Keributan yang terjadi antara penggemar dengan penyelenggara konser yang ramai di media sosial beberapa waktu lalu dipandang bisa merugikan kedua belah pihak.
Beberapa waktu lalu, media sosial dipenuhi dengan berbagai keluhan dari penggemar SEVENTEEN alias CARAT yang kecewa dengan pelayanan dan manajemen konser idola mereka oleh promotor Mecimapro pada 24-25 September 2022 di ICE BSD.
Kekecewaan itu mulai dari klaim keberadaan calo yang bekerja sama dengan promotor, pembatalan tiket sepihak yang dilakukan secara acak, klaim penonton via orang dalam, hingga respons keluhan yang dinilai tidak memuaskan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut akademisi Manajemen Konser dan Festival Universitas Pelita Harapan (UPH), Yosia Revie Pongoh, pertikaian antara fandom K-Pop dan promotor tersebut bisa saling merugikan satu sama lain.
"Fans-fans ini ada di posisi yang lemah. Dalam artian begini, bagaimanapun juga, (tiketnya) bakal laku-laku saja kalau fans-fans ini mengeluh," terang Revie ketika dihubungi oleh CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
"Karena bagaimanapun juga mereka sangat menggemari artisnya. Hari ini boleh bermasalah, tapi nanti, besok, mungkin sudah lupa dan tetap datang lagi ke konser-konser berikutnya yang mereka gemari," lanjutnya.
Namun di sisi lain, Revie juga menyoroti adanya kealpaan dari sisi risiko non-bisnis yang tak diindahkan oleh Mecimapro. Terlebih, persoalan seperti ini bukan pertama kalinya dihadapi oleh promotor tersebut.
Reputasi dan preseden buruk tentu menjadi hal pertama kali yang harus diterima oleh Mecimapro jika masih menangani konflik serupa di konser-konser selanjutnya.
"Tapi dari segi promotor, bisnis pertunjukan ini adalah bisnis yang penuh risiko. Saya melihatnya, kita tidak bisa melihat dari sisi bisnis saja atau sisi ticketing," kata Ravie.
Ravie menerangkan, produk yang ditawarkan dalam sebuah konser atau festival bukan hanya dinilai dari sisi penampilan artis semata. Penonton akan menilai pengalaman penuh yang dimulai sejak proses pembelian tiket pra-jual.
Sehingga faktor kenyamanan dan manajemen risiko, sudah harus dipikirkan oleh promotor sejak pertama mengusung konser sebuah artis.
"Nah ketika penonton itu enggak puas dengan banyak hal, sekali, dua kali, tiga, sampai empat kali, lama-lama kan kepercayaan itu hilang," kata Revie.
Lantas bagaimana bentuk promotor yang ideal?
Lanjut ke sebelah...