Jakarta, CNN Indonesia --
Taylor Swift resmi merilis album ke-10, Midnights, pada Jumat (21/10). Album ini menandakan kolaborasi teranyarnya dengan produser langganan sekaligus sahabatnya, Jack Antonoff.
Selain Antonoff, Swift juga menggandeng Aaron Dessner yang menggarap album folklore dan evermore (2020), Sounwave, Jahaan Sweet, dan Keanu Beats.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara umum, Midnights berisikan 20 lagu yang disebut Swift lahir dari berbagai keraguan, kegalauan, dan kecamuk emosi yang dirasakan kala tengah malam.
Album Midnights terdiri dari dua versi, standar yang berisi 13 lagu dan 3am yang berisi tujuh tambahan lagu. Istilah "3am" sendiri sering digunakan Swift dalam berbagai lagunya dan merujuk pada banyak momen emosional.
Merangkum berbagai sumber, berikut makna 20 lagu dalam album Midnights karya Taylor Swift.
1.Lavender Haze
Lavender Haze merupakan lagu pembuka Midnights yang mengisahkan perasaan Taylor Swift terhadap kekasihnya, Joe Alwyn. Swift dalam lagu itu, ibarat berterima kasih terhadap Joe yang bersedia menerima dan mampu menghadapi pasang-surut kehidupan Swift.
Taylor mengakui bahwa ia terinspirasi menggunakan istilah Lavender Haze saat menyaksikan Mad Men. Istilah itu populer pada dekade '50-an yang menggambarkan keindahan dimabuk asmara.
Namun pada dekade itu pula, perempuan di Amerika Serikat hanya ditempatkan sebagai warga kelas dua. Kala itu, perempuan dipandang sebagai sosok lemah dan hanya bertujuan sebagai istri dan ibu rumah tangga.
Hal itu yang juga jadi bahan kritikan Taylor Swift dalam lagu ini, ketika ia merasa seolah-olah dituntut untuk menikah hanya karena menjalani hubungan komitmen jangka panjang dengan Joe.
Sementara sebelum bersama Joe, Taylor Swift dicap sebagai playgirl hanya karena tak ada hubungan asmara yang ia jalani bisa bertahan lama.
All they keep asking me
Is if I'm gonna be your bride
The only kinda girl they see
Is a one-night or a wife
...
The 1950s shit they want from me
I just wanna stay in that lavender haze
[Gambas:Youtube]
2. Maroon
Taylor Swift pernah membuat sejumlah lagu yang menggambarkan gelora asmara dan merefleksikan pada sejumlah warna. Misalnya saja Red dalam album Red (2012), dan Daylight dalam album Lover (2019).
Dalam Red, Taylor menggambarkan gelora asmara sebagai "burning red", sedangkan dalam Daylight, ia merefleksikan cinta sebagai "golden". Kini, ia merefleksikan cinta dalam "maroon".
Maroon atau warna merah marun berupa merah dengan campuran cokelat dan gelap merefleksikan kompleksitas dan rasa yang lebih dalam. Hal ini juga yang tercermin dalam lagu Maroon.
Dalam lagu ini pula, Taylor Swift melukiskan kegalauan dan kerumitan sekaligus kebahagiaan yang bercampur dalam rasa cinta itu dengan warna merah lainnya, seperti "scarlet" juga "burgundy".
Dalam lagu ini juga jelas ditampilkan bahwa pasangan pria di lagu ini menginginkan sebuah pernikahan sementara sang perempuan tidak memiliki keinginan yang sama. Kisah yang sama muncul dalam lagu champagne problems (2020).
[Gambas:Youtube]
3. Anti-Hero
Anti-Hero yang merupakan single pertama dari Midnights ini menggambarkan berbagai keresahan, kecemasan, dan refleksi diri Taylor Swift atas segala kesulitan yang ia hadapi dalam hidupnya.
Segala kecemasan dan overthinking itu kerap menghantui dirinya pada tengah malam, yang membuat malam-malam Swift terasa penuh teror dan depresif.
Dalam Anti-Hero ini pula, Taylor Swift merefleksikan dirinya sebagai seorang antihero. Antihero merupakan tokoh utama yang ikut jadi pusat cerita, tapi tidak punya karakter protagonis secara tradisional pada umumnya.
Dalam lagu ini, Swift melihat dirinya penuh dengan kegagalan personal. Sementara itu, ia juga merasa bersalah karena menyadari banyak penggemar dan orang-orang yang perhatian kepadanya tetap mendukung meski ia berulang kali melakukan kesalahan yang sama.
It's me, hi
I'm the problem, it's me
At teatime, everybody agrees
I'll stare directly at the sun, but never in the mirror
It must be exhausting always rooting for the anti-hero
[Gambas:Youtube]
4. Snow On The Beach
Snow On The Beach jadi satu-satunya lagu duet dalam album Midnights. Meski begitu, Lana Del Rey lebih banyak terlibat sebagai salah satu penulis dan backing vocal dari Taylor Swift.
Dalam lagu ini, Taylor dan Lana mengisahkan rasa luar biasa saat menyadari bahwa rasa suka yang dirasakan kepada seseorang bisa terbalas. Walau semula, rasa cinta itu dianggap tak akan berbalas.
Keindahan akan kebahagiaan itu diungkapkan Taylor dan Lana dengan fenomena "snow on the beach", hal yang jarang terjadi walau memungkinkan tapi indah dalam waktu yang bersamaan.
And it's like snow at the beach
Weird, but fuckin' beautiful
Flying in a dream
Stars by the pocketful
You wanting me
Tonight feels impossible
But it's comin' down
No sound, it's all around
Selain itu, Taylor dan Lana merefleksikan keindahan malam-malam cinta berbalas dengan fenomena aurora. Aurora yang juga disebut cahaya utara ini biasa ditemukan di kawasan kutub dan muncul ketika hari sudah gelap.
Konsep aurora ini juga sempat muncul di lagu the lakes dalam album folklore (2020), "I want auroras and sad prose," yang menggambarkan keinginan hidup tenang di tempat yang indah bersama orang yang disayang.
[Gambas:Youtube]
5. You're On Your Own, Kid
Dalam lagu You're On Your Own, Kid, Taylor Swift mengisahkan perjalanan seseorang yang selalu sendirian sejak ia masih belia, berusaha keras mendapatkan perhatian, hingga pada akhirnya ia tetap sendirian.
From sprinkler splashes to fireplace ashes
I waited ages to see you there
I search the party of better bodies
Just to learn that you never cared
Lagu ini memiliki sejumlah referensi dalam kehidupannya, seperti ia menulis lagu di kamarnya, kemudian menampilkan lagu tersebut di hadapan orang lain. Selain itu, lagu ini juga menyinggung gangguan makan yang dialami Swift dalam dokumenter Miss Americana (2020) karena kecemasan yang ia alami.
Namun pada akhir lagu, Taylor Swift memberikan sentuhan indah untuk lagu dengan cerita yang menyedihkan ini. Pada akhirnya, semua yang hilang adalah bayaran untuk yang datang.
I looked around in a blood-soaked gown
And I saw something they can't take away
'Cause there were pages turned with the bridges burned
Everything you lose is a step you take
So, make the friendship bracelets, take the moment and taste it
You've got no reason to be afraid
[Gambas:Youtube]
Lanjut ke sebelah...
6. Midnight Rain
Midnight Rain bisa berparalel dengan sejumlah lagu dari album evermore (2020), seperti champagne problems dan dorothea, atau lagu Gataway Car dalam album reputation (2017).
Midnight Rain juga diyakini sebagian penggemar sebagai introspeksi Taylor Swift atas hubungan singkatnya bersama Tom Hiddleston. Betapa keduanya bahagia tapi memiliki keinginan yang berbeda.
He wanted it comfortable, I wanted that pain
He wanted a bride, I was making my own name
Chasing that fame, he stayed the same
All of me changed like midnight
Swift menggunakan dua istilah cuaca yang bermakna bertolak belakang, yakni "sunshine" dan "midnight rain". "Sunshine" melambangkan kebahagiaan dan harapan, sementara "midnight rain" menggambarkan dingin dan kelam.
Dalam lagu ini juga jelas ditampilkan bahwa pasangan pria di lagu ini menginginkan sebuah pernikahan sementara sang perempuan tidak memiliki keinginan yang sama. Kisah yang sama muncul dalam champagne problems.
[Gambas:Youtube]
7. Question...?
Question...? mengisahkan bagaimana pemikiran akan mantan kerap muncul kala malam. Apakah pasangan barunya lebih baik? Apakah ia tak ingin kembali dan menjalin asmara lagi?
Dalam lagu ini, Taylor Swift juga menuliskan secara implisit harapan si perempuan bahwa bersama dengannya lah hubungan asmara itu terasa hidup, dan menggoda mantannya dengan pemikiran bahwa pacar barunya bisa saja bersama pria lain.
Lagu Question...? tidak secara jelas menempatkan petunjuk apakah kisah ini berkaitan dengan kehidupan pribadi Swift, maupun fiksi belaka. Meski begitu, godaan untuk kembali mengecek mantan kerap terbersit di benak banyak orang kala malam tiba.
[Gambas:Youtube]
8. Vigilante Shit
Lagu Vigilante Shit memiliki konsep kriminal yang mirip dengan no body no crime dalam evermore (2020), dan suasana gelap dan dendam yang serupa seperti mad woman dalam folklore (2020) serta I Did Something Bad dalam reputation (2017).
Dalam lagu ini, Taylor mengeksplorasi kisah kriminal dengan membantu seorang perempuan bercerai dari suaminya yang selingkuh dan mendapatkan harta gana-gini hingga membantu seorang penipu dijerat FBI.
Sebagian penggemar Swift percaya, kisah yang dinarasikan dalam lagu ini adalah kisah dari Scooter Braun yang merebut katalog enam album pertama musisi tersebut.
Picture me thick as thieves with your ex-wife
And she looks so pretty
Drivin' in your Benz
Lately, she's been dressin' for revenge
[Gambas:Youtube]
9. Bejeweled
Bejeweled mengisahkan seorang perempuan yang frustrasi dengan sikap kekasihnya yang seolah tak peduli dan menghargainya, meski sudah diperlakukan dengan amat baik.
Hingga kemudian, perempuan dalam kisah ini balik badan dan memilih untuk pergi karena menyadari ia masih bisa mendapatkan yang lebih baik.
Best believe I'm still bejeweled
When I walk in the room
I can still make the whole place shimmer
And when I meet the band
They ask, "Do you have a man?"
I could still say, "I don't remember"
Don't put mе in the basement
Whеn I want the penthouse of your heart
Diamonds in my eyes
I polish up real, I polish up real nice
Sebagian penggemar Swift merasa bahwa lagu ini menyiratkan kondisi akhir hubungan Swift dan Calvin Harris yang mendorong perempuan itu untuk tebar pesona dengan Tom Hiddleston dalam acara Met Gala 2016.
[Gambas:Youtube]
10. Labyrinth
Labyrinth mengisahkan kecemasan dan kegalauan Swift saat dirinya menyadari jatuh cinta lagi setelah mengalami rasa sakit akibat putus cinta dan mengira ia tak akan bisa lagi mencintai.
Rasa jatuh cinta yang mestinya membahagiakan rupanya menyimpan rasa cemas dan kekhawatiran, apakah itu akan kembali berakhir dengan cepat secepat ia jatuh cinta.
You know how scared I am of elevators
Never trust it if it rises fast
It can't last
...
Uh-oh, I'm fallin' in love
Oh no, I'm fallin' in love again
Oh, I'm fallin' in love
I thought the plane was goin' down
How'd you turn it right around?
[Gambas:Youtube]
11. Karma
Karma merupakan lagu yang paling menarik bagi para penggemar Swift. Taylor sudah sejak lama menyinggung soal karma, bahkan sejak era album Red, 1989, reputation, dan folklore.
Kini karma yang sering disinggung oleh Swift memiliki lagunya sendiri dalam Midnights. Seperti yang sudah diduga, lagu ini mengisahkan peringatan Swift akan orang-orang yang menyakiti dirinya dari masa lalu.
Taylor Swift juga menunjukkan betapa dirinya percaya akan konsep karma sekuat rasa cintanya kepada tiga kucingnya, Meredith, Olivia, dan Benjamin.
Cause karma is my boyfriend
Karma is a god
Karma is the breeze in my hair on the weekend
Karma's a relaxing thought
Aren't you envious that for you it's not?
Sweet like honey, karma is a cat
Purring in my lap 'cause it loves me
Flexing like a goddamn acrobat
Me and karma vibe like that
Selain itu, sebagian penggemar Swift percaya ia menyinggung Scooter Braun dengan sebutan "spiderboy" yang memiliki inisial yang sama, "SB", dan menyebutnya sebagai "king of thieves".
Spiderboy, king of thieves
Weave your little webs of opacity
My pennies made your crown
Trick me once, trick me twice
Don't you know that cash ain't the only price?
It's coming back around
[Gambas:Youtube]
12. Sweet Nothing
Sweet Nothing mungkin adalah lagu paling manis dalam Midnights. Lagu yang ditulis Swift bersama Joe Alwyn ini mengisahkan kebahagiaan Swift menjalani hubungannya kini.
Konsep "sweet nothing" yang biasanya merujuk pada hal-hal sepele tapi manis, dimodifikasi oleh Swift dalam lagu ini.
Swift menyiratkan bahwa Joe tidak mengincar apapun dari dirinya dalam menjalani hubungan ini alias "nothing", dan bagi Swift hal tersebut begitu manis alias "sweet".
Hal itu begitu melegakan bagi Taylor karena sejak dulu ia kerap mendapatkan lelaki yang hanya ingin ketenaran dan uang dari dirinya.
'Causе they said the end is comin'
Evеryone's up to somethin'
I find myself runnin' home to your sweet nothings
Outside, they're push and shovin'
You're in the kitchen hummin'
All that you ever wanted from me was nothin'
[Gambas:Youtube]
13. Mastermind
Mastermind merupakan lagu terakhir dalam album Midnights versi standar. Lagu ini mengisahkan pengakuan Swift dalam merancang dan mengupayakan hubungannya dengan Joe Alwyn.
What if I told you none of it was accidental?
And the first night that you saw me
Nothing was gonna stop me
I laid the groundwork, and then
Just like clockwork
The dominoes cascaded in a line
What if I told you I'm a mastermind?
And now you're mine
It was all by dеsign
'Cause I'm a mastermind
Ia pun menyebut bahwa pada dasarnya, perempuan berupaya penuh untuk membuat hubungan mereka berhasil dan tanpa harus terlihat berjuang keras. Namun saat menjalani dengan Alwyn, Swift pun mengakui akal bulus yang ia lakukan.
This is the first time I've felt the need to confess
And I swear
I'm only cryptic and Machiavellian
'Cause I care
Selain dari mengisahkan pengakuan Swift berusaha keras agar hubungan dengan Joe berhasil, kata "mastermind" sendiri sudah menjadi julukan dari penggemar untuk musisi itu sejak lama.
Julukan "mastermind" untuk Swift diberikan karena hobi Swift untuk bermain kode dan mengajak penggemarnya menganalisis lagu-lagu atau promosi yang diberikan oleh Taylor.
[Gambas:Youtube]
14. The Great War (3am Edition)
The Great War menjadi pembuka dari album Midnights 3am Edition. Lagu ini ditulis Taylor Swift dan Aaron Dessner yang bekerja sama dalam folklore juga evermore.
Karena pengaruh Dessner pula, The Great War memiliki suasana yang lekat dengan evermore, mulai dari penggunaan alat musik hingga penulisan lirik.
Dalam The Great War, Swift mengisahkan perjalanan sepasang kekasih yang melewati pertikaian besar yang terjadi dalam hubungan mereka. Terlepas dari betapa parah pertikaian tersebut, pasangan ini berhasil melaluinya.
Uh-huh, we're burned for better
I vowed I would always be yours
'Cause we survived the Great War
[Gambas:Youtube]
15. Bigger Than The Whole Sky (3am Edition)
Bigger Than The Whole Sky ditulis oleh Swift bersama Antonoff dan memiliki suasana yang sedikit berbeda dengan lagu-lagu Midnights di versi standar.
Lagu ini merefleksikan retrospeksi akan kehilangan seseorang yang terasa begitu berarti meski mereka hanya ada dalam periode yang singkat dalam hidup kita.
Kehilangan orang yang begitu berdampak dalam hidup tersebut kerap kali membuat pertanyaan apakah semua akan berbeda bila mereka tidak pergi, atau apakah akan kembali bertemu dengan orang yang serupa di kemudian hari.
Goodbye, goodbye, goodbye
You were bigger than the whole sky
You were more than just a short time
And I've got a lot to pine about
I've got a lot to live without
I'm never gonna meet
What could've been, would've been
What should've been you
What could've been, would've been you
[Gambas:Youtube]
16. Paris (3am Edition)
Paris adalah salah satu kota penting dalam hubungan Taylor Swift dan Joe Alwyn. Keduanya diketahui kerap berlibur di ibu kota Prancis ini, termasuk saat Swift menggelar konser untuk album Lover persis sebelum pandemi.
I'm so in love that I might stop breathing
Drew a map on your bedroom ceiling
No, I didn't see the news
'Cause we were somewhere else
...
Like we were in Paris
Like we were somewhere else
Like we were in Paris, oh
We were somewhere else
[Gambas:Youtube]
17. High Infidelity (3am Edition)
High Infidelity jadi karya terbaru Swift dan Dessner yang kembali mengisahkan soal ketidaksetiaan setelah banyak tertuang dalam folklore juga evermore.
Lagu High Infidelity mengisahkan perselingkuhan yang dilakukan sebagai buah dari hubungan yang menyakitkan untuk dijalani. Namun dalam lagu ini, sang penutur mengakui bahwa hal itu salah untuk dilakukan.
Dalam lagu ini, Taylor Swift agaknya memberikan sedikit petunjuk jelang perselingkuhan yang ia lakukan untuk lepas dari Calvin Harris.
Do you really want to know where I was April 29th?
Do I really have to chart the constellations in his eyes?
You know there's many different ways that you can kill the one you love
The slowest way is never loving them enough
Frasa "April 29th" tampaknya merujuk pada tanggal perilisan This Is What You Came For, lagu yang ditulis oleh Taylor Swift dan Calvin Harris pada 2016.
Lagu tersebut sempat menjadi permasalahan setelah Swift dan Harris putus karena disjoki itu menolak mengakui Swift sebagai penulis lagu, karena saat itu Swift mencantumkan nama lainnya, Nils Sjöberg.
Lagu itu pula rilis beberapa hari sebelum Swift kedapatan berdansa bersama dengan Tom Hiddleston dalam Met Gala 2016 yang digelar 2 Mei. Setelah itu, Hiddleston diketahui berpacaran dengan Swift.
[Gambas:Youtube]
18. Glitch (3am Edition)
Glitch kembali ditulis oleh Swift dan Antonoff dengan bantuan Soundwave. Lagu ini agaknya mengisahkan soal hubungan Swift dengan Joe Alwyn yang mestinya hanya teman belaka tapi malah menjadi kekasih yang serius.
We were supposed to be just friends
You don't live in my part of town, but maybe I'll see you out some weekend
...
I think there's been a glitch, oh, yeah
Five seconds later, I'm fastening myself to you with a stitch, oh, yeah
Dugaan lagu ini soal hubungan Alwyn dan Swift yang berubah dari temen jadi demen, adalah ketika musisi itu melantunkan jumlah hari yang telah mereka lalui bersama, yaitu 2190 hari alias enam tahun. Swift mulai menjalin asmara dengan Alwyn pada 2016, enam tahun lalu.
Ia pun merefleksikan hubungan tersebut dengan glitch pada sistem komputer, ketika sistem mengalami sebuah kesalahan maka berpeluang untuk "black out" dan "breaking down".
In search of glorious happenings of happenstance on someone else's playground
But it's been two-thousand one-hundred ninety days of our love blackout
(Our love is blacking out)
The system's breaking down
(The system's breaking down)
Lagu ini berparalel dengan lagu Paper Rings dalam album Lover (2019), ketika Swift jatuh cinta dengan Alwyn yang semula hanyalah sebagai teman.
[Gambas:Youtube]
19. Would've, Could've, Should've (3am Edition)
Would've, Could've, Should've dimulai dengan suasana melodi dan instrumen yang mirip dengan single Carolina yang dirilis Swift untuk film Where The Crawdads Sing. Kedua lagu ini pun sama-sama ditulis Swift bersama Aaron Dessner.
Dengan dentuman drum, gitar elektrik, dan suara rendah Swift, lagu Would've, Could've, Should've memiliki citra yang gelap dan suram lantaran berisi refleksi dan penyesalan yang dialami Swift dari hubungan di masa lalu.
Sebagian penggemar meyakini bahwa hubungan masa lalu yang dibahas dalam lagu ini adalah saat ia menjadi kekasih John Mayer. Cerita dari masa itu sebelumnya digambarkan dengan miris dalam lagu Dear John di album Speak Now (2010).
Kala itu, Swift masih berusia 19 tahun sedangkan John Mayer sudah 32 tahun. Perbedaan usia yang jauh ini konon membuat hubungan itu menjadi toksik dan abusif karena timpang.
Dalam lagu Would've, Could've, Should've, Swift melantunkan emosi, penyesalan, trauma atas masa tersebut yang kini dianggap menjadi momok dalam hidupnya.
Apalagi, Swift menegaskan hubungan itu merenggut kegadisannya yang membuat lagu ini menjadi begitu intens.
I would've stayed on my knees
And I damn sure never would've danced with the devil
At nineteen
And the God's honest truth is that the pain was heaven
And now that I'm grown, I'm scared of ghosts
Memories feel like weapons
And now that I know, I wish you'd left me wondering
...
Living for the thrill of hitting you where it hurts
Give me back my girlhood, it was mine first
....
God rest my soul
I miss who I used to be
The tomb won't close
Stained glass windows in my mind
I regret you all the time
I can't let this go
I fight with you in my sleep
The wound won't close
I keep on waiting for a sign
I regret you all the time
Oh, God rest my soul
I miss who I used to be
The tomb won't close
Stained glass windows in my mind
I regret you all the time
I can't let this go
I fight with you in my sleep
The wound won't close
I keep on waiting for a sign
I regret you all the time
[Gambas:Youtube]
20. Dear Reader (3am Edition)
Dear Reader menjadi penutup dari keseluruhan koleksi Midnights dari Taylor Swift. Lagu ini menyiratkan narator memberikan nasihat kepada pembaca.
Namun penutur juga menyarankan untuk tidak percaya kepada dirinya karena ia sendiri mengisahkan sebagai sosok yang terisolasi, putus asa, dan meragukan diri sendiri.
Segala keraguan dalam lagu ini, ditambah dengan melodi yang dirancang oleh Swift dan Antonoff menutup Midnights yang penuh dengan keraguan diri, ketidakpercayaan, dan melalui rasa sakit.
[Gambas:Youtube]