Jakarta, CNN Indonesia --
Jagat maya beberapa waktu lalu diramaikan dengan sosok juru bahasa isyarat (JBI) yang tampil heboh dalam konser musik band Vierratale.
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, tampak seorang pria melompat-lompat mengikuti irama musik Vierratale sambil memperagakan bahasa isyarat.
Pria itu berada di atas panggung dan menjurubahasakan lirik lagu secara visual kepada penonton.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sosok itu bernama Rezki Achyana. Rezki merupakan pria asli Minang, Sumatera Barat, yang dikenal concern dengan hak-hak para disabilitas.
Rezki beberapa kali muncul dalam sejumlah program televisi sebagai juru bahasa isyarat. Rekam jejak Rezki sebagai JBI telah dimulai sejak 2019.
"Saya jadi juru bahasa isyarat itu dari 2019. Kenapa jadi juru bahasa isyarat? Karena saya kan punya sekolah, saya punya SLB (sekolah luar biasa)," kata Rezki kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Rezki bercerita empat sekolah luar biasa yang didirikannya di Kepulauan Riau, tempat tinggalnya, memiliki total sekitar 800 murid. Seperempat dari seluruh siswa merupakan penyandang disabilitas tunarungu atau tuli.
[Gambas:Instagram]
Para murid yang telah lulus, ujar Rezki, seringkali kesulitan memperoleh pekerjaan. Hal itu lantaran minimnya aksesibilitas juru bahasa isyarat di wilayah tersebut.
"Kepulauan Riau tidak punya juru bahasa isyarat. Kemudian kemampuan berbahasa isyarat warga Kepulauan Riau itu juga rendah," ucapnya.
Oleh sebab itu, Rezki pun memutuskan untuk menjadi juru bahasa isyarat bagi para penyandang tuli di wilayahnya. Ia juga mendirikan start-up bernama parakerja demi mengenalkan bahasa isyarat secara luas ke masyarakat.
3 Bulan dan Jokowi
Kecakapan Rezki dalam bahasa isyarat terlihat setelah ia belajar secara autodidak selama tiga bulan dengan berteman langsung dengan tuli. Dalam kurun waktu itu, Rezki mampu mengobrol dengan lancar menggunakan bahasa isyarat.
"Hampir tiap hari waktu itu selama tiga bulan pergi main bareng, nongkrong bareng, pulang kerja langsung nongkrong, terus Sabtu-Minggu pergi main," ujar Rezki.
Rezki mengatakan teman-teman tulinya kerap mendorong dia untuk berani menjurubahasakan suatu acara. Teman-teman Rezki sering memintanya menjadi juru bahasa isyarat pribadi mereka.
Dari permintaan-permintaan itulah kemampuan bahasa isyarat Rezki terasah. Apalagi, ia sering mendapat evaluasi dari teman-temannya yang memicu dia untuk belajar lebih baik.
Lanjut ke sebelah...
[Gambas:Video CNN]
"Dari komunitas tuli Kepulauan Riau, terutama Batam, itu akhirnya pada semangat gitu lho. Karena 'akhirnya punya juru bahasa isyarat', 'mau ikut event apa kalian?' misalnya," kata Rezki.
"Kan biasanya dari Dinas Sosial atau dari pemerintah biasanya mengundang komunitas tuli gitu kan. 'Ajak Kiki tuh ajak Kiki' katanya. Di situ proses belajarnya," jelas Rezki.
Kali pertama Rezki menjadi JBI di atas panggung yaitu ketika ia menjurubahasakan kampanye Joko Widodo pada 2019 di Batam.
Saat itu Rezki diminta teman-teman tulinya untuk menerjemahkan acara kampanye sang presiden, yang turut menampilkan acara musik.
Teman-teman tuli Rezki ingin tahu apa yang akan disampaikan Presiden Jokowi di acara itu. Mereka juga ingin agar Rezki mengembangkan kemampuan bahasa isyaratnya lebih jauh.
Padahal, kata Rezki, saat itu ia baru saja sembuh usai sempat lumpuh karena diserang autoimun.
"Saya jadi juru bahasa isyarat untuk sekitar 20 tuli kali ya, ingin tahu Pak Jokowi itu visi-misinya apa, kayak begitu-gitu. Dan di situ itu ada konser, jadi itu ada lagunya. Cukup viral juga kok dulu," ujar Rezki.
[Gambas:Instagram]
Ruang Gerak
Selama menjadi JBI, Rezki mengaku mengalami tantangan yang sama tiap waktu, sempitnya ruang gerak.
Pasalnya, JBI memerlukan ruang gerak yang cukup untuk mengisyaratkan suatu kalimat. Hal ini karena tuli perlu melihat secara menyeluruh tiap gerakan JBI atas apa yang tidak bisa mereka dengar.
"Di mana kita bisa dapat tempat yang lebih lega, tempat yang lebih mudah untuk bergerak, dan bisa lebih mudah dilihat," kata Rezki.
Selain itu, kata Rezki, porsi seorang JBI tampil di layar media juga turut menjadi tantangan tersendiri.
Seperti yang diketahui, slot JBI di layar televisi hanya muncul di sudut kanan bawah. Kadang, tampilannya pun terlampau kecil sehingga menyulitkan para tuli melihat gerakan yang ditampilkan.
"Seringkali ketutup sama running text atau terlalu kecil. Sementara kalau kita bicara hak dan aksesibilitas, orang dengar bisa membesarkan dan mengecilkan volume suaranya. (Sementara) orang tuli tidak bisa membesarkan dan mengecilkan juru bahasa isyaratnya," tutur Rezki.
Rezki pun berharap para tuli ke depan bisa mendapatkan hak dan aksesibilitas yang sesuai. Para tuli perlu dipandang setara dengan orang dengar. Mereka juga harus diberikan layanan yang sama seperti orang pada umumnya.
"(Agar) aksesibilitas dan inklusivitas beneran terwujud," tutup Rezki.