Jakarta, CNN Indonesia -- Peneliti menemukan bahwa remaja yang memiliki banyak waktu berkualitas dengan orang tua, akan cenderung melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Soalnya, waktu berkualitas itu akan meningkatkan motivasi anak untuk memiliki cita-cita yang tinggi.
Dimitra Hartas, profesor di Pusat Studi Pendidikan Universitas Warwick mengatakan, kedekatan emosional antara anak dan orang tua yang tercipta karena budaya keluarga yang akrab, akan memiliki motivasi yang lebih baik ketimbang, ketimbang sekadar membicarakan soal pelajaran di sekolah.
Hartas melakukan penelitian itu terhadap 10.931 remaja. Mereka ditanya hal-hal mengenai kedekatan emosional keluarga, intimidasi, persahabatan, pekerjaan, kegiatan ekstrakulikuler dan ekspektasi orang tua terhadap pendidikan masa depan anak.
Peneliti juga mengukur bagaimana orang tua menjangkau anak-anaknya dengan berbagai topik seperti: mengunjungi galeri seni, membahas buku di rumah, melakukan pekerjaan rumah bersama, berhubungan dengan saudara, dan bertengkar dengan orang tua.
Hartas dan tim mengungkapkan bahwa kecenderungan keluarga untuk menyelesaikan masalah bersama-sama adalah hal yang mengaspirasi anak terkait pendidikan. Remaja yang tidak dilibatkan dalam musyawarah keluarga menunjukkan rasa percaya diri yang rendah dalam menanggulangi masalah dirinya sendiri.
Ayah bunda tahu, gara-gara anak kurang dilibatkan, itu membuat laporan nilainya di sekolah lebih rendah 30 persen. Lebih jauh, sebanyak 18 persen remaja yang seperti itu enggan untuk melanjutkan studinya menuju universitas.
Kedekatan dengan orang tua memang tidak secara signifikan meningkatkan minat menyelesaikan pada studi yang lebih tinggi. Namun, kedekatan secara emosional seperti bercerita tentang pengalaman orang tua saat dahulu bersekolah, atau menghabiskan waktu bersama dengan kegiatan yang dapat mengikat emosi, jauh lebih efektif meningkatkan nilai hasil belajarnya di rapor, ketimbang menggunakan waktu hanya untuk belajar membahas PR.
Peneliti menekankan pentingnya waktu bersama keluarga untuk mempengaruhi keinginan belajar lebih lanjut. Pada 14-20 persen keluarga yang membiasakan budaya tersebut, ternyata anak-anaknya punya keinginan untuk melanjutkan studi setinggi-tingginya.
Hartas juga mengatakan bahwa temuan ini membuka mata bahwa pendidikan keluarga jauh lebih mempengaruhi motivasi anak untuk melanjutkan studi dibanding pendidikan yang mereka dapatkan di sekolah.
Terangkatnya permasalahan ini, ada harapan bagi orang tua untuk giat menciptakan lingkungan rumah sebagai tempat untuk melatih emosional dan intelektual anak, selain sebagai sarana kedekatan antar orang tua dan anak.
(ded/ded)