Ibu dan Pilihan-pilihan Hidupku

Annisa Steviani | CNN Indonesia
Senin, 14 Des 2015 11:14 WIB
Hubungan saya dan ibu sejak kecil tidak terlalu dekat. Kami malah sering bertengkar. Tapi saya belajar mengambil keputusan darinya.
Annisa Steviani dan ibunya (Dok. Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jadi hubungan saya dan ibu sejak kecil tidak terlalu dekat. Kami malah sering bertengkar. Apalagi waktu saya di usia SMA, rasanya semua keputusan yang saya anggap benar, tidak pernah disetujui ibu saya.

Ya maklum namanya juga ABG ya, pendapat teman kadang rasanya lebih masuk akal daripada pendapat ibu saya yang notabene punya pengalaman hidup 25 tahun lebih lama.

Semakin "tua" saya merasa semakin dekat dengan ibu. Meskipun bertengkarnya juga masih sering. Apalagi saat saya baru melahirkan, duh saya yang millenials parents harus "dipaksa" ikut berbagai mitos tentang perbayian.

Saya tentu tidak mau, jadilah saya ingin kabur dari rumah orangtua di Bandung. Saya ingin kembali ke rumah di Jakarta bersama bayi saya yang baru berusia 2 bulan. Tapi ternyata saya hanya bertahan 3 hari hahahahaha. Dua hari di Jakarta saya sudah tidak sanggup menjaga bayi sendirian. Hari ketiga saya sudah dijemput lagi untuk kembali ke Bandung. Kembali ke ibu saya. :)

Setelah dipikir-pikir, ibu padahal banyak berpengaruh pada keputusan-keputusan yang saya ambil dalam hidup. Ibu yang membuat saya menjadi pribadi yang senantiasa bisa mengambil keputusan sendiri. Karena ternyata tidak semua orang bisa mengambil keputusan.

Saya jadi tumbuh menjadi perempuan yang hampir tidak pernah bilang "terserah". Saya tahu apa yang saya mau untuk hidup saya setahun, lima tahun, bahkan 10 tahun ke depan. Semua karena ibu saya.

Sebabnya adalah ibu selalu memberi saya pilihan dan membiarkan saya memilih. Beliau sebenarnya jarang sekali melarang saya. Tentu setelah berbagai pertimbangan risiko. Pertimbangan plus minusnya.

Seperti saat SMA, saya sempat ingin ditindik tambahan di telinga. Rasanya dulu teman-teman yang punya tindik tambahan itu keren sekali. Plus saya ingin ditato (dipikir-pikir bandel sekali ya saya dulu, masa anak SMA ingin ditato :D). Ibu saya tidak melarang. Beliau hanya menjelaskan bahwa tindik dan tato tidak bisa diulang. Apakah saya yakin saya tidak akan menyesal?

"Kalau kamu pulang sekolah sudah ditindik dan ditato, terserah. Ibu nggak akan marah. Semua risiko kamu yang tanggung kan," ujarnya saat itu.

Loh mendengar itu kok saya malah ngamuk kesel. Karena sebal, kok tidak dilarang? Kok tidak pula diizinkan? Saya kesal karena harus memutuskan sendiri. Akhirnya sampai sekarang saya tidak punya tindik tambahan dan tato. :)

Selain itu, hampir semua keputusan yang mempengaruhi hidup saya sekarang, diambil oleh saya sendiri. Karena ibu saya tidak mau memutuskan. Beliau selalu "memaksa" saya untuk punya prinsip dan mempertahankannya.

Anak ibu saya tiga, perempuan semuanya. Sejak kecil kami sudah diarahkan untuk mencari minat dan bakat. Sudah diajarkan untuk menemukan passion. Sudah sejak di bangku SMP kami ditanya akan kuliah di mana. Di saat teman-teman lain bahkan belum terpikir jurusan kuliah, kami sudah diarahkan untuk ikut ekskul yang bisa menunjang jurusan kuliah pilihan.

Ibu saya tidak pernah marah kalau kami dapat nilai kecil. Saya pernah dapat nilai 4 di rapor untuk mata pelajaran Fisika di tahun pertama SMA dan ibu saya hanya senyum-senyum. Beliau tahu saya tidak akan pernah suka Fisika seumur hidup saya jadi untuk apa dapat nilai besar? :)

Saya ingin kuliah jurnalistik sejak SMP. Saya ikut ekskul majalah dinding saat SMP dan SMA. Saat naik kelas dua dan pilih jurusan di SMA saya tidak pikir panjang dan langsung pilih IPS.

Padahal saat itu nilai IPA saya lebih besar, karena kapok di kelas 1 pernah dapat nilai 4. Wali kelas saya sampai memanggil ibu saya ke sekolah agar saya masuk IPA saja. Ibu saya tidak terpengaruh.

"Anak saya mau masuk kuliah komunikasi, bu. Kenapa dia harus dipaksa masuk IPA?" ucap ibu saya pada wali kelas.

Apa saya terbebani? Sama sekali tidak. Karena kami jadi hanya menjalani semua yang kami cintai. Bahkan sampai sekarang. Saya sudah 5 tahun bekerja di dunia media, dunia yang sudah saya sukai sejak SMP.

All thanks to my mom. :) (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER