War Tiket, Adu Tarung Antar Sesama Fan Demi Bisa Lihat Idola

CNN Indonesia
Minggu, 16 Okt 2022 12:22 WIB
Di era transaksi daring seperti saat ini, perburuan tiket kerap terasa seperti perang sungguhan.
Ilustrasi. Bagi penggemar musik, 'war tiket' sebenarnya bukan hal yang asing. Sejak dulu pun tiket konser selalu diburu dengan prinsip siapa cepat dia dapat. (ANTARA FOTO/ASPRILLA DWI ADHA)

Seorang penggemar Justin Bieber yang bernama Almira kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tiket konser musisi itu di Jakarta karena sedang kurang beruntung.

Almira menyebut saat itu dirinya sudah melakukan pembelian sesuai alur yang diumumkan. Namun, situs dan ticketing platform itu tiba-tiba tidak bisa diakses karena down.

"Website down dan ticketing platform enggak bisa diakses, sementara ada ticketing platform lain yang bisa beli tiket Justin juga, makanya tiketnya jadi cepat habis," kata Almira.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Orang-orang yang di waiting list ticketing platform pertama itu ada yang estimate hours-nya sampai 3-4 jam. Tapi waktu mereka masuk servernya, tiket udah habis," lanjutnya.

Kultur

Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI), Dino Hamid menilai ticket war sebagai kultur di industri musik. Ia merasa ticket war akan selalu ada dan tidak bisa dihindari, apalagi bagi penggemar KPop.

"War tiket itu sudah jadi culture, enggak cuma di kita tapi di dunia juga kayak gitu. Kita sudah involve dengan industry culture jadi enggak bisa dihindari," kata Dino Hamid.

Konser TXT, Tomorrow by Together World Tour 'Act: Love Sick' digelar di ICE BSD, Banten, Rabu (12/10).Ilustrasi. Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI), Dino Hamid menilai ticket war sebagai kultur di industri musik. Ia merasa ticket war akan selalu ada dan tidak bisa dihindari, apalagi bagi penggemar K-Pop. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari)

"Kalau dulu zaman 10-15 tahun lalu saya buat pre-sale orang antri secara offline. Kalau sekarang sudah enggak ada antrian lagi karena udah ada digital. Jadi mereka berperangnya melalui laptop, makanya disebutlah war tiket," lanjutnya.

Direktur Utama Rajawali Indonesia, Tovic Raharja juga menyampaikan war tiket selalu terjadi ketika permintaan penggemar begitu tinggi. Ia juga menghadapi hal itu dalam menggelar sejumlah konser dan festival musik beberapa waktu terakhir, seperti Prambanan Jazz dan Jogjarockarta.

"Sebenarnya ini kan memang karena demand-nya tinggi. Kayak kemarin orang ingin banget datang ke festival musik tapi secara kapasitas belum terlalu banyak," kata Tovic.



"Apalagi dua tahun kemarin [saat pandemi] event off. Kemudian begitu bisa memulai event, artis yang dibawa keren-keren. Demand-nya pasti akan tinggi banget, karena euforia itu tadi orang jadi ingin menonton," lanjutnya.

Menyikapi fenomena itu, Tovic mengungkapkan pihaknya selalu mengajak ticketing partner untuk membantu kelancaran penjualan tiket.

Dia juga membenarkan pentingnya sistem yang jelas dalam mengatur proses penjualan tiket hingga pembeli masuk venue. Sebab, pada akhirnya industri promotor berkaitan dengan jasa sehingga kenyamanan dan keamanan penonton menjadi prioritas.

"Butuh satu sistem proper yang bisa memudahkan orang untuk mulai dari mereka membeli tiket sampai mendapat tiket dan scan barcode di hari-H." kata Tovic.

(frl/end)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER