Jakarta, CNN Indonesia -- Narsis itu seru, kadang-kadang. Seru juga rasanya mengekspresikan diri di depan kamera tanpa canggung. Tapi kalau berlebihan atau lebay, terus terbawa-bawa dalam kehidupan sehari-hari, sebaiknya janganlah ya.
Narsisme itu sebetulnya merupakan perasaan berbunga-bunga yang muncul terhadap diri sendiri secara berlebihan. Munculnya sifat kekaguman terhadap diri sendiri, obsesif pada diri sendiri bahkan bisa memicu perasaan egois dan sombong.
Kita memang harus narsis dalam artian yang positif. Sebab narsis membuat seseorang percaya diri dan tidak bergantung pada standar orang lain.
Namun apa jadinya bila sifat ini terbawa secara berlebihan? Seseorang akan merasa tinggi hati dan memandang orang lain lebih lemah dari dirinya.
Wendy Behary seorang terapis di The Cognitive Theraphy Center of New Jersey, mengungkapkan anak-anak yang mengalami narsisme secara tidak sadar melatih bakat narsisnya dari apa yang dilakukan orang tuanya.
Beberapa hal di bawah ini mungkin tanpa disadari orang tua seringkali dilakukan dan dapat membuat anak menjadi narsis secara berlebihan. Ada baiknya kita pelajari beberapa hal yang perlu dan tidak perlu dilakukan.
1. Orang tua seringkali memberi pujian pada anak dan memberi kepercayaan bahwa anak tidak mungkin bersalah.
Ya, orang tua mengkodisikan anak dengan kepercayaan dirinya. Tetapi belajar melakukan kesalahan juga perlu loh, untuk memberikan keseimbangan bahwa kesalahan juga dapat terjadi sebagai proses belajar.
2. Orang tua seringkali membandingkan anaknya dengan orang lain. Kadang-kadang perbandingannya untuk sesuatu yang buruk dari orang lain.
3. Memberikan pujian yang berlebihan. Mungkin sulit untuk mengukur bagaimana pujian yang cukup atau berlebihan, karena anak berhak mendapatkan hal tersebut. Untuk membedakan orang tua dapat memberikan ungkapan kasih sayang, bukan sanjungan berlebihan yang membuat anak bergantung terhadap pujian.
4. Mengungkapkan anak lebih unggul dari orang lain memang baik, tapi hindari ungkapan yang mengandung rasis seperti mengatakan ia lebih baik dari pada orang lain dengan menyinggung ras, usia, fisik, dan gender, karena ini sangat tidak patut ia dengar.
5. Jangan jauhkan anak dari kritik. Meski terasa berat, kritik merupakan bentuk pelajaran yang berharga untuk anak mengkoreksi apa yang dilakukannya.
(ded/ded)