Rupanya, Bengawan Solo berhasil membawa Gesang ke puncak popularitas. Bahkan lagu itu mengalun lebih jauh. Bengawan Solo menjadi favorit bukan cuma warga lokal, tetapi juga orang asing.
Bengawan Solo membuat Gesang banyak diundang untuk menyanyi di beberapa negara Asia. Banyak orang asing suka dengan lagu ini, terutama di Jepang.
Lihat Juga :![]() LAPORAN INTERAKTIF Tangan-tangan Nyoman Nuarta |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, lagu Bengawan Solo pernah menjadi lagu tema film Jepang yang bertajuk Stray Dog (1949) yang digarap oleh Akira Kurosawa.
Lagu tersebut dialihbahasakan menjadi bahasa Jepang dan dilantunkan oleh Toshi Matsuda pada 1947. Lagu itu dipilih lantaran digemari oleh veteran tentara Jepang dan menjadi nostalgia akan koloni Jepang yang indah.
Bengawan Solo belum berhenti bermuara di Jepang. Lagu tersebut kini tercatat sudah diterjemahkan ke 13 bahasa di dunia, seperti Inggris, Rusia, Mandarin, dan Jepang.
Gesang Martohartono pun menuai banyak penghargaan berkat Bengawan Solo. Salah satunya Bintang Kehormatan dari Kaisar Akihito pada 1992, kemudian penghargaan Kebudayaan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata pada 2010.
Gesang juga dinobatkan sebagai legenda musik keroncong Indonesia oleh Anugerah Musik Indonesia (AMI) sebanyak dua kali. Selain itu, sebuah taman dibangun untuk Gesang di Kawasan Kebun Binatang Jurug pada 1983.
Gesang Martohartono meninggal dunia pada 20 Mei 2010 dalam usia 92 tahun di Solo. Menurut laporan Antara, bahkan pagi sebelum meninggal dunia, Gesang masih minta dituliskan tiga lagu keroncong.
"Beliau minta dituliskan tiga lagu keroncong yakni Jembatan Merah, Sapu Tangan, dan Bengawan Solo," kata keponakan Gesang, Yani.
Namun setelah itu, kesehatan Gesang terus menurun dan sempat mengalami sesak nafas yang diikuti gangguan jantung. Gesang Martohartono pun menghembuskan nafas terakhir pada 20 Mei 2010 pukul 18.10 WIB.
Gesang Martohartono kemudian dimakamkan di Pemakaman Umum Pracimalaya, Makam Haji Surakarta, pada 21 Mei 2010.
(end)