Mengenal dari Dekat Academic Health System

Nana Riskhi Susanti | CNN Indonesia
Kamis, 17 Mar 2016 18:40 WIB
Perlu ada sinergi antara rumah sakit dan lembaga pendidikan dokter. Supaya alat kesehatan bisa diuji secara klinis dan akademis. UGM jadi percontohan.
Ilustrasi (Unsplash/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bila kita simak kasus demi kasus malpraktik kesehatan, lewat layar kaca atau gawai kesayangan, sebagian besar mungkin berpikir ada apa dengan manajemen kesehatan di negeri ini?

Selain jumlah tenaga kesehatan yang belum merata di Nusantara, pemerintah kita juga sering kecolongan perihal izin praktik dan alat-alat kesehatan. Kisah tentang Warsito, misalnya.

Electro Capacitive Cancer Therapy temuan Warsito disebut dapat mendiagnosis kelainan di otak seperti kanker dalam waktu kurang dari 15 menit. Alat ini diklaim dapat mengobati kanker otak, payudara, dan lain-lain.

Di satu sisi, para pasien butuh cepat sembuh, wajar apabila klinik penelitiannya telah memiliki lebih dari 3.000 pasien kanker. Di sisi lain, dilaporkan beberapa pasien penderita kanker yang pernah ke klinik Warsito tambah parah mengalami pembengkaan dan mengeluarkan cairan dan bau busuk dan ada yang meninggal. Kementerian Kesehatan menyatakan, alat ECCT belum melalui uji klinik, dan belum valid secara ilmiah.

Menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kemristekdikti Profesor Ali Ghufron Mukti, hal semacam ini semestinya bisa dicegah bila ada sinergi dengan rumah sakit dan lembaga penyelenggara pendidikan dokter. Konsepnya ia sebut Academic Health System.

Di tahap awal, konsep ini diusung lewat percontohan di Fakultas Kedokteran UGM, yang pada Sabtu (5/3) merayakan Dies Natalis ke-70. Bukan cuma bekerja sama dengan rumah sakit sebagai kawah candradimuka pendidikan profesi dokter, Academic Health System juga membuat desa binaan di sekitar Yogyakarta. Program Uji kompetensi dokter dan pengakuan status dosen Kemenkes juga dilakukan untuk memperkuat sumber daya tenaga kesehatan.

“Di tiap rumah sakit di daerah, harus punya dokter spesialis. Alat kesehatan juga terus diuji secara klinis dan akademis,” ungkap profesor yang pernah menjabat sebagai Dekan di fakultas kedokteran UGM pada periode 2008-2011 ini. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER