Review Film: Everything Everywhere All at Once

Prabarini Kartika | CNN Indonesia
Jumat, 01 Jul 2022 20:07 WIB
Everything Everywhere All at Once merupakan film yang segalanya bisa terjadi di mana pun pada satu waktu. Film ini masih bisa disaksikan di bioskop. (Foto: AGBO Production via Imdb)
Jakarta, CNN Indonesia --

Rasanya tidak berlebihan jika menobatkan film Everything Everywhere All at Once sebagai film terbaik 2022--meski tahun baru berjalan separuhnya. Jika kalian merasa kalian sudah tahu seperti apa filmnya hanya dari menonton trailer-nya, kalian salah besar.

Everything Everywhere All at Once bercerita tentang seorang perempuan imigran asal China bernama Evelyn Quan Wang (Miichelle Yeoh) yang kini tinggal Amerika bersama keluarganya. Ia dan suaminya, Wamond Wang (Ke Huy Quan), menjalankan bisnis penatu.

Suatu hari dalam satu hari, Evelyn dihadapkan oleh masalah yang bertubi-tubi. Ia mesti menghadapi suaminya; ayahnya, Gong Gong (James Hong); dan putri satu-satunya, Joy (Stephanie Hsu).

Evelyn tidak sempat untuk mengurus semuanya sendirian dalam satu waktu. Ia memiliki agenda yang lebih penting hari itu: mengurus pajak di Internal Revenue Service (IRS).

Namun, hari itu berubah 180 derajat ketika muncul Waymond dari semesta lain. Ia meminta bantuan Evelyn untuk menyelamatkan semesta dari ancaman Jobu Tupaki karena hanya istrinya itulah yang bisa mampu melakukannya.

Jika mesti memuji film Everything Everywhere All at Once dalam satu kalimat, maka film ini mampu mengemas segalanya yang terjadi di mana pun dalam satu waktu.

Selesai menyaksikan film tersebut, saya termasuk orang-orang yang mempertanyakan dari mana sutradara Daniel Kwan dan Daniel Scheinert mendapatkan ide gila seperti ini.

Film ini mencampuradukkan segala genre film yang bisa kalian bayangkan, mulai dari romansa, komedi, sci-fi, seni bela diri, hingga animasi.

Evelyn punya agenda yang lebih penting hari itu bertemu petugas Internal Revenue Service (IRS) Deirdre Beaubeirdre (Jamie Lee Curtis). (Foto: AGBO Production via Imdb)

Bahkan, ide untuk membuat "verse-jumping", istilah lompatan seseorang dari satu semesta ke semesta lain, memiliki syarat saja menjadi sesuatu yang segar.

Kenapa Evelyn mesti mengucapkan "Aku cinta padamu" kepada musuh menjadi syarat agar bisa melakukan verse-jumping? Dan, jika kalian sudah menontonnya, kalian pasti setuju ada satu syarat verse-jumping yang epik--tentunya tidak bisa dibocorkan di sini.

Penonton bakal dibuat terpukau dengan tertawa hingga menangis dalam film ini. Benar-benar tidak ada yang terduga dalam menonton film Everything Everywhere All at Once.

Saya juga mesti mengapresiasi semua kru Everything Everywhere All at Once di belakang layar karena telah bekerja keras dan membuat film ini semenyenangkan itu untuk ditonton.

Mereka mesti meracik ratusan frame Evelyn dari semesta lainnya menjadi satu, mempersiapkan banyak kostum yang "aneh" untuk Jobu Tupaki, hingga membuat adegan laga puncak menjadi seperti sebuah perayaan festival.

Jika ada satu adegan Everything Everywhere All at Once yang saya favoritkan, yang mungkin juga menjadi adegan favorit penonton lainnya, maka saya nobatkan kepada adegan batu. Kenapa?

Review lanjut ke sebelah...

Review Film: Everything Everywhere All at Once


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :