Jakarta, CNN Indonesia --
Matahari bersinar terik menusuk pada suatu siang hari di bulan Juli 2022. Debu dan suara bising kendaraan yang berlalu cepat di Jalan Pantura yang membelah Cikarang Barat seolah tak peduli dengan kios sederhana yang ada di tepi jalanan.
Kios itu tak punya bentuk khusus. Namun ia tampak berbeda dari gubuk-gubuk sebelahnya. Berbagai lukisan warna-warni menghiasi partisi yang juga sebagai dinding.
Semar, perempuan berjilbab, pemandangan, hingga sosok kiai menjadi objek lukisan warna-warni yang tampak hasil semprotan airbrush tersebut. Pada satu lukisan seorang ibu dengan kudung di tepi jalanan, tertulis "Doa Ibu" dan "Terima Lukis Bak Truk, Tembok, dll".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah menunggu beberapa waktu, sang empunya kios datang. Pria itu berkulit sawo matang dengan tinggi sekitar 160 cm, berambut gondrong, berkaca mata dengan lensa agak gelap dan memakai bucket hat.
Kesan "seniman" terasa kental pada dirinya. Kaus merah dengan berbagai bekas noda tinta di mana-mana dan celana kargo adalah penegas profesinya di siang itu.
Nama pria itu Jamari. Ia adalah salah satu pelukis bak truk yang cukup dikenal bila iseng mencari kata kunci "lukisan truk" di Google.
 Lebih dari seperempat abad, Jamari benar-benar mengandalkan kelincahan tangannya melukis bak truk sebagai sumber penghasilan. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Berbagai karyanya sudah diliput sejumlah media, ia pun memiliki kanal YouTube sendiri yang memamerkan aksi tangannya lincah menggores tinta cat ke badan truk. "Seniman Jalanan" nama akun tersebut.
"Sejak tahun 1996-an. Saya sendirian dari dulu, selalu sendiri," kata Jamari saat berbincang dengan CNNIndonesia.com soal awal mula dirinya berkarier sebagai pelukis bak truk.
Jamari sedang tidak merujuk pada lagu Sally Sendiri dari Noah. Sesekali pria 48 tahun itu memang kerap bercanda dengan jawabannya sendiri, tapi Jamari tampak serius menjelaskan masa lalunya sejak merantau dari Purwodadi ke Cibitung pada usia 18 tahun dan menemukan dirinya menjadi pelukis truk.
Lahir dari orang tua petani, Jamari mengaku sudah gemar menggambar dan melukis sejak anak-anak. Ia mengaku kakeknya juga adalah seorang pelukis, dan darah seni itu baru muncul dalam dirinya. Semakin beranjak dewasa, ia merasa malu karena masih bergantung pada orang tua.
Bermodal nekat, Jamari remaja memutuskan merantau keluar dari Purwodadi. Pasar Induk Cibitung menjadi tempat pertama Jamari di tanah rantau. Ia bekerja serabutan dan menumpang di sepetak kontrakan sewaan kawannya.
Jamari pada masa itu masih menyempatkan diri untuk melukis demi menjaga insting seorang seniman. Tak disangka, rutinitas itu ternyata membuka jalan baginya untuk meniti karier sebagai pelukis.
"Teman saya kebetulan punya teman sopir truk. Kata dia, 'Truk-nya mau dilukis, kamu bisa lukis kayaknya'. Terus saya dikasih modal sama teman saya, buat beli cat doang," kenang Jamari dan menyebut modalnya kala itu hanya Rp90 ribu.
"Enggak tahunya pas saya uji coba, yang punya truk sepertinya senang," kata Jamari mengenang momen pertama dirinya menjadi pelukis truk.
Lanjut ke sebelah..
Lebih dari seperempat abad berselang, Jamari benar-benar mengandalkan kelincahan tangannya sebagai sumber penghasilan. Ia kini melayani pesanan di gubuk kreatifnya di tepi Jalan Pantura, Cikarang Barat, yang sudah ditempati sedekade terakhir.
Jasa lukis truk dari Jamari pun terbilang instan dan "bisa ditunggu". Truk yang ingin dicat, bisa langsung datang dan menepi di tempat Jamari. Usai bernegosiasi dan mengatur tema, Jamari langsung ekseskusi.
Sat set sat set. Tiga-empat jam pun jadi.
Setiap pesanan dibanderol harga variatif yang berkisar di angka Rp1 juta, tergantung luas bak atau dinding yang akan dilukis serta tingkat kesulitannya. Bukan hanya truk, Jamari juga melayani jasa lukis di berbagai jenis mobil atau kendaraan lainnya.
Waktu kilat dari pekerjaan Jamari diakui berkat penggunaan airbrush. Sebelumnya, ketika Jamari masih menggunakan kuas lukis, pengerjaan lukisan bisa berlangsung seharian untuk satu truk saja.
Secara teknis, airbrush juga memungkinkan Jamari untuk membubuhi satu cat di atas cat lain yang masih basah tanpa khawatir kedua warna itu bercampur. Sementara dengan kuas, ia harus menunggu cat sebelumnya kering sebelum membubuhkan warna lain.
 ilustrasi lukisan truk. Lukisan truk sudah ramai dari dekade '90-an. (Detikcom/Agung Pambudhy) |
"[Pakai] kuas enggak lama, tiga tahun. Sebenarnya kalau enggak kenal airbrush ini, mungkin masih pakai kuas. Tapi karena udah kenal ini, lebih enak airbrush dan cepetan pakai ini," kata Jamari.
"Latihan sendiri, pencet-pencet sendiri. Sering gagal, tapi enggak apa-apa," kata Jamari soal cara dirinya belajar airbrush. "[Kalau salah] bisa ditimpa, hapus lagi, ulangi lagi. Kegagalan itu kan ilmu. Itu semua untuk ilmu saya,"
Menjalani selama lebih dari dua dekade, Jamari jadi saksi mata perubahan tren lukisan truk. Pada awal karier, banyak sopir hingga pemilik truk disebut memesan lukisan bergambar orang berdoa dan potret para tokoh agama.
[Gambas:Photo CNN]
Tren itu diikuti banyaknya permintaan gambar perempuan berpenampilan seksi. Kemudian, pesanan didominasi karikatur hingga foto keluarga. Namun terlepas dari itu semua, Jamari menemukan benang merah dari berbagai cerita hingga permintaan sopir truk yang memesan lukisan.
"Kebanyakan orang curhat. Jadi, misalnya kita punya masalah. Kalau curhat ke sesama manusia belum tentu diterima, belum tentu menerima keluhan kita. Kalau enggak kan malah sakit hati, jadi mendingan di truk-truk aja," kata Jamari.
Pekerjaan ini juga digunakan Jamari untuk membalas kebaikan teman lamanya di masa lalu. Selain untuk tetap bisa membuat dapur mengebul, ia juga ingin membantu sesama terutama mereka yang tak punya pekerjaan atau kebingungan karena pertama kali merantau.
Mereka direkrut Jamari untuk membantunya bekerja, meski dengan upah yang tak seberapa dan tak melulu selalu ada mengikuti pasang-surut datangnya pesanan.
Meski begitu, menjadi pelukis lukisan truk adalah hikmah tersendiri bagi Jamari. Kehidupan sebagai seniman di jalanan membuat Jamari lebih menikmati kehidupan dengan apa adanya, tanpa dibuat rumit, dan menjalani yang sedang dijalani.
"Selama ini saya enggak mau banyak berpikir. Kita itu bekerja capek, nah capek itu enggak saya pikirin," kata Jamari. "Yang penting kerja, ibadah, cari duit buat keluarga. Kalau ada duit lebih, ya buat teman-teman."
[Gambas:Video CNN]