
Review Film: The Point Men

The Point Men nyaris punya segalanya untuk menjadi tontonan thriller-laga epik yang penuh ketegangan. Namun, film ini justru terasa memble akibat eksekusi plot yang tak optimal dan terasa kosong di sana-sini.
Modal cerita yang ditawarkan film ini sesungguhnya tak murahan. The Point Men diangkat dari kisah nyata tentang krisis sandera Korea Selatan di Afghanistan pada 2007 silam.
Peristiwa yang sarat dengan intrik politik itu sesungguhnya punya potensi besar untuk digarap maksimal. Sutradara Yim Soon-rye juga punya kesempatan mengemas film ini agar menjadi suguhan bertema pembebasan sandera yang tak biasa.
Sayangnya, film ini tak terlalu membekas dalam benak saya. The Point Men terasa seperti film thriller dengan formula yang mirip dengan film-film blockbuster Hollywood bertema serupa.
Hal itu terlihat dari pendekatan Soon-rye yang terlalu fokus pada negosiasi alot antara utusan Korea melawan Taliban dan cenderung abai terhadap karakter utama.
Penulisan karakter utama dalam film ini tidak terlalu solid sehingga hanya menggambarkan Jung Jae-ho (Hwang Jung-min) dan Park Dae-sik (Hyun Bin) secara dangkal.
Penonton hanya disuguhi latar belakang Jae-ho sebagai diplomat dan Dae-sik sebagai agen intelijen lewat dialog-dialog yang tidak signifikan dalam cerita.
Dua karakter utama itu juga jauh dari kesan spesial karena punya warna yang mirip dengan karakter fiktif di film Hollywood, seperti Jason Bourne, Ethan Hunt, hingga Tony Mendez dari Argo (2012).
Imbasnya, karakter Jae-ho dan Dae-sik dalam The Point Men tidak meninggalkan kesan yang mendalam.
Hal itu patut disayangkan karena film ini tentu sudah menggelontorkan banyak uang untuk menggaet aktor sekaliber Hwang Jung-min dan Hyun Bin.
Penampilan dua aktor papan atas Korea itu sesungguhnya juga tidak mengecewakan. Mereka berhasil membawakan karakter masing-masing secara apik, meski tidak dibarengi penokohan yang kuat.
Adegan laga yang disajikan dalam film ini juga relatif minim. Padahal, The Point Men sejak awal menggaungkan genre tersebut lewat berbagai cuplikan trailer.
Sekuens laga dalam film ini terbilang jauh dari ekspektasi karena tak lebih dari hitungan jari. Meski begitu, segelintir adegan laga itu tetap memukau dan sukses mencuri perhatian.
Negosiasi alot antara agen Korea dengan Taliban menjadi satu-satunya aspek yang paling disorot. Beruntung, eksekusi aspek cerita itu berhasil menjaga saya untuk tidak beranjak dari kursi bioskop.
Lanjut ke sebelah...