Reinkarnasi Sandiwara Radio di Era Digital

CNN Indonesia
Minggu, 09 Apr 2023 13:53 WIB
Sempat mengalami pasang surut tren, sandiwara radio mengalami reinkarnasi sekitar satu dekade terakhir.
Ilustrasi. Sempat mengalami pasang surut tren, sandiwara radio mengalami reinkarnasi sekitar satu dekade terakhir. (iStockphoto)

Selain itu, perkembangan digital juga memperluas jangkauan drama audio yang diproduksi radio. Judul-judul yang rilis belakangan ini tak hanya bisa dinikmati ketika disiarkan, tetapi juga dapat didengar melalui platform digital secara on demand.

Iqbal juga menjelaskan radio sekarang memiliki platform yang menyediakan data pendengar. Hal ini mempermudah radio dalam mengukur kesuksesan sebuah program, termasuk membuat drama audio yang berkelanjutan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika sudah masuk era digital pada 2020, kami sudah punya platform. Bisa dilihat di situ sih," jelas Iqbal. "Kami punya data yang lihat berapa orang, berapa yang dengarkan sampai menit ke sekian, berapa yang komplit. Jadi, analisisnya bisa dilihat dari situ,"

Reinkarnasi sandiwara radio juga melahirkan produk hiburan berbasis audio lain dengan format yang mirip, seperti audio series yang diluncurkan berbagai kanal siniar.

Rapot Podcast menjadi salah satu siniar yang mengembangkan sandiwara radio lewat audio series Mau Gak Mau.

[Gambas:Youtube]



Drama audio yang tayang pada bulan Ramadan 2020 dan 2021 itu merupakan hasil eksplorasi Reza, Abigail, Anka, dan Radhini yang sebelumnya pernah terlibat dalam produksi radio play.

"Kami itu berempat awalnya datang dari radio, di mana radio ini kan udah ada salah satu program namanya radio play di tiap bulan Ramadan," ujar Reza Chandika kepada CNNIndonesia.com. "Sebenarnya berangkatnya dari situ, kenapa enggak kita bawa ke podcast?"

"Makanya pada saat ada platform yang bisa bermain di lahan audio, kami ingin kasih perspektif lain," tambah Nastasha Abigail.

Mereka mengerjakan audio series dengan format yang mirip sandiwara radio, tetapi banyak bereksplorasi dalam tahap produksi. Salah satunya bekerja sama dengan orang-orang dari industri film selama produksi.

Mau Gak Mau kemudian berkembang menjadi audio series yang menawarkan pengalaman berbeda dari sandiwara radio. Seperti kualitas audio yang disebut sebagai cinematic audio series.

"[Cinematic audio series] artinya penggunaan sound mixing dan mastering itu seperti Dolby kalau kita nonton bioskop," tutur Nastasha Abigail. "Jadi, suaranya itu surround dan itu biasanya dilakukan oleh teman-teman yang bikin film,"

Perkembangan sandiwara radio yang telah menjelma menjadi berbagai produk baru adalah isyarat bahwa industri tersebut masih punya taji. Pertunjukan berbasis audio nyatanya juga masih bertahan meski industri telah banyak berubah.

Hikmat Darmawan juga mengamini hal tersebut. Ia bahkan menilai hiburan berbasis suara selama ini tidak pernah mati, melainkan hanya mengalami perubahan medium.

Ia juga percaya sandiwara radio maupun drama audio dan istilah serupa lainnya akan tetap memiliki pasar, serta terus mengalami perputaran bak roda kejayaan.

"Jadi ya akan bertahan, akan selalu meledak dengan konteksnya sendiri. Kehadiran medium baru tidak menghilangkan medium lama," ucap Hikmat. "Dia enggak akan kehilangan sepenuhnya pasarnya. Pasar berubah tapi enggak hilang, kecuali ada kiamat teknologi,"

(frl/end)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER