Jakarta, CNN Indonesia --
KKN di Desa Penari semakin kokoh sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa. Perolehan penonton film tersebut terus meningkat sejak tayang perdana pada 30 April.
Film garapan Awi Suryadi itu kini mencapai 8,1 juta tiket terjual per Rabu (25/5), tepatnya selama 25 hari tayang.
Kesuksesan KKN di Desa Penari dalam mendulang jutaan penonton tidak terlepas dari sejumlah faktor. Akademisi film Institut Kesenian Jakarta Satrio Pamungkas saat berbincang dengan CNNIndonesia.com menerangkan beberapa faktor yang mempengaruhi capaian film tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rasa penasaran penonton terhadap visualisasi cerita KKN di Desa Penari menjadi salah satu faktor yang cukup berpengaruh. Seperti diketahui, film tersebut diadaptasi dari cerita viral yang beredar di Twitter pada 2019 silam.
Selain itu, rasa penasaran tersebut juga berpadu dengan kerinduan penonton untuk datang ke bioskop usai pandemi. Dua hal tersebut dinilai membuat arus penonton KKN di Desa Penari menjadi begitu deras.
"Jadi ada dua hal, antara kerinduan datang ke bioskop dan rasa penasaran yang belum terselesaikan," tutur Satrio. "Jadi, ketika dihadirkan itu seolah-olah jadi luar biasa sekali."
 Kesuksesan KKN di Desa Penari dalam mendulang jutaan penonton tidak terlepas dari sejumlah faktor.: (dok. MD Pictures via YouTube) |
Di sisi lain, genre horor yang mengusung cerita tentang mitos rakyat juga menarik perhatian masyarakat. Penonton Indonesia dinilai akan lebih tertarik dengan film-film horor yang mengusung cerita rakyat dibanding film horor yang bermain dengan imajinasi.
Hal itu juga yang menjadikan KKN di Desa Penari tetap ramai ditonton meski cerita yang senada pernah diangkat lewat film-film sebelumnya. Kedekatan dengan penonton disebut sebagai faktor penting yang mempengaruhi kesuksesan film itu.
"Cerita tentang mitos rakyat itu menarik buat masyarakat kita. [Cerita] tentang mitologi, ketabuan, pamali. Hal seperti itu menarik di budaya oral culture, omongan ke omongan," tutur Satrio.
"Kalau di kita, kalau bikin film horor yang berimajinasi itu akan sulit. Ketakutan itu akan sulit dirasakan," lanjutnya.
Satrio juga merasa pihak produser KKN di Desa Penari menerapkan strategi penayangan dengan tepat. Ia menilai keputusan produser 'menabung' film tersebut sebagai keputusan pintar.
KKN di Desa Penari diketahui sempat beberapa kali tertunda akibat pandemi. Selama dua tahun pandemi, film tersebut tercatat beberapa kali mengumumkan penundaan penayangan.
Namun disadari atau tidak, penundaan tersebut nyatanya terbayar lunas dengan jutaan penonton yang menyerbu.
Lanjut ke sebelah..
Hal itu juga tak lepas dengan protokol kesehatan pandemi yang semakin longgar.
"Pintarnya, kreator menabung karya ini menjadi sebuah tabungan yang dibuat, lalu ditayangkan ketika sudah ada area kebebasan untuk menonton di bioskop," ucap Satrio.
Keputusan KKN di Desa Penari tayang pada 30 April juga dinilai sebagai keputusan berani. Sebab, penayangan itu bersamaan dengan perilisan Doctor Strange in the Multiverse of Madness.
Doctor Strange 2 yang merupakan raksasa Hollywood itu semula tampak seperti ancaman bagi film lokal. Namun pada akhirnya, KKN di Desa Penari berhasil menahan derasnya penonton Doctor Strange 2 berkat sejumlah faktor penentu di atas.
Selain itu, Satrio juga memprediksi adanya perubahan tren usai kesuksesan KKN di Desa Penari. Salah satu yang paling memungkinkan adalah semakin maraknya film yang diadaptasi dari cerita viral di media sosial.
Cerita-cerita yang viral di media sosial disebut bisa membuat sebuah efek yang menghadirkan banyak penonton.
Di sisi lain, tren ini juga bakal membuat naskah film asli atau original screenplay menjadi lebih sulit mendulang penonton karena ceritanya yang kurang familier.
"Jadi mereka itu bukan lagi murni 'saya punya cerita menarik nih', lalu ditawarkan. Itu akan lebih berat dibanding kalau cerita itu sudah ada di sosial media, banyak followersnya, banyak yang suka, itu akan lebih cepat," ucap Satrio.
 KKN di Desa Penari berhasil menahan derasnya penonton Doctor Strange 2 berkat sejumlah faktor penentu. (MD Pictures via Twitter) |
"Jadi tren sosial media ini bisa dijadikan sebuah efek yang menghadirkan banyak penonton. Dia berusaha membawa semua yang membaca/melihat itu ke bioskop," lanjutnya.
Raihan impresif KKN di Desa Penari juga disebut Satrio sebagai momentum bagi industri film Indonesia. Keberhasilan film tersebut dalam bersaing dengan raksasa Hollywood seperti Doctor Strange 2 menunjukkan bahwa film Indonesia mempunyai potensi untuk merajai pasar lokal.
Pencapaian itu juga memberi gambaran terkait karakteristik penonton Indonesia. Dengan demikian, film-film yang digarap perlu memperhatikan tren dan permintaan pasar jika ingin mencetak jutaan penonton.
"Kita harus bisa produksi sesuai dengan yang penonton harapkan," ucap Satrio.
"Ini jadi momentum yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh para produser untuk membuat film Indonesia yang menarik penonton Indonesia untuk datang ke bioskop," pungkasnya.
[Gambas:Youtube]