Review Film: The Long Walk

Muhammad Feraldi Hifzurahman | CNN Indonesia
Jumat, 12 Sep 2025 20:15 WIB
Review film The Long Walk: film ini rasanya sayang dilewatkan jika ingin merasakan pengalaman berbeda dari kisah distopia.
Review film The Long Walk: film ini rasanya sayang dilewatkan jika ingin merasakan pengalaman berbeda dari kisah distopia. (Lionsgate/Murray Close via IMDb)
img-title Endro Priherdityo
4
Film ini rasanya sayang dilewatkan jika ingin merasakan pengalaman berbeda dari kisah distopia.
Jakarta, CNN Indonesia --

The Long Walk menyajikan pengalaman menonton film horor berlatar distopia yang mencekam, brutal, tetapi mampu menggugah secara emosional. Hasil ini diraih karena The Long Walk mempunyai semua kepingan penting yang dibutuhkan, dari cerita solid hingga akting meyakinkan.

Daya tarik utama film adaptasi novel Stephen King ini berasal dari premisnya: sebuah kontes jalan kaki di Amerika Serikat pada zaman distopia. Namun, ini tentu bukan kontes jalan kaki biasa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peserta yang ikut bergabung harus berjalan kaki dengan kecepatan 3 mph (4,8 km/jam) dan akan ditembak mati jika melambat atau berhenti. Satu pemenang akan mendapat hadiah, sementara 49 lainnya kalah dan meninggal.

Premis ini berkembang menjadi novel legendaris karya Stephen King yang diterbitkan pada 1979. Empat dekade berselang, novel itu diadaptasi ke layar lebar dengan menggaet Francis Lawrence sebagai sutradara.

Menggaet Francis Lawrence rasanya menjadi satu keputusan paling tepat untuk proyek The Long Walk. Ia sudah teruji jika berurusan dengan film adaptasi, apalagi dengan cerita yang berlatar di dunia distopia.

Reputasi Francis Lawrence sebagai sutradara saga The Hunger Games terbukti ketika diminta untuk menukangi The Long Walk. Ia berhasil membawa penonton ke zaman distopia yang terlihat asing, tetapi tetap terasa dekat.

Film The Long Walk (2025). (Lionsgate/Murray Close via IMDb)Film The Long Walk (2025): The Long Walk menyajikan pengalaman menonton film horor berlatar distopia yang mencekam, brutal, tetapi mampu menggugah secara emosional. (Lionsgate/Murray Close via IMDb)

Belasan menit pertama di The Long Walk berjalan bagai sesi pemanasan bagi para peserta di dalam cerita maupun penonton di kursi bioskop. Kontes itu dituturkan lewat kacamata salah satu peserta bernama Ray Garraty (Cooper Hoffman).

Peserta lain yang nantinya menjadi bagian penting cerita juga mulai dikenalkan di sesi pemanasan ini. Ada Peter McVries (David Jonsson), Gary Barkovitch (Charlie Plummer), Hank Olson (Ben Wang), hingga Arthur Baker (Tut Nyuot).

Suasana mulai menjadi tegang ketika The Major (Mark Hamill), pemimpin penyelenggara The Long Walk, muncul sekaligus membuka kontes jalan kaki tersebut.

Ketegangan itu langsung berlipat menjadi teror mencekam setelah satu peserta ditembak mati karena melanggar peraturan. Pada saat itu pula, saya ikut terbawa di antara peserta yang ketakutan karena menghadapi dua pilihan: terus berjalan atau mati.

Francis Lawrence lantas menghadirkan kematian demi kematian para peserta yang gagal dengan berbagai sebab. Ia mengeksplorasi skenario JT Mollner dengan cukup rapi, sehingga temponya tetap terjaga nyaris sepanjang cerita.

Skenario itu juga fokus memusatkan perhatian cerita kepada Ray, McVries, dan puluhan peserta lainnya. Penonton disuguhi obrolan peserta yang 'ngalor-ngidul' membahas berbagai topik hingga ikatan mereka menguat sepanjang jalan.

Film The Long Walk (2025). (Lionsgate/Murray Close via IMDb)Film The Long Walk (2025): Nuansa The Long Walk cukup berbeda dibanding film tema survival atau distopia pada umumnya. Nyaris tidak ada intrik atau pengkhianatan di antara peserta, atau aksi pemberontakan oleh mereka yang tertindas. (Lionsgate/Murray Close via IMDb)

Pendekatan ini membuat nuansa The Long Walk cukup berbeda dibanding film tema survival atau distopia pada umumnya. Nyaris tidak ada intrik atau pengkhianatan di antara peserta, atau aksi pemberontakan oleh mereka yang tertindas.

Film ini juga begitu setia menggambarkan judul dan premisnya, sehingga dunia distopia di sekitar atau latar belakang rezim yang memimpin hanya terungkap lewat obrolan-obrolan para peserta.

Ketetapan ini sebenarnya cukup berisiko bagi The Long Walk karena bisa membawanya terjatuh ke jurang rasa bosan. Saya tidak bilang film ini bisa selalu menghindari jurang itu, tetapi harus diakui The Long Walk mampu mempertahankan kualitasnya hingga akhir.

Perbedaan ini pula yang menjadikan The Long Walk dapat mencolok dibanding film-film distopia atau karya adaptasi Stephen King lainnya. Ia tak hanya bermodal kengerian bertahan hidup, tetapi juga memiliki cerita yang menggugah hati.

Salah satu bagian paling indah dari kontes mengerikan ini datang dari sikap komunal para peserta. Mereka tidak melihat satu sama lain sebagai kompetitor yang harus dikalahkan, tetapi justru sebagai teman seperjuangan.

Kontes The Long Walk itu pun tidak lagi menjadi kompetisi di mata peserta, melainkan perjalanan menemukan makna kehidupan sebelum akhirnya menemui ajal.

Nuansa sarat emosi itu pun semakin terasa berkat akting brilian para pemerannya. Di atas kertas, The Long Walk memang didominasi aktor bertalenta yang sudah teruji di film-film mereka terdahulu.

Sebut saja Cooper Hoffman (Licorice Pizza), David Jonsson (Alien: Romulus), Charlie Plummer (Looking for Alaska), hingga Ben Wang (Karate Kid: Legends).

Penampilan paling mencolok di antara nama-nama berbakat itu ditunjukkan oleh Cooper Hoffman dan David Jonsson, duo pemeran utama The Long Walk.

[Gambas:Video CNN]

Cooper Hoffman menghadirkan penampilan yang solid dengan memikul segudang tugas dan lapisan emosi karakter Ray Garraty. Penampilan ini juga memperpanjang langkah Cooper merintis karier aktingnya sendiri tanpa perlu berlindung di balik nama besar sang ayah, Philip Seymour Hoffman.

Akting menawan Hoffman juga terbantu chemistry kuatnya dengan David Jonsson. Ia lagi-lagi mampu meninggalkan kesan mendalam setelah mencuri perhatian lewat Alien: Romulus (2024).

The Long Walk juga seolah menjadi bukti terbaru yang mempertegas status David Jonsson sebagai salah satu talenta paling potensial di generasinya.

Eksekusi memuaskan Francis Lawrence dan akting mengesankan dari barisan pemeran menjadi dua aspek penting yang membuat adaptasi novel The Long Walk ke layar lebar ini berhasil.

The Long Walk mungkin akan mengecoh ekspektasi pencinta genre survival horor dan berlatar distopia. Namun, film ini rasanya sayang dilewatkan jika ingin merasakan pengalaman berbeda dari tema tersebut.

[Gambas:Youtube]

(end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER