Sweet Nothing mungkin adalah lagu paling manis dalam Midnights. Lagu yang ditulis Swift bersama Joe Alwyn ini mengisahkan kebahagiaan Swift menjalani hubungannya kini.
Konsep "sweet nothing" yang biasanya merujuk pada hal-hal sepele tapi manis, dimodifikasi oleh Swift dalam lagu ini.
Swift menyiratkan bahwa Joe tidak mengincar apapun dari dirinya dalam menjalani hubungan ini alias "nothing", dan bagi Swift hal tersebut begitu manis alias "sweet".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu begitu melegakan bagi Taylor karena sejak dulu ia kerap mendapatkan lelaki yang hanya ingin ketenaran dan uang dari dirinya.
'Causе they said the end is comin'
Evеryone's up to somethin'
I find myself runnin' home to your sweet nothings
Outside, they're push and shovin'
You're in the kitchen hummin'
All that you ever wanted from me was nothin'
Mastermind merupakan lagu terakhir dalam album Midnights versi standar. Lagu ini mengisahkan pengakuan Swift dalam merancang dan mengupayakan hubungannya dengan Joe Alwyn.
What if I told you none of it was accidental?
And the first night that you saw me
Nothing was gonna stop me
I laid the groundwork, and then
Just like clockwork
The dominoes cascaded in a line
What if I told you I'm a mastermind?
And now you're mine
It was all by dеsign
'Cause I'm a mastermind
Ia pun menyebut bahwa pada dasarnya, perempuan berupaya penuh untuk membuat hubungan mereka berhasil dan tanpa harus terlihat berjuang keras. Namun saat menjalani dengan Alwyn, Swift pun mengakui akal bulus yang ia lakukan.
This is the first time I've felt the need to confess
And I swear
I'm only cryptic and Machiavellian
'Cause I care
Selain dari mengisahkan pengakuan Swift berusaha keras agar hubungan dengan Joe berhasil, kata "mastermind" sendiri sudah menjadi julukan dari penggemar untuk musisi itu sejak lama.
Julukan "mastermind" untuk Swift diberikan karena hobi Swift untuk bermain kode dan mengajak penggemarnya menganalisis lagu-lagu atau promosi yang diberikan oleh Taylor.
The Great War menjadi pembuka dari album Midnights 3am Edition. Lagu ini ditulis Taylor Swift dan Aaron Dessner yang bekerja sama dalam folklore juga evermore.
Karena pengaruh Dessner pula, The Great War memiliki suasana yang lekat dengan evermore, mulai dari penggunaan alat musik hingga penulisan lirik.
Dalam The Great War, Swift mengisahkan perjalanan sepasang kekasih yang melewati pertikaian besar yang terjadi dalam hubungan mereka. Terlepas dari betapa parah pertikaian tersebut, pasangan ini berhasil melaluinya.
Uh-huh, we're burned for better
I vowed I would always be yours
'Cause we survived the Great War
Bigger Than The Whole Sky ditulis oleh Swift bersama Antonoff dan memiliki suasana yang sedikit berbeda dengan lagu-lagu Midnights di versi standar.
Lagu ini merefleksikan retrospeksi akan kehilangan seseorang yang terasa begitu berarti meski mereka hanya ada dalam periode yang singkat dalam hidup kita.
Kehilangan orang yang begitu berdampak dalam hidup tersebut kerap kali membuat pertanyaan apakah semua akan berbeda bila mereka tidak pergi, atau apakah akan kembali bertemu dengan orang yang serupa di kemudian hari.
Goodbye, goodbye, goodbye
You were bigger than the whole sky
You were more than just a short time
And I've got a lot to pine about
I've got a lot to live without
I'm never gonna meet
What could've been, would've been
What should've been you
What could've been, would've been you
Paris adalah salah satu kota penting dalam hubungan Taylor Swift dan Joe Alwyn. Keduanya diketahui kerap berlibur di ibu kota Prancis ini, termasuk saat Swift menggelar konser untuk album Lover persis sebelum pandemi.
I'm so in love that I might stop breathing
Drew a map on your bedroom ceiling
No, I didn't see the news
'Cause we were somewhere else
...
Like we were in Paris
Like we were somewhere else
Like we were in Paris, oh
We were somewhere else