik" memiliki perluasan makna bahkan bisa dianggap sebagai kegiatan menjalin kembali silaturahmi dengan sanak saudara di tempat asal.
Lihat Juga : |
"Orang yang tinggal di kota [lalu] pulang ke asalnya ya dia bilangnya mudik. Walau dia pulangnya tidak lagi ke hulu sungai, dia tetap bilangnya mudik, karena mudik kembali ke tempat asal," kata Heddy.
"Mudik yang awalnya berarti kembali ke tempat asal, sekarang juga bermakna kembali ke orang tua, ke sesuatu yang sudah lama ditinggalkan, dari situ muncul silaturahmi," lanjutnya.
Namun fenomena mudik sejatinya bukan hanya ada di Indonesia.
Lanjut ke sebelah...