Jakarta, CNN Indonesia -- Seberapa sering orang tuamu meng-
upload foto atau memposting suatu hal tentang dirimu ke sosial media? Apa yang kamu rasakan? Sebal atau biasa saja?
Di Amerika Serikat, anak-anak di sana merasa resah jika orang tua mereka memposting sesuatu tentang dirinya ke media sosial. Sehingga mereka berfikir harus ada aturan untuk orang tuanya agar tidak mengganggu privasi anak.
Pendapat ini umumnya berasal dari kalangan remaja. Mereka merasa tidak perlu jika orang tua mengupdate sesuatu hal tentang mereka, seperti prestasi atau kegiatan terbarunya.
Penelitian dari University of Michigan melibatkan 249 pasangan orang tua dan anaknya, yang berusia dari 10-17 tahun. Mereka sepakat bahwa perlu ada aturan bagi orang tua untuk memposting suatu hal tentang anak ke media sosial seperti Facebook dan Instagram. Jika postingan itu menjadi viral di Internet, anak akan merasa tidak siap dan takut menjadi bahan pembicaraan teman-teman.
Kebanyakan orang tua di Amerika Serikat merupakan orang tua yang telah melek teknologi. Mereka memiliki kebiasaan yang tidak ingin kehilangan momen demi momen pertumbuhan anak-anaknya.
Cara terbaik untuk mendokumentasikan pertumbuhan penting sang anak adalah dengan memotretnya dan memposting di media sosial.
Banyak album di Instagram dipenuhi dengan foto-foto anak mereka. Seperti sejak awal dilahirkan, saat belajar, saat tumbuh gigi, saat berlomba, dan segala kegiatan yang bersangkutan tentang perkembangan anaknya.
Perilaku tersebut sangatllah wajar sebagai ungkapan bangga orang tua. Namun bila dirasa berlebihan hal tersebut dapat melukai hak anak sebagai obyek yang di-posting.
Tapi sikap anak berbeda. Mereka justru merasa malu terlebih bila teman-teman sekolah melihatnya.
Masa pertumbuhan yang memasuki remaja, membuat anak merasa bahwa mereka telah memiliki privasi yang tidak perlu diumbar orang tuanya. Di usia tersebut anak sangat sensitif terhadap penilaian orang lain termasuk teman-temanya, sehingga respon mereka cenderung resah dan khawatir.
Ada baiknya libatkan anak dalam bersosial media bersama, sehinga orangtua dan anak dapat saling mengenal, dan membicarakan apa yang dapat orang tua posting ataupun tidak. Orang tua juga dapat berkomunikasi untuk memantau sosial media yang dimiliki anak.
(ded/ded)