Jakarta, CNN Indonesia --
Oppenheimer telah tayang di bioskop setelah lama dinanti pencinta film di berbagai penjuru dunia. Film itu merupakan karya terbaru Christopher Nolan, tiga tahun usai merilis Tenet (2020).
Film Oppenheimer diadaptasi dari buku American Prometheus (2005) karya Kai Bird dan Martin J. Sherwin, bercerita tentang perjalanan J. Robert Oppenheimer, fisikawan teoretis yang menjadi Bapak Bom Atom.
Selain mengangkat cerita tokoh penting dalam sejarah dunia, Oppenheimer juga ramai dinanti karena digarap Nolan. Sutradara Inggris-Amerika itu memiliki reputasi tinggi karena telah mencetak sejumlah film hit selama beberapa dekade terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu terbukti dari sejumlah rilisan karya Nolan yang sukses meraih box office serta memperoleh berbagai penghargaan bergengsi. Sebut saja The Dark Knight (2008), Inception (2010), Interstellar (2014), hingga Dunkirk (2017).
Christopher Nolan juga dikenal memiliki prinsip dan teknik penyutradaraan yang khas untuk setiap karya garapannya. Seperti penggunaan kamera film untuk syuting hingga enggan bergantung pada efek CGI.
Nolan juga gemar mengambil referensi dari berbagai hal untuk filmnya, mulai dari budaya pop, kehidupan pribadi, pengalaman masa kecil, hingga karya-karya terdahulu.
Preferensi itu pun diterapkan Nolan ketika menggarap Oppenheimer, baik untuk adegan maupun berbagai persiapan di balik layar.
[Gambas:Video CNN]
Berikut sembilan fakta dan referensi Nolan dalam menggarap Oppenheimer.
1. Christopher Nolan 'alergi' dengan wig
Christopher Nolan tak hanya ogah merekayasa adegan, tetapi juga enggan merekayasa hal kecil seperti rambut karakter. Ia bahkan melarang para pemeran memakai rambut buatan alias wig.
Hal itu diterapkan Nolan ketika menggarap Oppenheimer yang mengambil latar waktu kehidupan sang fisikawan dari era 1920-an hingga '60-an. Kondisi itu membuat Oppenheimer (Cillian Murphy) memiliki model rambut yang beragam dari masa ke masa.
 Christopher Nolan mengatur jadwal syuting menyesuaikan panjang rambut Cillain Murphy. (Screenshot YouTube Universal Pictures) |
Namun, Nolan menolak pemakaian wig untuk sang aktor, sehingga jadwal syuting film mau tak mau menyesuaikan panjang rambut Murphy supaya tetap akurat.
"Saya bersikeras untuk mengatur jadwal syuting sesuai potongan rambut Cillian. Saya sangat alergi dengan rambut palsu di film," ucap Nolan dalam wawancara dengan New York Times.
2. Oppenheimer 'muncul' di Tenet
Nama J. Robert Oppenheimer sempat disebut di karya Nolan sebelumnya, Tenet (2020). Sutradara itu menyelipkan referensi sang fisikawan pada salah satu adegan ketika The Protagonist (John David Washington) berbincang dengan Priya (Dimple Kapadia).
Nolan juga mengonfirmasi bahwa Tenet mengusung ide dan situasi yang mirip seperti Oppenheimer, yakni soal bahaya dan ancaman di balik penemuan ilmu baru.
"Saya menampilkan referensi soal Oppenheimer dalam film terakhir saya, Tenet. Ada sebuah dialog, referensi ke situasi yang persis seperti Oppenheimer," ucap Nolan, seperti diberitakan The Bulletin.
"Film itu membahas gagasan itu dalam cakupan lebih luas: Ancaman pengetahuan, setelah pengetahuan itu terungkap, Anda tak bisa memutar waktu dan membuangnya," lanjutnya.
Lanjut ke sebelah...
3. Adegan hitam-putih dan berwarna mirip Memento
Oppenheimer menggunakan visual monokrom serta berwarna dalam sepanjang cerita. Pendekatan itu dipilih Nolan untuk merepresentasikan perbedaan perspektif.
Visual yang berwarna memiliki makna bahwa laju cerita dilihat dari sudut pandang sosok Oppenheimer secara subjektif. Sedangkan visual monokrom menempatkan Oppenheimer secara objektif dari perspektif sejarah.
 Salah satu adegan monokrom dalam film Oppenheimer. (Melinda Sue Gordon/Universal Pictures) |
Pendekatan serupa juga pernah dilakukan Christopher Nolan untuk film Memento (2000). Seluruh adegan dalam film itu ditampilkan dengan visual yang berwarna dan monokrom secara bergantian.
Namun, perbedaan warna visual dalam Memento dibuat untuk membedakan pergerakan waktu. Adegan hitam-putih menunjukkan alur cerita melaju mundur, sedangkan adegan berwarna menunjukkan alur cerita maju.
4. Aktor usulkan Kyoto dicoret jadi target
Nolan juga memberikan kesempatan bagi para pemeran Oppenheimer untuk melontarkan usulan dan improvisasi. Salah satunya ide dari aktor James Remar, pemeran Henry L. Stimson yang merupakan Menteri Perang era Presiden Harry S. Truman.
Remar, tutur Nolan, mengetahui Stimson mencoret Kyoto dari daftar target pengeboman karena menjadi tempat bulan madu dengan istri. Ia kemudian mengusulkan ide itu hingga akhirnya disepakati oleh Nolan.
"James Remar terus berbicara bahwa dia menemukan fakta bahwa Stimson dan istrinya bulan madu di Kyoto sehingga kota itu dicoret dari daftar target pengeboman," tutur Nolan, dikutip dari New York Times.
[Gambas:Photo CNN]
5. Libatkan anak untuk adegan ledakan bom
Christopher Nolan mengajak putri sulungnya, Flora, untuk andil berakting dalam film Oppenheimer sebagai salah satu korban bom atom. Nolan mengatakan ide itu spontan saat putri dan istrinya tengah berkunjung ke lokasi syuting.
Nolan mengajak Flora berperan sebagai seorang perempuan anonim yang menjadi korban bom atom. Wajah perempuan yang rusak akibat bom atom itu terngiang-ngiang di benak Oppenheimer.
"Kami memerlukan seseorang untuk melakukan bagian kecil dalam sebuah adegan spontan dan eksperimental," kata Nolan, seperti diberitakan Variety. "Jadi sungguh luar biasa melihatnya cukup berhasil dengan [peran] itu."
Lanjut ke sebelah...
6. Tertarik soal Oppenheimer sejak remaja
Ketertarikan Nolan terhadap Oppenheimer sudah muncul sejak dirinya masih remaja, yakni pada era '80-an. Kala itu, ia mengaku hidup di tengah ancaman nuklir dan perang dingin yang masih berlangsung.
Ia pun menjelaskan pertama kali tahu tentang J. Robert Oppenheimer dari lagu Sting berjudul Russians. Dalam lagu itu, Sting menyelipkan lirik tentang Oppenheimer dan 'mainan mematikan' alias bom atom.
"Saya rasa dia [Oppenheimer] dirujuk dalam lagu Sting tentang orang Rusia yang dirilis pada masa itu yang juga berbicara soal 'mainan mematikan' Oppenheimer," ucap Nolan, dalam wawancara dengan The Bulletin.
7. Anti pakai internet
Nolan tidak hanya serba analog saat produksi film, tetapi juga ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan laporan The Hollywood Reporter, ia mengaku tidak menggunakan smartphone dan tidak memakai komputer yang terhubung ke internet saat menulis naskah.
Sutradara 50 tahun itu juga mengirim naskah garapannya secara langsung kepada para pemeran utama, tak melalui e-mail maupun platform internet lainnya.
Seperti ketika Nolan terbang ke rumah Cillian Murphy di Irlandia dan menunggunya membaca naskah. Sementara itu, Robert Downey Jr. datang ke rumah Nolan di Los Angeles untuk membaca naskah pertama kali di sana.
[Gambas:Video CNN]
8. Alasan Nolan pilih Cillian Murphy
Nolan memilih Cillian Murphy sebagai pemeran utama atas pertimbangan unik. Ia semula menyelesaikan naskah tanpa memikirkan aktor yang paling tepat untuk menjadi Oppenheimer.
Dalam waktu yang beriringan, Nolan juga selalu menatap sampul buku American Prometheus dengan potret wajah Oppenheimer. Ia akhirnya memutuskan memilih Cillian Murphy karena sang aktor punya tatapan yang sama dengan sang fisikawan teoretis.
"Saya menatap sampul buku American Prometheus selama berbulan-bulan. Ada sebuah foto hitam putih dan tatapan mata biru muda yang sangat tajam dari orang ini," ujar Nolan, dikutip dari The Hollywood Reporter.
"Dan saya berpikir, 'Baiklah, saya tahu siapa yang dapat melakukan ini'," lanjutnya.
9. Kostum Oppenheimer terinspirasi gaya David Bowie
Nolan juga mengambil referensi budaya pop untuk aspek tertentu, seperti berbagai setelan jas yang dikenakan oleh Oppenheimer.
Cillian Murphy menjelaskan kala itu Nolan memberikan sejumlah referensi dari gaya busana David Bowie era 70-an. Gaya itu dinilai sesuai dengan karakter bapak bom atom yang gemar memakai jas dan juga kurus seperti David Bowie pada masa itu.
"...ketika dia [Bowie] sangat kurus dan agak kerempeng, tetapi memiliki setelan jas dan celana yang menawan," ucap Cillian Murphy, seperti dikutip dari The Vulture.
[Gambas:Youtube]