Jakarta, CNN Indonesia --
Artikel ini mengandung beberan/spoiler.
Everything Everywhere All At Once bukan hanya menyajikan kisah multiverse yang kompleks nan menjelimet tapi memukau, tetapi juga banyak bahasa simbol dan filosofis di dalamnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Everything Everywhere All At Once garapan The Daniels, alias Daniel Kwan dan Daniel Scheinert, mengisahkan perjalanan tak biasa yang dialami oleh seorang ibu sekaligus pebisnis cuci pakaian, Evelyn (Michelle Yeoh).
Masalah hidup Evelyn begitu kompleks. Ia mesti menjalani bisnis laundry yang membosankan beserta pajaknya yang selangit dan rumit, mengurus ayahnya Gong Gong (James Hong) yang lansia dan penuntut, suaminya Waymond Wang (Ke Huy Quan) yang konyol, dan putrinya Joy Wang (Stephanie Hsu) yang jarang pulang ke rumah.
Saat tengah menghadapi masalah audit pajak, Evelyn mendapati dirinya terhubung dengan sebuah semesta yang berparalel dengan kehidupannya kini. Bukan hanya itu, ia bahkan menemukan fakta bahwa dirinya harus melawan penjahat dari semesta lain bernama Jobu Tupaki.
Sepanjang perjalanan itulah, ada sejumlah pesan-pesan tersembunyi yang ditulis The Daniels dalam Everything Everywhere All At Once, di antaranya diwakili dengan bagel mistis alias The Bagel buatan Jobu Tupaki dan mata-mataan alias googly eyes.
The Bagel
The Bagel muncul ketika Evelyn akhirnya bertemu dengan Jobu Tupaki yang sebenarnya adalah anaknya sendiri, Joy Wang, dari semesta yang lain dan berubah menjadi jahat.
Bentuk The Bagel adalah seperti pada bentuk bagel pada umumnya, bundar dengan tengah berlubang seperti donat. Bahkan, The Bagel juga memiliki wijen yang melayang-layang di sekelilingnya.
Namun bedanya dengan bagel di dunia nyata, The Bagel ini berwarna hitam dan memiliki kekuatan mistis. Kekuatan The Bagel dikisahkan mampu menarik energi yang ada di sekelilingnya, macam black hole dalam tata surya.
The Bagel ini tersimpan di balik selubung di sebuah kuil serba putih yang dibangun Jobu Tupaki. Simbol The Bagel juga dikenakan Jobu Tupaki yang berada di kuil ini, berbentuk konde rambut hitam berbentuk lingkaran yang dipasang di atas kepala.
 The Bagel sebenarnya sudah tersirat muncul sejak babak-babak awal Everything Everywhere All At Once. (dok. AGBO Production via Imdb) |
Meski baru muncul secara riil dalam adegan kuil putih, The Bagel sebenarnya sudah tersirat muncul sejak babak-babak awal Everything Everywhere All At Once.
Salah satunya adalah ketika Evelyn bertemu dengan Nyonya Deirdre yang merupakan auditor pajak mereka. Ketika Deirdre mencecar temuan penyelewengan anggaran di nota Evelyn, ia menggambar lingkaran hitam tebal di atas kertas itu.
Dalam adegan itu, The Bagel diwakilkan dengan lingkaran hitam. Lingkaran-lingkaran ini pun terus muncul dalam adegan-adegan lainnya, seperti ketika Deirdre versi semesta lain yang jahat berusaha menyerang Evelyn dan menstaples dahinya sendiri yang ada tanda lingkaran hitam.
Simbol lingkaran hitam ini sebenarnya menggambarkan kehidupan Evelyn yang bagai siklus membosankan.
Lanjut ke sebelah..
Bentuk siklus ini pun juga sudah dibawakan The Daniels sejak awal film, seperti bentuk pintu mesin cuci berupa lingkaran hitam, cucian yang terus berputar tanpa henti, hingga pidato Evelyn yang mabuk saat pesta.
"Another year, pretending we know what we're doing, but really we're just going around in circles," kata Evelyn.
Lingkaran, dan The Bagel, menjadi simbol ketidakpuasan Evelyn akan kehidupan yang ia jalani. Ketidakpuasan, kehampaan, dan kekecewaan itu pula yang menular ke anaknya, Joy Wang, dan diwujudkan oleh Jobu Tupaki ke bentuk The Bagel.
The Bagel pula menjadi cara The Daniels menggambarkan nihilisme dalam Everything Everywhere All At Once. Filosofi nihilisme merujuk pada penolakan akan aspek umum dan fundamental dari eksistensi manusia, seperti kebenaran objektif, pengetahuan, moralitas, hingga makna kehidupan.
Dengan makna tersebut, maka The Bagel adalah perwujudan dari penghilangan makna kehidupan yang terasa hampa ini. Dengan The Bagel menyerap seluruh objek yang ada di sekelilingnya, maka kehampaan dalam hidup dianggap akan hilang dan masalah pun selesai.
Selain itu, The Bagel juga menjadi lambang keputusasaan dari seseorang, yang dalam film ini diwakili oleh Jobu Tupaki, yang merasa bahwa dirinya tidak memiliki arti dalam hidup atau merasa hampa karena berbagai harapannya dalam menjalani hidup yang sesuai keinginan tak terwujud.
Googly Eyes
Googly eyes atau biasa dianggap sebagai mata-mataan boneka ini sebenarnya adalah bentuk imajinasi absurd dari The Daniels. Penggunaan mata-mataan yang bisa bergoyang kala objeknya bergerak ini menambah unsur komedi dalam Everything Everywhere All At Once.
 Waymond yang konyol hobi menggunakan googly eyes agar bisa membuat istrinya tertawa dan terhibur. (dok. A24/AGBO Production/Hotdog Hands via IMDb) |
Meski begitu, googly eyes yang konyol ini sejatinya adalah 'lawan' dari The Bagel. Memang mata-mataan ini sejatinya hanya sekadar hiasan dan tidak memiliki kekuatan sehebat The Bagel. Namun pesan di dalamnya amatlah dahsyat.
Keberadaan googly eyes sudah ada sejak bagian awal Everything Everywhere All At Once. Dalam sebuah adegan, Evelyn kelimpungan mencari pesanan pelanggan yang tak ada di tempat biasanya.
Ketika ia bertanya kepada Waymond, suaminya itu menyebut barangnya memiliki googly eyes. Saat menemukan barang itu dengan googly eyes yang konyol di depannya, Evelyn jadi begitu jengkel karena menganggap suaminya tersebut tak pernah menganggap sesuatu secara serius.
Evelyn begitu jengkel dengan googly eyes. Ia menganggap mata-mataan itu amat mengganggu dan bikin kesal. Sementara Waymond yang konyol hobi menggunakan googly eyes agar bisa membuat istrinya tertawa dan terhibur.
Dengan demikian, googly eyes adalah simbol dari upaya Waymond bahwa meskipun keberadaan suatu hal itu tak berarti, satu kebahagiaan bisa ditemukan di dalamnya.
Apalagi pemahaman hidup Waymond untuk tetap berbuat baik, tanpa melihat kepada siapa, untuk apa, dan dalam bentuk bagaimana, terlihat jelas dalam adegan Waymond usai ditusuk oleh Evelyn.
"The only thing I do know is how to be kind," kata Waymond.
Lanjut ke sebelah...
Nilai hidup inilah yang menyadarkan Evelyn setelah sempat dipengaruhi The Bagel. Nilai bahwa Waymond, terlepas dari seringnya diomeli dan dianggap tak ada oleh sang istri, tetap berusaha membuat perempuan itu tersenyum.
Atau ketika Waymond berusaha menguatkan Evelyn semasa dirinya 'diusir' oleh sang ayah karena memilih bersama pria tersebut, atau saat berusaha menolong Evelyn ketika istri yang baru menandatangani surat cerai itu akan ditangkap petugas pajak.
Makna googly eyes ini yang dianggap oleh Screen Rant sebagai perwujudan filosofi eksistensialisme, yakni falsafah yang mendorong manusia untuk menemukan makna keberadaan dan hidupnya, serta identitasnya.
Eksistensialisme biasanya dianggap sebagai kebebasan, tapi sebenarnya nilai tertinggi dari paham ini adalah autentisitas atau keaslian diri sendiri. Biasanya, ini dikenal dengan kalimat: "jadilah dirimu sendiri".
Sehingga, googly eyes bermakna sebagai "lawan" dari The Bagel, atau Yin dan Yang dalam filosofi Tionghoa.
Pemaknaan itu pun terlihat ketika Evelyn yang telah tersentuh oleh kebaikan Waymond kemudian melawan Jobu Tupaki. Dalam adegan di tangga tersebut, Evelyn menggunakan googly eyes di dahi dan menyebarkannya ke berbagai prajurit Jobu Tupaki untuk membuat mereka sadar akan keinginan terdalam dalam dirinya.
Penggunaan googly eyes di dahi Evelyn pun sebenarnya memiliki makna tersendiri. Posisi googly eyes di dahi ini seperti memberikan mata ketiga bagi Evelyn, alias pemaknaan atas Ajna alias cakra keenam dalam tradisi Hindu.
Ajna merupakan cakra yang menandakan pemikiran bawah sadar dan terkait dengan Brahman yang merupakan realitas tertinggi alias tercerahkan.
Ketika Ajna atau 'mata ketiga' ini terbuka, maka orang tersebut mampu terhubung dengan intuisi mereka, bisa berkomunikasi dengan dunia, atau membantu mereka memahami pesan dari masa lalu juga masa depan.
Posisi Ajna yang berada di dahi ini kerap disimbolkan dengan bindi, atau titik merah yang biasa digunakan perempuan Hindu. Bindi berasal dari kata bindu yang berarti titik dan mengacu pada titik penciptaan dimulai.
 Ketika Evelyn dengan googly eye alias eksistensialisme itu bisa menerima The Bagel dengan nihilismenya, maka keseimbangan Yin dan Yang akan terjadi dan jadi akhir cerita Everything Everywhere All At Once. (dok. A24/AGBO Production/Hotdog Hands via IMDb) |
Screen Rant menyebut, pencerahan yang dialami Evelyn dalam Everything Everywhere All At Once adalah bahwasanya ia mesti menciptakan makna dirinya, setelah selama ini mengejar pengakuan dari ayahnya.
Akan tetapi, pencerahan dan menghancurkan The Bagel tak akan terwujud bila Evelyn tidak bisa menerima nihilisme yang dibawa oleh Jobu Tupaki dan The Bagel. Hal ini karena, seperti makna Yin dan Yang, yang satu tak bisa ada tanpa adanya yang lain.
Sehingga, ketika Evelyn dengan googly eye alias eksistensialisme itu bisa menerima The Bagel dengan nihilismenya, maka keseimbangan Yin dan Yang akan terjadi dan jadi akhir cerita Everything Everywhere All At Once yang indah.
[Gambas:Youtube]