Masalah ini bermula setelah Rabu (31/8) malam, media sosial ramai membahas soal cerita pekerja film yang mendapatkan kekerasan dan perlakuan tak menyenangkan di lokasi bekerja.
Pengungkap cerita melalui akun Juandini itu tidak memberikan identitas apapun soal terduga pelaku atau pun proyek yang dimaksud, selain bahwa terduga pelaku disebut mengaku sebagai "sutradara terganteng".
Para korban disebutnya mendapatkan kata-kata kasar hingga kekerasan fisik, salah satunya adalah tamparan karena dianggap salah dalam bekerja. Di akhir unggahan, ia hanya berharap tak akan ada lagi kekerasan di lokasi syuting, baik secara verbal maupun fisik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah nama Andibachtiar Yusuf ramai dibahas sebagai pelaku tindak kekerasan itu, ia pun buka suara. Ia membantah telah menampar salah satu anggota di lokasi syuting serial Catatan Akhir Sekolah.
Ucup menceritakan tudingan itu bermula dari permasalahan pemeran figuran atau extras di lokasi syuting. Saat itu, kata Ucup, mereka merasa kekurangan figuran dan permintaan pakaian pemain diminta H-2 sebelum produksi.
"Saya pernah memaksakan syuting dengan jumlah figuran terbatas, hasilnya buruk dan tentu saja nama saya ada dalam tekanan dan catatan. Makanya, saya memaksa untuk menggenapi jumlah sesuai kesepakatan," cerita Ucup lewat unggahan di Instagram pribadinya.
"Saya kesal dan memaksa talent coordinator (sebut saja "kru") untuk melengkapi jumlah, saya dorong agar menjauh karena saya sangat kesal," lanjutnya.
"Sebagai orang yang percaya bahwa kekerasan sebaiknya hanya terjadi di film aksi, saya yakin betul bahwa adalah DORONGAN yang saya lakukan, bukan TAMPARAN," klarifikasi Andibachtiar Yusuf.
Setelah kejadian itu, kata Ucup, proses syuting berlanjut kembali hingga seorang ayah menghampirinya dan komplain karena tidak terima anaknya mendapatkan kekerasan di lokasi kerja.
Dalam keterangan tertulis, Ucup menyatakan telah mengklarifikasi dirinya tidak menampar anak itu dan juga meminta maaf kepada orang tuanya.