Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding mengingatkan para pekerja agar tak hanya berfokus mencari penghasilan, tetapi juga bijak mengelola keuangan.
Pesan itu disampaikan Karding saat melepas 293 pekerja migran Indonesia (PMI) yang akan bekerja di Korea Selatan melalui skema Government to Government (G to G). Acara pelepasan berlangsung di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) di Depok, Jawa Barat pada Senin (19/5).
"Yang lebih penting dari itu (bekerja) adalah bijak mengelola keuangan. Tahu mana yang dipakai untuk hidup sehari-hari, tahu yang mana yang dikirim ke keluarga, ke orang tua, ke anak istri, dan tahu ke mana diinvestasikan sisanya," kata Karding.
Menurutnya, sebagian gaji yang diperoleh PMI sebaiknya tidak hanya ditabung, melainkan juga diinvestasikan. Investasi itu bisa berupa emas, rumah, atau bentuk lain yang aman dan menguntungkan.
"Anggaplah yang paling gampang dan pasti untung itu beli emas," ujarnya.
Karding juga menyinggung soal perencanaan keuangan untuk masa depan. Dirinya mencontohkan beberapa purna PMI yang kini sukses menjadi pengusaha di Indonesia karena mampu mengelola penghasilan mereka selama bekerja di luar negeri.
"Banyak orang yang berangkat ke Korea dan berhasil. Sabtu kemarin saya ke Cirebon, ketemu teman-teman asosiasi purna PMI. Usahanya bukan kaleng-kaleng, omzetnya minimal Rp90 juta per bulan," katanya.
Karding lalu menyebut nama Bambang, mantan PMI asal Yogyakarta, yang kini memiliki restoran dengan omzet mencapai Rp500 juta per bulan.
"Kalau Mas Bambang yang punya warung Resto Jempol di Yogya, omzetnya malah sudah Rp500 juta," ucap Karding.
Karding berharap, para pekerja migran yang akan berangkat ke Korea Selatan ini bisa mengikuti jejak kesuksesan para purna PMI dengan tetap memegang prinsip bijak dalam penggunaan dan pengelolaan uang.
(***/***)