Dilansir dari Middle East Eye (MEE), Maroko baru-baru ini juga melarang film asal Inggris itu tayang di bioskop karena film tersebut dinilai sebagai "pemalsuan terang-terangan atas fakta-fakta yang ada dalam sejarah Islam".
Dewan Ulama Tertinggi Maroko mengatakan pada Sabtu (11/6) bahwa film The Lady of Heaven berisi "tindakan keji yang tidak dapat diterima oleh umat Islam, yaitu untuk perwujudan Nabi Muhammad SAW".
"Mereka yang berada di balik film ini mencari ketenaran dan sensasionalisme, promosi produksi mereka, dan pencapaian jumlah penonton besar, dengan melukai perasaan umat Islam dan menyinggung agama," kata Dewan Ulama dikutip dari MEE.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situs resmi The Lady of Heaven sebelumnya telah menyertakan disclaimer yang menyatakan bahwa produksi film tersebut tidak melibatkan seorang individu yang merepresentasikan wujud Nabi Muhammad SAW.
"Kemunculan Nabi Muhammad SAW dibuat melalui gabungan unik dari aktor, efek dalam kamera, pencahayaan, dan efek visual," tulis pernyataan dalam situs resmi tersebut.
Di sisi lain, Malik Shlibak selaku produser film tersebut mengatakan protes terkait pemutaran sebagai "publisitas besar-besaran untuk film tersebut". Dia juga mengaku menerima ancaman pembunuhan di Twitter sejak film itu dirilis.
"Saya mendapat ancaman di Twitter sekarang, disebut 'kafir' dan dengan orang-orang berkata, 'Saya akan membunuhmu', dan semua hal semacam itu."
Ia juga mengatakan alasan pihaknya membuat film tentang Fatimah bukan semata-mata untuk mencari keuntungan. Kisah Fatimah yang diangkat dalam film ini berkaitan dengan perjalanan sang putri Nabi mengatasi ekstremisme.
"Ini terutama untuk mengisahkan putri Fatimah. Kebetulan, kisahnya tentang mengatasi ekstremisme, itulah kisah hidupnya--dia berdiri melawan orang-orang seperti ini," katanya kepada YorkshireLive.