Untuk keempat kalinya, Taylor Swift menunjukkan kemerdekaan dalam berkreasi dalam lewat album 1989 (Taylor's Version). Proyek keempat dari rencana rekam ulang enam album lawasnya yang dijual labelnya pada 2019.
Kali ini, Swift bukan hanya sekadar memiliki ataupun memperbaiki 'masa lalu', tapi ia melahirkan kembali karya yang sudah memiliki reputasi sekaliber album 1989 (2014). Padahal, 1989 adalah album pop penuh pertamanya sekaligus salah satu yang tersukses dalam sejarah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Album 1989 memiliki sejumlah lagu pop hit yang didengar berbagai lapisan orang di dunia, baik mereka sebagai penggemar Swift maupun bukan. Sebut saja Blank Space, Shake It Off, Style, ataupun Wildest Dreams.
Sehingga yang jadi pertanyaan adalah, apa yang dilakukan Swift dengan album pop yang sering disebut mempromosikan poptimisme ini? Saya mesti katakan, Swift terasa sangat bebas tapi terstruktur dan sangat cermat dalam melahirkan ulang album berusia sembilan tahun ini.
Hal itu terlihat dari bagaimana Swift berusaha menjaga sebisa mungkin 'jiwa' album 1989 (Taylor's Version) tetap sama seperti asalnya, yang bukan hanya terdengar dari melodi, instrumental, ataupun vokal, tapi juga 'vibe' di dalamnya.
Meskipun, bagi mereka penggemar sejati atau yang terus-menerus mendengarkan album 1989 sejak sembilan tahun, akan merasakan perbedaan dalam lagu-lagu bangers di album ini. Terutama, lagu yang digarap Swift bersama Max Martin.
Ketiadaan Max Martin dalam penggarapan ulang lagu-lagu banger dalam 1989 (Taylor's Version) jelas terasa. Misalnya, power yang terasa agak lebih kalem dalam Shake It Off, aura 'sinting' yang lebih mereda di Blank Space, hingga sentuhan instrumental yang beda dalam Style.
Kesan itu muncul saat pertama kali saya mendengar 1989 (Taylor's Version). Jujur saja, perbedaan itu cukup terasa dan bukan dari vokal yang memang sudah pasti ada perbedaan serta sudah dimaklumi sejak pertama kali proyek rekam ulang ini ada.
Namun setelah mendalami saksama, Swift sebenarnya masih menggunakan komposisi yang sama persis seperti aslinya. Mulai dari instrumen, nada, hingga gimik seperti vocal crack pun masih berada pada posisi yang sama.
Hanya saja, Swift menaikkan dengan drastis soal kualitas produksi dan kejernihan sound lagu-lagunya. Hal itu membuat layer-layer suara, harmonisasi, hingga instrumen-instrumen kecil yang dulu tak banyak diperhatikan kini menjadi terdengar cukup jelas.
Dampaknya? Mungkin pada beberapa lagu akan sangat terasa perbedaannya. Soal preferensi, itu kembali jatuh ke selera masing-masing. Namun bagi saya, produksi 1989 (Taylor's Version) jauh lebih matang, lebih bold, dan lebih kohesif dibanding versi asli.
![]() |
Suasana '80-an yang diusung Swift sejak awal dalam meracik album 1989 lebih terasa dalam versi rekam ulang. Penggunaan synthesizer, drum elektrik, bass, hingga petikan gitar elektrik khas dekade '80-an jauh terasa lebih kental di versi teranyar ini.
Ambil contoh bagaimana beat Welcome to New York (Taylor's Version) sungguh-sungguh langsung membawa pendengar kembali ke era film Back to the Future dirilis. Atau ketiga petikan gitar dalam Style (Taylor's Version) seolah-olah dimainkan oleh band Nirvana.
Selain itu, proyek ulang ini juga jadi kesempatan Jack Antonoff selaku sahabat dan juga produser langganan Swift untuk memperkuat karyanya di album ini.
Lanjut ke sebelah..