Jakarta, CNN Indonesia --
Black Adam mengerahkan segala cara demi membuktikan ambisi menjadi pengantar era baru DC Extended Universe (DCEU), seperti yang dijanjikan Dwayne Johnson selaku lakon utama.
Ambisi besar film ini sudah terlihat dari modal cerita yang tidak murahan karena mengangkat kisah salah satu karakter DC paling ikonis. Film ini juga mengenalkan Justice Society of America (JSA) yang beranggotakan sederet pahlawan super termahsyur dari semesta DC.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebut saja Hawkman yang begitu populer di kalangan penggemar, atau Doctor Fate yang kemunculannya di layar lebar sudah dielu-elukan sejak lama.
Film ini pun seolah didesain untuk memberikan kepuasan bagi penonton yang ingin menyaksikan karakter DC itu saling bertarung. Penonton dibombardir dengan adegan laga yang hampir seluruhnya berpusat kepada Teth-Adam (Dwayne Johnson).
Beberapa di antaranya yakni saat Black Adam menghabisi tentara Intergang, berhadapan dengan Justice Society of America, hingga akhirnya adegan puncak kala bertarung dengan Sabbac.
 Review film: Black Adam mengerahkan segala cara demi membuktikan ambisi menjadi pengantar era baru DC Extended Universe. (DC Entertainment via Imdb) |
Adegan demi adegan itu secara sekilas memang menarik untuk disaksikan. Namun dari sudut pandang lain, film ini tampak hanya seperti ajang 'flexing' Black Adam sebagai salah satu makhluk terkuat di Bumi.
Jaume Collet-Serra selaku sutradara tampak begitu ingin menonjolkan sang antihero sebagai makhluk yang tak terkalahkan lewat aksi brutalnya di Kahndaq.
Untungnya, momen pamer kekuatan itu mampu disajikan dengan cara yang megah. Saya menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang mengamini bahwa Black Adam punya sejumlah adegan laga berkualitas.
Sebut saja ketika Justice Society of America berusaha membendung kebrutalan Black Adam di awal pertemuan mereka. Sentuhan efek slow-motion yang ditunjukkan kala Cyclone (Quintessa Swindell) mengerahkan kekuatan supernya menjadi salah satu yang berkesan dari pertarungan itu.
Di sisi lain, efek CGI yang ditampilkan juga sukses membantu adegan laga menjadi semakin memuaskan.
Ajang 'flexing' Black Adam itu sayangnya mengambil porsi terlalu banyak dalam film tersebut. Akibatnya, eksekusi cerita Black Adam menjadi lemah karena tampak tersisihkan.
Beberapa bagian cerita dieksekusi dengan cara yang terburu-buru sehingga terkesan memaksa. Salah satunya ketika Justice Society of America dikenalkan untuk pertama kali.
Di luar urusan teknis dan adegan laga, film ini gagal mengenalkan nilai-nilai Justice Society of America dengan cara yang elegan.
Review Black Adam lanjut ke sebelah...
Alih-alih menyampaikan secara tersirat, Collet-Serra justru menunjukkan nilai itu dengan cara eksplisit lewat dialog yang klise. JSA tidak meninggalkan kesan sebagai organisasi penting, melainkan hanya sekadar gerombolan superhero yang ingin menghentikan Black Adam.
Narasi klise itu juga terlihat dari bagaimana sutradara menggambarkan perlawanan rakyat Kahndaq di era modern. Terdapat sejumlah adegan yang berfokus kepada rakyat Kahndaq, tetapi dieksekusi dengan cara yang mengernyitkan dahi.
Film ini juga terasa terburu-buru dalam mengantar penonton dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Sebut saja ketika Black Adam bersama Justice Society menerobos ke markas besar Intergang.
Premis cerita sebenarnya sudah dibangun ketika mereka berdiskusi sebelum masuk markas. Rencana itu kemudian sirna hanya karena Black Adam mampu berbuat apa saja, termasuk menembus markas itu dengan mudah.
Kesan buru-buru juga terasa dalam adegan puncak kala Black Adam berhadapan dengan Sabbac. Adegan yang seharusnya menjadi momen klimaks itu justru berlangsung secara singkat.
 Review film: Namun sebagai film berlabel era baru, Black Adam masih mempunyai sejumlah sisi positif yang patut diapresiasi. (DC Entertainment via Imdb) |
Namun sebagai film berlabel era baru, Black Adam masih mempunyai sejumlah sisi positif yang patut diapresiasi. Selain adegan laga kelas wahid, jajaran aktor yang dipilih juga berhasil memerankan karakter mereka dengan baik.
Satu yang paling menarik perhatian tentu saja Pierce Brosnan sebagai Kent Nelson alias Doctor Fate. Pengalaman segudang Brosnan sebagai aktor tampak membantu dirinya menyatu dengan Kent Nelson, karakter legendaris yang disegani superhero lainnya.
Saat menonton film ini, tepuk tangan meriah penonton pun bergema saat Doctor Fate muncul dengan kekuatan sihirnya. Ia menjadi anggota JSA yang paling menonjol, bahkan melampaui Hawkman sang pemimpin organisasi.
Doctor Fate juga memegang peran krusial dalam film ini, terutama dalam membantu Black Adam menemukan bentuk terbaiknya setelah bebas dari belenggu penyihir kuno Shazam.
Secara keseluruhan, Black Adam menawarkan tontonan film superhero dengan adegan laga yang tak pelit. Film ini cocok bagi orang-orang yang ingin mencari hiburan ringan di waktu luang.
Namun bagi sebagian penonton lainnya, Black Adam bakal jauh dari kata memuaskan karena memiliki banyak celah. Penonton bahkan bisa merasa bosan dengan film ini karena sejumlah narasi yang terlalu klise dan menggelikan.
[Gambas:Youtube]