Jakarta, CNN Indonesia -- Transportasi umum merupakan sarana alternatif yang ditawarkan oleh pemerintah untuk membantu masyarakat akan halnya sebagai jalur penghubung dari satu tempat ke tempat yang lain. Transportasi umum telah mengalami transformasi yang signifikan sejak masuknya era digitalisasi.
Rasa aman dan nyaman dalam menggunakan transportasi umum tentu seharusnya telah didapatkan oleh seluruh penggunanya. Fasilitas seperti kursi yang empuk, Air Conditioner (AC) dan televisi sebagai sarana hiburan pun, tak jarang didapatkan oleh masyarakat.
Namun pada realitasnya kenyamanan dan keamanan dalam transportasi belum terealisasi secara maksimal. Mengapa demikian?
Seperti yang kita tahu transportasi umum telah mengalami berbagai kemajuan, tetapi sayangnya tidak dengan etika dan norma penggunanya. Rasa empati dan toleransi terhadap sesama di dalam transportasi umum terutama di kalangan remaja masih jauh dari kata sempurna.
Kejadian konkret yang bisa ditemui secara kasat mata adalah di mana ada seorang pengguna yang sudah mendapatkan tempat duduk, mereka segera berlagak tidur, sehingga saat keadaan sudah mulai ramai mereka masih tetap duduk dan sulit untuk dibangunkan oleh orang lain yang membutuhkan.
Ketika sudah sampai tempat yang ingin mereka tuju, mereka langsung beranjak dari kursinya dan keluar dari transportasi tersebut seperti tidak terjadi apa-apa. Selain itu, ada pula yang duduk di kursi prioritas di commuterline, padahal mereka bukan termasuk pengguna yang diprioritaskan.
Tentu hal ini merupakan pengalaman yang sudah ‘biasa’ bagi para pengguna transportasi umum. Namun seharusnya tetap saja tidak bisa dianggap mentah-mentah oleh seluruh pihak karena semua ini berbicara juga tentang etika dan moral negara Indonesia. Bila hal kecil saja tidak bisa lakukan bagaimana bisa melakukan hal besar katakanlah revolusi mental seperti yang dikatakan oleh Presiden RI Joko Widodo.
Kita sebagai masyarakat Indonesia seharusnya bisa belajar dari negeri sebelah seperti Singapura. Coba perhatikan bagaimana mereka mengosongkan tempat duduk prioritas walau keadaan dalam transportasi sedang ramai-ramainya, perhatikan bagaimana mereka mendahulukan pengguna yang keluar dari transportasi umum terlebih dahulu.
Intinya adalah belajar mengedepankan rasa empati dan toleransi terhadap sesama pengguna transportasi umum karena dengan demikian secara tidak langsung kita telah membantu Indonesia berjalan satu langkah menjadi negara yang nyaman dan aman khususnya di bidang transportasi.
(ded/ded)