Review Film: The Pope's Exorcist

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Minggu, 09 Apr 2023 20:00 WIB
Review The Pope's Exorcist: modal kisah terinspirasi pengalaman nyata dari sosok besar dan aktor papan tak cukup dieksekusi dengan baik dalam film ini.
Review The Pope's Exorcist: modal kisah terinspirasi pengalaman nyata dari sosok besar dan aktor papan tak cukup dieksekusi dengan baik dalam film ini. (dok. Sony Pictures Releasing via IMDb)
img-title Endro Priherdityo
2
The Pope's Exorcist lebih mirip hidangan yang memiliki resep menjanjikan tapi dimasak dengan cara yang salah.

Trio Avery, Petroni, dan Spiliotopoulos memang terlihat ingin membangun cerita dengan setahap dengan setahap, dengan sesekali kilas balik ke masa lalu. Namun cara ini sebenarnya cukup rumit dan jelas ketiganya terpeleset cara mereka sendiri.

Latar cerita yang besar di bagian akhir tak sanggup ditopang dengan baik oleh fondasi masalah cerita di bagian awal. Ini membuat penonton tidak hanyut dalam cerita karena harus susah payah menyusun informasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini membuat segala horor yang tampil pun terasa hanya sekadar parade lewat semata, tanpa mampu mencengkeram penonton melalui kengerian demi kengerian berhadapan dengan iblis kelas kakap.

Memang kisah riil eksorsisme seringkali tak seseram dalam film, namanya juga dramatisasi. Namun justru dramatisasi dan kengerian itulah yang dicari oleh penonton penggemar film horor, khususnya eksorsisme.

Semenjak legenda The Exorcist muncul pada dekade 70-an lalu, penggemar film eksorsisme selalu ingin melihat bagaimana pertarungan antara iblis dengan 'orang Tuhan'. Lengkap dengan berbagai dramatisasi klise seperti suhu drop, salib terbalik, orang terlempar, hingga poltergeis.

Namun semua hal 'standar' itu kurang terasa di The Pope's Exorcist, sehingga terasa seperti membeli snack dengan bungkus party tapi hanya berisi sajian takaran anak lima tahun.

The Pope's ExorcistReview The Pope's Exorcist: semua hal 'standar' dalam film-film eksorsisme kurang terasa di The Pope's Exorcist. (dok. Sony Pictures Releasing via IMDb)

Meski ceritanya kopong, The Pope's Exorcist memiliki hal positif. Salah satunya adalah potensi yang tetap terlihat menjanjikan untuk dikembangkan.

Namun tentu itu dengan catatan Screen Gem dan Sony jelas harus merombak tim kreatif dan mencari orang yang sungguh menggilai dan paham akan cerita horor.

Saya pribadi sebenarnya masih penasaran apakah The Pope's Exorcist bisa berkembang, mengingat ada banyak cerita dari Pastor Gabriele Amorth yang belum terkisahkan. Bahkan, mencari 199 lokasi yang dimaksud dalam film ini pun bisa menjadi petualangan tersendiri.

Selain potensi itu, bagian visual dan sinematografi juga desain produksi film ini patut diberi pujian. Khalid Mohtaseb selaku sinematografer dan Alan Gilmore sebagai desainer produksi jelas bekerja dengan baik karena berhasil membuat keseruan dalam film ini.

Sementara itu, saya tak ada banyak komentar terhadap Russell Crowe mengingat perannya dalam film ini juga memang tidak seistimewa dan seikonis tersebut. Padahal, Crowe bisa saja menjadi pusat perhatian mengingat jam terbangnya.

Pada akhirnya, The Pope's Exorcist sesungguhnya lebih mirip hidangan yang memiliki resep menjanjikan tapi dimasak dengan cara yang salah sehingga memiliki rasa yang agak ganjil, walau tetap bisa dikonsumsi.

[Gambas:Youtube]



(end)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER