Baku, Azerbaijan, CNN Indonesia -- Ada sesuatu yang menarik tentang kopi. Kopi seringkali dapat menjadi jembatan pada kekikukan interaksi manusia, teman baik di kala fokus bekerja maupun belajar. Kopi bisa juga menjadi pengisi senja yang merangkum manis pahitnya sebuah hari. Para penikmat kopi lokal, pasti merasa beruntung karena tanah air kita, Indonesia, merupakan surganya kopi.
Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia, kopi sendiri tak hanya lekat sebagai minuman hitam pembelalak mata, tapi juga sudah terbentuk sebagai budaya di negeri kita. Hal-hal seperti obrolan di warung kopi, hingga kedai kopi yang kini mulai lekat dengan budaya pop anak muda.
Di Jakarta misalnya, para penikmat kopi punya banyak pilihan kedai kopi, memilih jenis kopi kesukaan, hingga punya pilihan tumbler kopi yang selalu dekat dengan genggaman.
Di kota Baku sangat berbeda, karena Azerbaijan adalah negerinya penikmat teh. Ada banyak sekali Cay Evi (dalam bahasa Indonesia, artinya Kedai Teh), tapi untuk kopi, hanya ada dalam hitungan jari. Singkatnya, kopi tidak lekat dalam keseharian masyarakat di sini secara umum.
Pada sebuah kesempatan, Kedutaan Besar RI di Baku (KBRI Baku) mengunjungi sebuah kedai kopi mungil di tengah kota Baku. Nama tempatnya “Il Futuro Book Cafe” yang diambil dari bahasa Italia. Tempat ini ada di antara paparan bangunan tua yang tak jauh dari kawasan Fountain Square, sebuah alun-alun pusat di kota Baku.
Dalam kegiatan ‘blusukan’ di tengah hari ini, Duta Besar RI untuk Baku, Dr. Husnan Bey Fananie hadir dan menyerahkan biji-biji kopi Indonesia seperti biji kopi Gayo, Toraja, Kintamani, Bajawa, Ijen, dan Jawa Barat.
Kopi ini diserahkan langsung kepada pemilik kedai kopi Il Futuro, Nijat Rahmanli, 25 tahun. Tujuannya, agar orang-orang Azerbaijan, terutama anak-anak mudanya, bisa berkenalan dan merasakan langsung cita rasa kopi Indonesia. Dengan diberikan sejumlah ‘modal’ biji kopi Indonesia, kopi-kopi itu akan langsung menambah pilihan menu kopi di kedai tersebut.
Nijat bercerita bahwa ia mengapresiasi sekali ‘perkenalan’ terhadap kopi Indonesia ini. “Saya tidak sabar melihat bagaimana tanggapan pelanggan kopi saya terhadap kopi Indonesia,” jelasnya, Kamis (28/7).
Ia sendiri berulang kali mengekspresikan rasa tak percaya kedai mungilnya kedatangan Dubes RI dan para pegawai KBRI Baku. “Saya tidak siap untuk hal ini, kami benar-benar kaget hari ini akan kedatangan Duta Besar.”
Cara-cara berdiplomasi langsung dengan warga seperti ini diharapkan dapat menjalin persahabatan yang lebih dekat sekaligus lebih efektif. “Senang sekali dapat membawa kopi sebagai salah satu alat diplomasi kita untuk mempererat kerjasama hubungan bilateral dan hubungan people-to-people dan business-to-business,” kata Dubes RI untuk Azerbaijan, DR. Husnan Bey Fananie.
Menurut Minister Counsellor di KBRI Baku, Meita Timoer Poerwonggo, KBRI Baku tidak akan berhenti memperkenalkan Indonesia lewat berbagai cara yang kreatif dan efektif. Kali ini, tujuan utamanya adalah memasarkan kopi Indonesia di Azerbaijan.
Kopi yang diserahkan oleh KBRI Baku kepada kedai kopi di Baku ini berasal dari seorang pecinta dan penggiat kopi dari Indonesia, Yulianto Nugroho. Ia optimistis Indonesia dapat membantu membentuk budaya minum kopi di Azerbaijan.
“Kebiasaan minum kopi atau minum teh ini dapat diciptakan. Misalnya, di Tiongkok jika kita lihat 10 tahun ke belakang, mereka jelas adalah penikmat teh, tapi dengan akulturasi budaya, kini generasi muda di Tiongkok adalah penikmat kopi,” ujarnya lewat sambungan telepon Indonesia-Azerbaijan. Ia juga menjelaskan bahwa sudah saatnya kita orang Indonesia mampu bangkit dengan produk kita sendiri.
Obrolan di siang nan sejuk itu tampak tak ada jarak dan hangat sekali. Memang bak obrolan di warung kopi yang santai namun substansial. Senang melihat kopi lagi-lagi bekerja dengan baik untuk menjalin persahabatan, tak hanya antar individu, tapi antar dua negara yang terbentang jarak lebih dari 7.000 kilometer.
 Foto: Astrid Septriana/Dok Pribadi |
(ded/ded)