Jakarta, CNN Indonesia --
Tahun 2023 terbilang spesial semenjak pandemi. Pada tahun ini, berbagai film dengan banyak tema dan rentang kualitas bermunculan, baik dari Hollywood, Korea Selatan, Jepang, ataupun Indonesia.
Menariknya, seiring dengan jumlah film yang rilis yang semakin besar, hal itu diiringi dengan jumlah film-film berkualitas yang hilir mudik di layar bioskop maupun streaming.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehingga, kondisi layar perak tahun ini sebenarnya sangat menyenangkan. Ada film dari negara yang 'diyakini' punya standar bagus, tapi ternyata kemudian hasilnya tidak semenarik itu.
Namun ada juga yang semula diragukan, ternyata bisa membuat terpukau dan bikin cukup yakin untuk menempatkan film tersebut sebagai salah satu yang terbaik tahun ini.
Para awak Redaksi Hiburan CNNIndonesia.com pun mengalami diskusi yang cukup alot perihal berapa dan film apa yang diajukan masing-masing personel sebagai film terbaik 2023.
Beberapa judul menjadi kesamaan pemikiran di antara awak redaksi, macam Jatuh Cinta seperti di Film-film, Budi Pekerti, Barbie, dan Oppenheimer. Namun ada juga yang berbeda antara satu sama lainnya.
[Gambas:Video CNN]
Terlepas dari perbedaan tersebut, keberagaman film yang tayang tahun ini sepenuhnya patut untuk dirayakan.
Lantaran, tahun 2023 menjadi perayaan kembalinya semarak perfilman, merayakan kisah kehidupan di layar lebar, dan merayakan kembali bisa menikmati pengalaman sinematik tanpa ada kekhawatiran. Tentunya, dengan harapan kondisi yang ada akan terus membaik di masa depan.
Berikut film-film terbaik 2023 versi CNNIndonesia.com.
Film terbaik 2023 menurut Endro Priherdityo:
Tuhan, Izinkan Aku Berdosa
Saya sejujurnya galau menempatkan Tuhan, Izinkan Aku Berdosa sebagai salah satu film terbaik 2023. Bukan karena kualitas filmnya, tapi karena saya gemas belum banyak yang sudah menyaksikan film karya Hanung Bramantyo ini.
Semenjak keluar dari screening di Jakarta Film Week 2023, saya yakin Tuhan, Izinkan Aku Berdosa bisa menjadi salah satu film terbaik yang pernah dibuat Hanung Bramantyo.
Hal paling kuat dari film ini adalah ceritanya dan relevansi dengan banyak korban pelecehan dan yang pernah terlibat dalam gerakan tertentu. Selain itu, penampilan Aghniny Haque dan Donny Damara adalah inti dari lakon menguras emosi dari naskah Hanung serta Ifan Ismail.
Taylor Swift: The Eras Tour
Terlepas dari preferensi pribadi, film konser The Eras Tour dari Taylor Swift adalah film konser terbaik yang pernah saya lihat. Bukan hanya karena menampilkan sebagian konser yang sulit didapat tiketnya itu, tetapi bagaimana Sam Wrench bisa memindahkan konser stadion ke dalam bioskop.
Renaissance: A Film by Beyonce
Berbeda dari The Eras Tour, Renaissance by Beyonce bagai mengikuti "a day with" sang diva, dan melihat dengan mata kepala sendiri perjuangan penyanyi itu menghadirkan musik dan tur Renaissance.
Yang menjadi spesial dari film ini adalah, Beyonce memperhatikan hal yang sangat detail dengan seabrek tugas yang ia jalankan sekaligus, tapi tanpa mengabaikan pesan film ini. Renaissance bukan cuma film dokumenter konser, tapi sebuah sesi filsafat bersama Beyonce.
Lanjut ke sebelah...
Honorable mention:
Ice Cold
Terlepas dari berbagai pandangan usai melihat Ice Cold, saya mengakui bahwa film dokumenter ini dikemas dengan apik. Saking apiknya sampai bisa menjadi bahan perbincangan dan sukses membangkitkan kembali topik yang sudah terkubur tujuh tahun.
Secara naskah, Ice Cold sama sekali berbeda dibanding film dokumenter yang biasa saya tonton. Dokumenter ini mengisahkan hal yang menjelimet dengan cara yang ringan, meski dipandang berat sebelah.
Film terbaik 2023 menurut Christie Stefanie:
Barbie
Film ini dengan lantang menyuarakan begitu banyak permasalahan dihadapi perempuan segala generasi. Monolog America Ferrera membuat Barbie sangat layak untuk menjadi salah satu film terbaik pada 2023.
Meski memang ada adegan yang cukup menghabiskan durasi, hal itu tak mengurangi pesan dan kritik sosial terhadap situasi di masyarakat keseluruhan.
Saltburn
Saltburn meninggalkan kesan begitu kuat setelah film berakhir. Emerald Fennell menulis naskah dan menggarap Saltburn yang penuh layer dan slowpaced ini jadi film satire yang menarik ditonton setiap babaknya.
Pengisahan itu berpadu dengan akting sempurna dari seluruh pemain, terutama Barry Keoghan yang membuatnya sangat layak dilirik untuk nominasi Oscar 2024.
[Gambas:Video CNN]
Honorable mention:
The Childe
Film ini konsisten lewat plot yang begitu captivating sejak awal hingga akhir, terutama dalam memadukan dark comedy, action, hingga thriller. Sinematografi yang solid juga membuat The Childe sangat menghibur hingga akhir.
Penampilan Kim Seon-ho dengan microexpression yang patut diacungi jempol membuat The Childe jadi proyek debut sang aktor yang paripurna.
Red, White & Royal Blue
RWRB menjadi film yang amat saya nikmati tahun ini. Taylor Zakhar Perez dan Nicholas Galitzine membuktikan berhasil menghidupkan karakter Alex Claremont-Diaz dan Pangeran Henry dari novel karya Casey McQuinston.
Chemistry yang luar biasa dari keduanya membuat banter Taylor dan Nicholas terasa begitu natural dan witty bersamaan. Meski ada beberapa perubahan dari versi novel, inti kisahnya masih tersalurkan dengan baik dalam film.
Film terbaik 2023 menurut Prabarini Kartika:
Jatuh Cinta Seperti di Film-film
Jatuh Cinta Seperti di Film-film menyuguhkan tontonan film yang beda daripada yang lain. Konsep filmnya pun begitu meta tapi tetap nyeleneh, terutama berani menyentil industri perfilman dalam negeri.
Dengan begitu, Yandy Laurens patut diberikan standing applause berkat penulisan dan penyutradaraannya. Tidak hanya dia, begitu pula dengan performa para aktor yang solid, yaitu Ringgo Agus Rahman, Nirina Zubir, Sheila Dara, dan Dion Wiyoko.
Suzume
Makoto Shinkai kembali berhasil menciptakan karya yang solid di setiap lini lewat film anime Suzume.
Sang penulis dan sutradara berhasil menyajikan film lebih kuat di lini cerita yang terinspirasi dari bencana gempa bumi di Jepang. Aspek itu diperkuat dengan karakter dan visual yang tidak kalah cantik.
Honorable mention:
The First Slam Dunk
Kombinasi CGI dan ilustrasi gambar tangan menjadi hal yang paling membuat saya tergugah saat menonton The First Slam Dunk.
Selain itu, apresiasi untuk Takehiko Inoue sebagai penulis dan sutradara yang mengambil keputusan untuk membuat film anime itu berfokus pada karakter Ryota Miyagi, bukan begundal berambut merah Hanamichi Sakuragi.
The Boy and the Heron
Inovasi baru Hayao Miyazaki dan Studio Ghibli dalam membuat film animasi langsung terasa di adegan pembuka. Bahkan, saya merasa sutradara film animasi itu sedang 'teler' saat menggarap The Boy and the Heron.
Untung saja Hayao Miyazaki batal pensiun. Sayang jika menjadikan The Boy and the Heron film pemungkasnya karena ini bukanlah film terbaik yang pernah dia buat.
Lanjut ke sebelah...
Film terbaik 2023 menurut Muhammad Feraldi:
Past Lives
Lewat karya debut, Celine Song berhasil mengeksplorasi Past Lives menjadi begitu romantis, intim, sekaligus mengoyak-ngoyak hati. Ia piawai memainkan emosi itu melalui dialog, tatapan mata, hingga gestur-gestur sederhana.
Past Lives juga sukses menggali cerita secara mendalam, dari reuni teman masa kecil menjadi pengandaian karena cinta seolah tidak pernah datang tepat waktu.
Spider-Man: Across the Spider-Verse
Spider-Man: Across the Spider-Verse menjawab penantian lima tahun dengan memuaskan. Semua elemen, dari cerita, visual, hingga scoring musik, dieksekusi dengan solid dan brilian. Across the Spider-Verse juga mampu mengemas ide multijagat secara luwes, sehingga dapat seirama dengan cerita.
Film terbaik 2023 menurut Mohammad Farras:
Oppenheimer
Preferensi pribadi saya adalah tak terlalu menikmati karya fiksi ilmiah yang ndakik-ndakik dari Christopher Nolan. Namun dalam merangkum kisah fisikawan perancang senjata nuklir Julius R. Oppenheimer, Nolan sukses menggugah hati dan emosi penonton berkat mata dan riset yang cerdik.
Dalam durasi film yang serba panjang: 180 menit, Oppenheimer gubahan Nolan merangkum segala referensi kultural hingga romansa dengan cakapnya sehingga membiarkan penonton menilik sisi lain dari balik benak sang kreator pemusnah massal tersebut.
Film terbaik 2023 menurut Aflakha Tazakka:
Budi Pekerti
Wregas Bhanuteja berhasil menyulap kisah sederhana dari peristiwa sehari-hari menjadi suguhan menarik sarat makna tanpa dramatisasi berlebihan.
Penghormatan terhadap dedikasi seorang guru, komentar untuk media dan aktivisme, hingga popularitas semu di internet, dapat diramu dengan baik sehingga dapat diterima dengan mudah oleh penonton.
Terpenting, para pemeran utama mampu menyampaikan semua ekspresi dan emosi yang seharusnya dari karakter yang mereka perankan dengan latar tempat yang semakin menghidupkan nyawa film ini.
Talk to Me
Talk to Me jadi bukti film horor tak mesti bertele-tele untuk menghantarkan kengerian maksimal kepada penonton. Cerita padat dengan eksekusi yang baik dalam film ini membuat emosi penonton naik-turun tak menentu.
Sorotan terhadap isu kesehatan mental dikemas dengan pas dan tetap menjaga sensitivitasnya oleh duo YouTuber asal Australia, Danny dan Michael Philippou. Sehingga, Talk to Me jadi angin segar di tengah banyak film horor serupa tahun ini.