Jakarta, CNN Indonesia --
Blonde, film terbaru tentang Marilyn Monroe dan disebut-sebut menjadi salah satu film yang paling dinantikan tahun ini menuai banyak kritik ketika tayang beberapa waktu lalu. Sebagian besar kritikan diberikan atas plot film tersebut.
Dalam film Blonde, karakter Marilyn Monroe diperankan Ana de Armas yang berakting dengan Bobby Cannavale dan Adrien Brody sebagai suaminya, Joe DiMaggio (Ex-Athlete) dan Arthur Miller (The Playwright).
Sebelum tayang secara global di Netflix, film Blonde tayang perdana di Venice Film Festival 2022 dan mendapatkan standing ovation 14 menit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alih-alih mendapatkan sambutan hangat yang sama, Blonde malah mendapatkan kritikan dari penonton hingga selebritas ketika tayang pada 28 September di Netflix.
Berdasarkan Rotten Tomatoes, film tersebut mendapatkan 42 persen pada tomatometer dari ulasan 246 kritikus film. Dalam laman yang sama, Blonde mendapatkan 32 persen berdasarkan lebih dari 1.000 ulasan penonton.
Sementara itu, berdasarkan laman IMDb, film yang dikhususkan untuk dewasa tersebut mendapatkan rating 5,6/10 dari 27 ribu pengguna.
Berikut deret kontroversi film Blonde.
Fiksi
Film tentang Marilyn Monroe arahan Andrew Dominik ini jauh dari film biopik pada umumnya. Film tersebut bukan berdasarkan biografi, melainkan novel karya Joyce Carol Oates.
Netflix menggambarkan film tersebut mengambil "lisensi dramatis tentang hidup Monroe" sambil menampilkan tokoh-tokoh sejarah nyata yang juga "orang-orang yang mungkin Monroe kenal."
Di satu sisi, Blonde mengambil tokoh-tokoh dan relasi Monroe dengan orang lain yang benar-benar terjadi di dunia nyata, seperti pernikahan Monroe dengan Ex-Athlete dan The Playwright, absennya sang ayah, hingga ibunya yang menderita schizophrenia.
 Bobby Cannavale sebagai The Ex-Athlete dan Ana de Armas sebagai Marilyn Monroe dalam film Blonde. Foto: (Netflix) |
Namun, banyak pula adegan yang dinilai tak sesuai fakta, seperti upaya ibu membunuh Marilyn Monroe di bathub yang tak didukung bukti untuk kejadian tersebut.
Hal tersebut yang kemudian menjadi dasar dari kontroversi film Blonde karena dinilai memasukkan peristiwa yang secara faktual tidak akurat tapi masih menggunakan nama Marilyn Monroe dan fokus pada penderitaan sang ikon.
Model sekaligus aktris Emily Ratajkowski dalam video TikTok juga mengutarakan hal serupa, yakni "menjadikan rasa sakit perempuan bahkan kematiannya sebagai objek."
[Gambas:Video CNN]
Throuple
 Hubungan Marilyn Monroe bersama anak Charlie Chaplin dan Edward G. Robinson dalam waktu bersamaan disebut tak didukung bukti valid. Foto: Matt Kennedy/NETFLIX/Matt Kennedy |
Blonde membayangkan Marilyn Monroe menjalin hubungan dengan putra Charlie Chaplin dan Edward G. Robinson, Cass Chaplin (Xavier Samuel) dan Eddy (Evan Williams) sekaligus, dalam waktu bersamaan.
Penonton menyatakan tak ada bukti valid mendukung throuple itu, meski Marilyn Monroe benar-benar mengenal Chaplin Jr. dan dilaporkan sempat berkencan.
Berdasarkan pemberitaan Radio Times, biografi bertajuk Goddess: The Secret Lives of Marilyn Monroe karya Anthony Summers, Marilyn Monroe juga sempat berkencan dengan Robinson Jr., tetapi itu dilakukan setelah putus dari Chaplin Jr.
Kontroversi Blonde soal aborsi dan pelecehan seksual di sebelah...
Pelecehan Seksual
Salah satu poin utama kontroversi film Blonde adalah pelecehan seksual yang dianggap melenceng dari kehidupan nyata Marilyn Monroe, termasuk satu adegan dengan Presiden AS John F. Kennedy yang dinilai direkayasa.
Penonton menilai adegan pelecehan seksual tersebut begitu "mengerikan" dan "menjijikkan." Blonde tak secara terbuka mengidentifikasi sosok tersebut merupakan John F. Kennedy, namun hanya menyebutkannya sebagai The President.
Dalam adegan itu, Presiden ditampilkan memaksa Marilyn Monroe untuk melakukan oral seks dan dikembangkan menjadi adegan yang menyiratkan sang aktris diperkosa oleh Kennedy.
Aborsi
Adegan aborsi juga memicu kontroversi atas film ini. Dalam Blonde, Marilyn Monroe ditampilkan melakukan dua kali aborsi di luar kehendaknya, dan satu adegan menampilkan ia berbicara dengan janin.
"Kamu tidak akan menyakiti saya kali ini kan?" kata janin tersebut kepada Marilyn Monroe.
Adegan tersebut membuat Planned Parenthood mengkritik Blonde karena dinilai berkontribusi pada propaganda anti-aborsi.
Sejak 1973 hingga 2022, putusan Mahkamah Agung dalam Roe v. Wade dan Panned Parenhood menciptakan dan memberikan perlindungan secara hukum kepada perempuan hamil untuk melakukan aborsi.
Mereka juga memastikan negara bagian tidak dapat melarang aborsi sebelum titik di mana janin dianggap layak.
"Sungguh memalukan kreator Blonde memilih berkontribusi pada propaganda anti-aborsi dan menstigamtisasi keputusan perawatan kesehatan orang sebagai gantinya," kata Caren Spruch sebagai salah satu petinggi Planned Parenthood seperti diberitakan The Hollywood Reporter.
"Fan anti-aborsi telah lama berkontribusi dalam menyebarkan stigma aborsi menggunakan janin dan kehamilan yang tidak akurat secara medis. Film Blonde memperkuat pesan itu dengan CGI janin yang berbicara, digambarkan seperti bayi yang sempurna."
Respons Kreator
Salah satu hal yang turut memicu kontroversi adalah respons Andrew Dominik selaku sutradara. Film tersebut di AS bahkan diberikan label NC-17 yang berstatus lebih tinggi daripada R-rating.
Pada Februari 2022, jauh sebelum Blonde tayang, Andrew Dominik seolah tak peduli apabila film itu nantinya tak disukai penonton.
"Ini adalah film yang penuh tuntutan. Jika penonton tidak menyukainya, itu masalah penonton. Ini film NC-17 tentang Marilyn Monroe, seperti yang Anda inginkan, bukan? Saya ingin pergi dan melihat versi NC-17 dari kisah Marilyn Monroe," kata Andrew Dominik seperti diberitakan Screen Daily.
 Adrien Brody berperan sebagai The Playwright, suami ketiga mendiang Marilyn Monroe. Foto: (Netflix) |
Meski menuai kritik, ada pula yang membela film Blonde karena dinilai mengadaptasi novel dengan baik. Pembelaan itu juga datang dari Adrien Brody selaku bintang film tersebut.
"Kalian tahu, novel dan filmnya sama-sama penuh dengan tema eksploitasi dan trauma. Dan, sayangnya, hidup Marilyn penuh dengan itu," jelas Adrien Brody kala berbincang dengan The Hollywood Reporter, Kamis (29/9).
Brody menjelaskan bahwa pendekatan orang pertama sebagai tumpuan cerita film Blonde bisa menjadi salah satu penyebab mengapa film ini terkesan kejam untuk mata penonton.
"Karena kamu ada di dalam dirinya -- perjalanan dan rasa rindu serta perasaan keterasingannya -- di tengah semua pujian yang dihadapi," paparnya.